Monkey to Millionaire – Inertia (2012) |
Lumrah bila kita membandingkan output media dari produsen
teks yang sama, apalagi bila produsen teks tersebut baru menghasilkan sedikit
output kekaryaan. Itulah yang saya lakukan pada album kedua karya Monkey to
Millionaire ini. Secara langsung ketika mendengarkan album ini, saya
membandingkan dengan karya mereka sebelumnya pada tahun 2009, Lantai Merah.
Hasil mengakses, menafsirkan, dan membandingkan kedua album
ini adalah, menurut saya, masih lebih bagus album sebelumnya. Saya ingat sekali
tiga tahun lalu ketika mengakses Lantai
Merah, saya merasa album tersebut adalah album yang sangat bagus. Semua lagunya
menyampaikan pesan dengan kuat, terutama lagu Fakta dan Citra, Replika, dan Strange
is the Song in Our Conversation.
Walau begitu, bukan berarti album Inertia ini tak bagus. Hanya saja ekspektasi saya sewaktu membeli
album ini di sebuah toko CD di Jakarta adalah album ini paling tidak menyamai Lantai Merah atau bila mungkin, lebih
baik lagi.
Dari sisi musik, album ini masih mirip dengan album sebelumnya,
sisipan genre grunge ala album-album Nirvana terasa di album ini walau dalam
porsi “manis” yang lebih banyak. Untuk lirik, sedikit ada penurunan dari album
sebelumnya yang sangat tajam.
Lirik di album ini masih membicarakan apa yang seharusnya
dibicarakan oleh band yang bukan arus utama. Ada sedikit kritik sosial seperti
pada lagu Sepi Melaju dan Tanpa Hati. Juga terdapat penafsiran
relasi yang tidak cinta menye melulu
seperti dalam Senja Membunuh.
Daftar lagu:
1. Humiliation
2. Sepi Melaju
3. Senja Membunuh
4. Parade
5. Summer Rain
6. M. A. N.
7. Anoreksi
8. Ruang Rasa
9. Jail on Fire
10. Tanpa Hati
baru dengerin yang senja membunuh, bagus lagunya
BalasHapus