Tiga hari terakhir dia tidak bisa menghindari suara Whitney Houston, entah di layar televisi di mana hampir semua acara kematian Whitney Houston selalu dikutip dan coba dijelaskan. Dunia hiburan berkabung. Fans Whitney Houston menangis, sampai-sampai acara Grammy Award yang pelaksanaannya hanya berselisih beberapa jam, mesti dimodifikasi untuk menghormatinya.
Dia bukan penggemar Whitney Houston tetapi dia akrab dengan lagu-lagunya terutama yang beredar di telinga pada era 1980-an. Tak mungkin menghindari atau tidak mendengar lagu-lagu Whitney Houston bagi yang mulai mendengar musik pop pada tahun 1980-an ketika pilihan untuk mendengarkan album musik sangat terbatas. Dia ingat sekali lagu-lagu Whitney Houston hadir di banyak album kompilasi "ilegal" berlabel 20 Love Songs. Billboard, perusahaan rekaman yang merilis 20 Love Songs, memasukkan lagu-lagu Whitney Houston pada setiap serinya. Bila dia tak salah mengingat, kompilasi ini hadir sampai jilid 7.
Dia mengingat satu berita sehari sebelum kematian Whitney Houston yang mengabarkan bila Whitney Houston bangkrut dan ditemukan depresi berat di sebuah klub. Pada beberapa wawancara sebelumnya Whitney Houston mengakui bila dia kecanduan obat-obatan. Sepertinya semua berhubungan: ketenaran yang semakin tergerus, kebangkrutan, dan merasa tidak ada manusia lain yang menemani. Walau begitu, kita tidak akan benar-benar memahami apa yang ada di pikirannya sebelum ditemukan meninggal.
Dia juga membaca tulisan dari salah seorang essais favoritnya bahwa salah satu yang menggerakkan dunia adalah hasrat manusia untuk mendapatkan sesuatu. Hasrat untuk memperoleh dan memiliki sesuatu itu akan berubah negatif bila akhirnya menjadi keserakahan. Kembali pada kasus Whitney Houston, walau dia seolah memiliki "segalanya" dia masih seorang manusia juga. Manusia yang rapuh dan mungkin pada satu titik tidak kuat menerima tekanan hidup yang begitu berat. Lagipula, kita sebagai manusia tidak akan memiliki segalanya. Kita juga tidak akan "memiliki" orang lain sepenuhnya. Seserakah apapun manusia, dia tidak akan mendapatkan dan memiliki segalanya.
Dia mencoba memilih satu lagu Whitney Houston yang paling dia sukai. Lagu yang hadir pada masa lalu dan sangat sering dia dengar dengan intens. Pilihannya jatuh pada lagu "Didn't We Almost Have It All" walau banyak lagu Whitney lain yang dia akrabi. Lagu ini hadir dalam album kedua Whitney Houston, "Whitney", yang dirilis pada tahun 1987. Lagu yang indah...dan memang benar, kita tak bisa mendapatkan segalanya....
...Remember when we held on in the rain
The night we almost lost it
Once again we can take the night into tomorrow
Living on feelings
Touching you I feel it all again
Didn't we almost have it all
When love was all we had worth giving?
The ride with you was worth the fall my friend
Loving you makes life worth living
Didn't we almost have it all
The night we held on till the morning
You know you'll never love that way again
Didn't we almost have it all
The way you used to touch me felt so fine
We kept our hearts together down the line
A moment in the soul can last forever
Comfort and keep us
Help me bring the feeling back again
Didn't we have the best of times
When love was young and new?
Couldn't we reach inside and find
The world of me and you?
We'll never lose it again
Cause once you know what love is
You never let it end...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar