INXS - Kick (25 Anniversary Deluxe Edition) (2012) |
Teks media musik rekaman memiliki karakter yang
berbeda dengan teks media yang lain. Sejak awal teks musik rekaman tidak harus
diakses secara keseluruhan dalam bentuk album, melainkan sangat bisa diakses
secara “ketengan”, lagu per lagu. Malah sebenarnya, industri musik rekaman
digerakkan oleh satuan teks dalam bentuk lagu. Lagu unggulan dan dua atau tiga
lagu tambahan kemudian didistribusikan sebagai single. Satuan teks musik
rekaman sebagai single memang tidak umum di Indonesia. Biasanya di Indonesia
teks musik rekaman langsung hadir dalam bentuk album yang terdiri dari sekitar
14 lagu. Biasanya di Indonesia pendengar mengakses album dari seorang penyanyi
atau band atau mendengarkan album kompilasi berisi kumpulan cukup banyak lagu hit dari banyak penyanyi.
Satu lagi fenomena yang tidak umum dalam industri
musik rekaman Indonesia adalah merayakan pencapaian suatu album yang merupakan
karya bagus dan mendapatkan posisi yang baik di hati pendengar. Walau tidak
lumrah, belakangan ini ada beberapa album lama yang terhitung legendaris dirilis
kembali, misalnya saja album-album Koes
Plus dan OST Badai Pasti Berlalu, yang
kemudian ditarik kembali dari peredaran karena permasalahan hak cipta. Sebagai pengakses
musik Indonesia yang mendengarkan album-album Indonesia sejak dekade 1980-an
tentu saja banyak album jaman dulu yang ingin saya dengarkan lagi dengan
kualitas yang jauh lebih bagus lagi. Misalnya saja saya sangat ingin
mendengarkan album-album Ebiet G. Ade yang awal, terutama album Camelia I sampai dengan Camelia IV. Walaupun beberapa lagu dari
album awal tersebut sering muncul dalam album kompilasi Ebiet G. Ade, namun
mendengarkan lagu dari albumnya yang asli memang berbeda. Lagu dan urutannya di
dalam sebuah teks album itu seperti bab dalam buku atau scene dan sekuens dalam
album. Semua satuan teks bermakna. Inilah karakter utama paradigma
konstruksionis dalam kajian media bahwa teks utuh dibangun dari
satuan-satuannya, dan bahwa posisi satuan teks bermakna pula dalam sebuah teks
yang utuh.
Di negara-negara yang industri musik rekamannya
telah maju dan hak kekayaan intelektual, termasuk hak cipta, dihargai dengan
memadai, fenomena merilis kembali album lama yang berkelas seringkali
dilakukan. Tahun lalu album Achtung Baby dari
U2 dan Nevermind karya Nirvana
dirilis versi ulang tahun keduapuluh. Pada tahun ini juga muncul fenomena
serupa, misalnya saja Manic Street Preachers yang merilis kembali debut album
mereka, Generation Terorrist versi
ulang tahun keduapuluh, dan juga INXS yang merilis edisi ulang tahun ke-25
album fenomenal mereka, Kick. Album terakhir
inilah yang saya dengarkan sekarang ini.
Album INXS ini memiliki kesan yang mendalam bagi
saya karena musik mereka yang unik, new wave, ska, dan pop. Penarik minat yang
lain adalah kombinasi petikan gitar cepat dan saksofone, plus suara bagus milik
vokalis yang kemudian bunuh diri, Michael Hutchence. Bisa dikatakan album Kick ini adalah album terbaik INXS. Album ini bukan album INXS pertama yang saya
dengarkan. Saya mendengarkan album mereka, X
(1990) dan Welcome to Wherever You
are (1992) secara relatif bersamaan, baru kemudian mendengarkan Kick. Walau begitu, saya langsung
memahami mengapa Kick dianggap
sebagai pencapaian terbaik INXS. Ketika Kick
dirilis, INXS mendapatkan apresiasi yang bagus dan dianggap sebagai penerus
Rolling Stones walau kemudian kita
tahu bahwa INXS tidak sebesar Rolling
Stones namun band dari Asutralia ini cukup fenomenal terutama bagi penyuka
musik 1980-an dan 1990-an. Bagi saya INXS sangat berperan membentuk kesukaan
saya terhadap musik populer sampai sekarang.
Perilisan kembali album ini menurut saya sungguh
menyenangkan. Selain bisa kembali mendengarkan album berkelas dalam konteks
kekinian, tambahan satu cakram padat untuk merayakan ultah album pasti
merupakan nilai tambah tersendiri. Siapa penggemar yang bisa melupakan Sweet Sensation, Need You Tonight, dan Never Tear Us Apart, ditambah dengan
beberapa lagu baru yang belum dirilis dan versi berbeda dari lagu-lagu
terdahulu?
Dirilisnya kembali sebuah album berkelas tentu saja
bermotif ekonomi. Penggemar lama hampir pasti mengakses album rilis ulang
semacam ini. Namun lebih luas dari pada motif ekonomi langsung, dirilisnya
kembali sebuah karya bagus juga merupakan wujud apresiasi industri. Karya yang
bagus mesti selalu dirayakan. Tetap saja, industri penghasil teks media
sesungguhnya dibangun dari karya yang bagus, kurang bagus, dan tak bagus. Namun
sebuah industri teks media bisa berkembang bila semua pihak selalu diingatkan
bahwa karya-karya terbaik telah lahir dan dirayakan serta disyukuri secara
periodik.
Daftar lagu:
CD 1 – Original Album
1.
Guns in the Sky
2.
New Sensation
3. Devil Inside
4.
Need You Tonight
5.
Mediate
6.
The Loved One
7. Wild Life
8.
Never Tear Us Apart
9.
Mystify
10. Kick
11. Calling
All Nations
12. Tiny
Daggers
CD 2 – Bonus CD
1. Never
Tear Us Apart (Soul Version)
2. Move
on (Guitar Version)
3. I’m
Coming (Home)
4. On
the Rocks
5. Mystify
(Chicago Demo)
6. Jesus
was A Man (Demo Outtakes)
7. The
Trap (Demo)
8. Never
Tear Us Apart (Live from America)
9. Do
What You Do
10. Guns
in the Sky (Kick Ass Remix)
11. New
Sensation (Nicky 7’)
12. Different
World
13. Calling All Nations (Kids on Bridges Remix)