Ketiadaan inspirasi dan semangat untuk menulis menurut beberapa penulis handal adalah sesuatu yang wajar. Artinya, terkadang seorang penulis hebat pun mengalami masa-masa suram tak bisa menulis. Keadaan ini seringkali disebut dengan writer's block. Lumrah bila suatu waktu seseorang yang mendedikasikan dirinya untuk menulis tidak bisa menuangkan sedikit pun untaian kata. Persoalannya adalah berapa lama writer's block itu terjadi, bila sangat lama berarti memang bisa dikatakan kemampuan menulis penulis tersebut perlahan-lahan hilang.
Karena itulah, kita wajib mengangkat topi untuk penulis yang sangat produktif dan hampir tidak mengalami writer's block. Satu dari sedikit penulis yang seperti itu kemungkinan adalah Stephen King. Sepanjang karir menulisnya dia telah menulis sekitar delapan puluh-an karya. Suatu pencapaian yang luar biasa walau ada juga yang mengatakan bahwa sebanyak apa pun karya tidak akan bermakna bila tidak ada yang benar-benar memberikan "kontribusi" atau sebuah masterpiece. Bagi yang menganut pendapat ini bisa menunjukkan bahwa satu karya pun dari seorang penulis bila karya itu luar biasa, masih lebih baik daripada penulis yang menghasilkan puluhan karya namun "tak berbekas. Contoh untuk jenis kedua ini adalah Harper Lee.
Bagi saya, dua jenis penulis tersebut tetap saja luar biasa. Mengapa tidak kita gabungkan saja, penulis yang tetap menghasilkan puluhan karya namun ada satu atau dua karyanya yang merupakan karya masterpiece. Contoh untuk jenis penulis "kombinasi" semacam ini juga banyak, bahkan Stephen King bisa dimasukkan ke dalam jenis ini. Satu dua karyanya bisa juga disebut masterpiece, tergantung dari sisi mana kita melihatnya, tergantung dari perspektif mana kita memandangnya. Karya-karya Stephen King bisa dikatakan sebuah masterpiece bila kita melihat dari genre horor atau psikologis. Satu penulis lain yang bisa disebutkan di sini adalah Haruki Murakami. Bila kita melihat karya-karyanya, kita akan maklum bahwa dia cukup produktif dan konsisten menghasilkan karya yang bagus.
Bukan kebetulan bila King dan Murakami adalah dua penulis yang saya kagumi. Mereka berdua relatif rajin menulis dan menjadikan menulis sebagai panggilan jiwa. Kemudian, dan hal yang terpenting, tidak merasa status penulis "besar" yang mereka sandang sebagai sebuah kelebihan. King biasa saja ketika karya-karyanya dituduh kurang "nyastra", sementara Murakami selalu dengan rendah hati menganggap pencapaian menulisnya hal yang sangat biasa. Kedua orang ini adalah penulis yang rendah hati dengan caranya masing-masing.
Kedua penulis tersebut memberi banyak inspirasi. Mereka langsung memberikan inspirasi tersebut melalui karya-karyanya tanpa berpretensi menggurui atau menunjukkan diri bahwa mereka hebat. Oke, saya kira cukup mengagumi mereka sampai di sini. Kini mari mulai menulis lagi. Penulis tidak akan menjadi apa-apa bila hanya membincangkan tentang menulis bukan menulis itu sendiri. King memberikan resep yang jitu untuk (calon) penulis, yang kira-kira terjemahan bebasnya begini: bila seseorang tidak bisa meluangkan waktu untuk membaca dan atau menulis antara empat sampai enam jam per hari, sebaiknya dia melupakan profesi sebagai penulis.
Singkatnya, ayo menulis lagi!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar