Sabtu, 28 Mei 2011
Jendela 4 (Sebagai Pemicu Absurditas Interaksi)
Jendela satu
Ku tahu kau tahu
Sosialisme ego
Begitu pentingkah diri masing-masing sehingga tuaian akumulatif tak berharga?
Jendela dua
Ku tahu kau tak tahu
Rejimentasi hasrat
Seberapa jauh kita bisa saling mengejar sampai pada akhirnya tak tertangkap lagi?
Jendela tiga
Ku tak tahu kau tahu
Sedimentasi angan
Kemana lagi menuangkan asa bila tak ada ketertautan?
Jendela empat
Ku tak tahu kau tak tahu
Liberalisasi dendam
Apa semua pihak loyal dan peduli?
Jendela empat seperempat
Siapa peduli siapa yang tahu?
Meruang dan merongga sanubari bertumbuk
Untuk apa lagi saling menunggu bila mentari telah jauh meninggalkan kita
# untuk seorang guru yang dulu mengajarkan “Jendela Johari”
# untuk seorang teman, dek Jingga, yang baru kemarin menduhaikan frase “aku tahu kau tahu”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
apik mas.
BalasHapus