Selasa, 06 Desember 2011
R.E.M. - Part Lies, Part Heart, Part Truth, Part Garbage 1982-2011 (2011)
Mungkin tidak banyak yang menyangka, termasuk para penggemar fanatiknya, bila R.E.M. membubarkan diri pada tanggal 21 September 2011 kemarin. Siapa yang menyangka karena mereka sempat mengeluarkan album bagus "Collapse into Now" di awal tahun 2011 ini setelah lama tidak mengeluarkan album sangat bagus semacam "Automatic For The People" (1992). Album yang banyak dipuji dan dianggap kebangkitan kembali R.E.M. seperti judul lagu mereka dari era album "Life Rich Pageant" (1986), Begin the Begin.
Album kompilasi dan juga album terakhir ini berisi 37 lagu hit sepanjang karir bermusik mereka sejak tahun 1982 sampai tahun 2011, dan tiga lagu baru. Salah satu lagu baru tersebut berisi semacam pernyataan perpisahan mereka, "We All Go Back to Where We Belong". Lagu, yang entah mengapa, membuat saya begitu sedih mendengarnya. Bukan kesedihan yang coba menyalahkan namun kesedihan yang mengalir begitu saja namun pada akhirnya muncul semacam ucapan terima kasih. Ini mirip dengan persepsi saya atas R.E.M., ada rasa sedih mereka pada akhirnya bubar namun juga hadir rasa terima kasih karena mereka memberikan karya-karya yang begitu menggugah.
Bila mengamati karya-karya R.E.M., kita bisa memetaforkannya dengan mata, sesuai dengan pilihan nama oleh para personelnya Michael Stipe, Peter Buck, Mike Mills dan Bill Berry (yang memutuskan pensiun pada tahun 1997 sebelum album "Up"). R.E.M. adalah singkatan dari Rapid Eye Movement, gerakan cepat mata pada sepertiga waktu tidur. Pada fase inilah mimpi bisa diingat kembali karena kerja otak mirip dengan ketika kita terjaga. Begitulah, mungkin itu sebabnya lirik-lirik lagu R.E.M. agak sulit dipahami atau memiliki makna yang beragam.
Album kompilasi yang hampir pasti menjadi album terakhir R.E.M. ini memilih bermain aman dengan menampilkan susunan lagu yang tidak mengejutkan dan lebih banyak hadir lagu pada era label utama, sejak album "Green" (1988) sampai yang terakhir "Collapse into Now" (2011). Itu pun hanya satu lagu yang hadir dari album "Monster", "Up", dan "Reveal". Walau begitu sepertinya para penggemarnya tidak mempermasalahkan, memang sulit memilih lagu untuk album kumpulan terbaik bila lagu bagus yang dihasilkan jauh melebihi kuota.
Hal yang menarik dari album ini adalah hadirnya liner notes dari keempat personelnya, termasuk Berry yang walaupun sudah lama pensiun seperti tetap ada pada tiap album R.E.M. setelah tahun 1997. Komentar-komentar dan kesan-kesan mereka atas karya sendiri memberi dimensi lain atas karya yang sudah "dimiliki" oleh penggemar atau pendengarnya. Pada titik ini, karya atau pesan media sudah menjadi teks yang ditafsir sendiri namun tetap akan lebih mendalam bila ada informasi atas karya atau tafsir awal dari produsen teksnya.
Jelas, album ini tetap sedap untuk dinikmati dan kita tak bisa mengucapkan lain pada R.E.M. selain terima kasih atas album-album hebat yang berisi lagu-lagu bagus. Kembali pada metafor mata, saya kira R.E.M. tidak menutup mata selamanya, seperti mata yang mesti tidur untuk beristirahat, saya agak optimis suata saat mata itu akan membuka kembali.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar