Senin, 05 Juni 2017

Menulis adalah Perjuangan



Dewa - Bintang Lima (2000)


Tulisan ini hadir ketika sebuah lagu indah dan rancak mengalun nyaris secara tak sengaja ketika saya memilih playlist berisi lagu-lagu Indonesia. Lagu yang bila didengar saat ini membenturkan adagium bahwa “pengarang telah mati”. Mendengarkan lagu ini muncul semacam perasaan ambingu antara senang mendengarnya dan agak sebal pada produsen konten utamanya yang kini berpolitik kasar dan anti keberagaman.

Lagu ini adalah “Hidup adalah Perjuangan” dari album masterpiece Dewa tahun 2000, Bintang Lima. Album sangat bagus yang selalu enak didengar walau selalu ada “perasaan bersalah yang nikmat” setiap mendengarkan album ini dan semua album Dewa yang lain, terutama sejak tahun 2014.

Baru sekitar seminggu yang lalu saya bertanya di kelas, acara yang oke banget bernama “31 Hari Menulis” kok lama tak terdengar ya? Tetiba saja kemarin saya mendapatkan satu tawaran menulis di “pertarungan” ini. Tentu saja saya bersedia karena kompetisi sengit ini bagus, bahkan mengalahkan kesengitan liga Inggris saat ini, dan juga ada kesesuaian yang tinggi dengan kurikulum baru yang baru saja dirilis oleh departemen kita tercinta.

Sesungguhnya menulis adalah aktivitas mendasar di ilmu kita ini. Aktivitas mendasar sebelum memproduksi konten yang lain berdasarkan formatnya setelah cetak, audio, visual, audio visual, juga multimedia. Menulis singkat seperti yang dilakukan 38 “pendekar” di kompetisi ini adalah awal untuk menulis yang lebih rumit dan mendalam.

Berdasarkan lokusnya, tulisan ada di dua kutub besar, yaitu tulisan faktual dan tulisan imajinatif. Tulisan faktual adalah upaya menyampaikan realitas. Tulisan faktual menjadi elemen utama dari jurnalisme dan kegiatan kehumasan, walau dengan ketentuan dan prosedur yang berbeda.

Sementara itu tulisan imajinatif adalah kutub yang lain, mulai dari wilayah yang disebut penulisan kreatif sampai dengan tulisan fiksi murni. Di dalam peminatan media entertainment dan periklanan, tulisan imajinatif adalah elemen yang utama walau berangkat dari strategi dan tujuan yang berbeda di antara keduanya.

Kegiatan 31 Hari Menulis yang positif ini juga mengombinasikan kegiatan di kelas, di mana kurikulum menjadi acuan utamanya, dan kegiatan komunitas sesama mahasiswa atau pembelajar.

Melalui kegiatan menulis bersama ini, selain berkompetisi dengan bergembira, kegiatan ini juga akan menjadikan pembelajar saling memberi informasi tentang kepenulisan dan tentang beragam topik, bahkan memberi informasi tentang rekan lain yang mungkin berbeda dengan yang selama ini kita kenal. Ada pembelajar yang bercerita pada saya bahwa dia baru mengetahui rekannya sebagai penulis tentang film yang bagus setelah membaca tulisan-tulisan rekannya di blog.

Melalui kompetisi yang asyik ini tiap pesertanya juga akan saling membantu dengan mencerahkan satu sama lain, antara lain melalui beragamnya topik dan juga teknis menulis. Tiap orang akan saling belajar dari rekannya mengenai topik yang dipilih, sudut pandang yang diambil, bahkan dengan pilihan-pilihan kata untuk membangun argumen.

Banyak cara untuk rajin menulis dan juga menulis dengan baik. Cara pertama adalah dengan membaca karya orang lain. Mulai dari karya teman-teman sendiri, antara lain para pendekar, eh…penulis di 31 Hari Menulis ini, sampai dengan membaca karya-karya penulis terkenal, mulai dari Ahmad Dhani sampai Bono, mulai dari Tere Liye sampai Harumi Murakami.

Selain itu terus memperbanyak kosa kata dan memahami penggunaannya dengan tepat, juga menjadi cara yang penting untuk diasah terus-menerus.

Cara terakhir, dan mungkin  yang terpenting adalah menulislah dengan terus menggerakkan jari, menulis tangan di kertas ataupun “menarikan” jari di atas keyboard secara rutin walaupun untuk kontinyu, terus menerus, itu berat.

Menulis pada satu sisi adalah aktivitas yang berat. Karena itulah menulis harus dibiasakan, sebab menulis adalah perjuangan tanpa henti-henti, sepanjang waktu. Ada kala suatu hari kita merasa bisa menulis, di hari lain bisa jadi macet sama sekali tak menuliskan apa-apa.

Karena itu menulislah mulai hari ini, bila perlu tidak hanya 31 hari melainkan 100 bahkan sampai 1000 hari bila perlu, karena kita bisa terus menulis rutin karena sudah menjadi kebiasan.

Untuk ke-38 petarung yang akan menantang bang Wiro, selamat bertarung dengan antusias sambil merayakan asyiknya menulis. Gunakan jurus-jurus mengolah kata dengan sebaik-baiknya agar kita sama-sama jadi sakti mandraguna.

#####

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...