Jumat, 23 Desember 2011

You Come To My Senses

oleh Chicago




I picture you on the beach
Lying in the sand
Out of reach of my trembling hands
I picture you in the car
Blonde hair in the wind
I picture you in my arms
And the touch of your skin
The smile on your face
The way that you taste

You come to my senses
Every time I close my eyes
I have no defenses
Driving home in the cold
January rain
I've got to find my way out of this pain
I reached for you in the night
I dreamed of your kiss
I woke before it got light
With your name on m lips
Alone in my bed
Your voice in my head

I picture you in my arms
And the touch of your skin
The smile on your face
The way that you taste
You come to my senses
I can't stop this ache inside
Oh, I have no defenses
You come to my senses
Ah...

Kamis, 22 Desember 2011

Mother

oleh John Lennon




Mother, you had me
But I never had you
I wanted you
But you didn't want me
So
I got to tell you
Goodbye
Goodbye

Father, you left me
But I never left you
I needed you
But you didn't need me
So
I just got to tell you
Goodbye
Goodbye

Children, don't do
What I have done
I couldn't walk
And I tried to run
So
I got to tell you
Goodbye
Goodbye

Mama don't go
Daddy come home
Mama don't go
Daddy come home
Mama don't go
Daddy come home
Mama don't go
Daddy come home

Love Song

oleh The Cure




Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am home again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am whole again

Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am young again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am fun again

However far away
I will always love you
However long I stay
I will always love you
Whatever words I say
I will always love you
I will always love you

Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am free again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am clean again

However far away
I will always love you
However long I stay
I will always love you
Whatever words I say
I will always love you
I will always love you

La La (Means I Love You)

oleh Swing Out Sister




LA is a great big freeway

Many girls have come to you
With a line that was untrue
And you just passed them by

And now you're in the center ring
And their lies don't mean a thing
Why don't you let me try

I don't need a diamond ring
Cause you prove your love to me when you
say
Sweet and mellow

La la la la la la la la la means I love
you
La la la la la la la la la means I love
you

Never thought I'd meet a boy
Who could bring me so much joy
You are the one for me

But let me take you in my arms
Surround you with my charms
I'm sure that you will see

The things that I'm saying are true
This is the way that I explain them you
Listen to me

La la la la la la la la la means I love
you
La la la la la la la la la means I love
you
The things that I'm saying are true
Now I'd bet to spend my whole life
through
Loving you
Can't you hear me

La la la la la la la la la means I love
you
La la la la la la la la la means I love
you

La la la la la la la la la means I love
you
La la la la la la la la la means I love
you

Don’t Know What You Got (Till It’s Gone)

oleh Cinderella




I can't tell ya baby what went wrong
I can't make you feel what you felt so long ago
I'll let it show
I can't give you back what's been hurt
Heartaches come and go and all that's left are the words
I can't let go
If we take some time to think it over baby
Take some time, let me know
If you really want to go

Don't know what you got till it's gone
Don't know what it is I did so wrong
Now I know what I got
It's just this song
And it ain't easy to get back
Takes so long

I can't feel the things that cause you pain
I can't clear my heart of your love it falls like rain
Ain't the same
I hear you calling far away
Tearing through my soul I just can't take another day
Who's to blame
If we take some time to think it over baby
Take some time let me know
If you really want to go

Don't know what you got till it's gone
Don't know what it is I did so wrong
Now I know what I got
It's just this song
And it ain't easy to get back
Takes so long

Do you want to see me beggin' baby
Can't you give me just one more day
Can't you see my heart's been draggin' lately
I've been lookin' for the words to say

Don't know what you got till it's gone
Don't know what it is I did so wrong
Now I know what I got
It's just this song
And it ain't easy to get back
Takes so long

Don't know what you got till it's gone no
Don't know what it is I did so wrong
Now I know what I got
It's just this song
And it ain't easy to get back
Takes so long

Selasa, 06 Desember 2011

R.E.M. - Part Lies, Part Heart, Part Truth, Part Garbage 1982-2011 (2011)




Mungkin tidak banyak yang menyangka, termasuk para penggemar fanatiknya, bila R.E.M. membubarkan diri pada tanggal 21 September 2011 kemarin. Siapa yang menyangka karena mereka sempat mengeluarkan album bagus "Collapse into Now" di awal tahun 2011 ini setelah lama tidak mengeluarkan album sangat bagus semacam "Automatic For The People" (1992). Album yang banyak dipuji dan dianggap kebangkitan kembali R.E.M. seperti judul lagu mereka dari era album "Life Rich Pageant" (1986), Begin the Begin.

Album kompilasi dan juga album terakhir ini berisi 37 lagu hit sepanjang karir bermusik mereka sejak tahun 1982 sampai tahun 2011, dan tiga lagu baru. Salah satu lagu baru tersebut berisi semacam pernyataan perpisahan mereka, "We All Go Back to Where We Belong". Lagu, yang entah mengapa, membuat saya begitu sedih mendengarnya. Bukan kesedihan yang coba menyalahkan namun kesedihan yang mengalir begitu saja namun pada akhirnya muncul semacam ucapan terima kasih. Ini mirip dengan persepsi saya atas R.E.M., ada rasa sedih mereka pada akhirnya bubar namun juga hadir rasa terima kasih karena mereka memberikan karya-karya yang begitu menggugah.

Bila mengamati karya-karya R.E.M., kita bisa memetaforkannya dengan mata, sesuai dengan pilihan nama oleh para personelnya Michael Stipe, Peter Buck, Mike Mills dan Bill Berry (yang memutuskan pensiun pada tahun 1997 sebelum album "Up"). R.E.M. adalah singkatan dari Rapid Eye Movement, gerakan cepat mata pada sepertiga waktu tidur. Pada fase inilah mimpi bisa diingat kembali karena kerja otak mirip dengan ketika kita terjaga. Begitulah, mungkin itu sebabnya lirik-lirik lagu R.E.M. agak sulit dipahami atau memiliki makna yang beragam.

Album kompilasi yang hampir pasti menjadi album terakhir R.E.M. ini memilih bermain aman dengan menampilkan susunan lagu yang tidak mengejutkan dan lebih banyak hadir lagu pada era label utama, sejak album "Green" (1988) sampai yang terakhir "Collapse into Now" (2011). Itu pun hanya satu lagu yang hadir dari album "Monster", "Up", dan "Reveal". Walau begitu sepertinya para penggemarnya tidak mempermasalahkan, memang sulit memilih lagu untuk album kumpulan terbaik bila lagu bagus yang dihasilkan jauh melebihi kuota.

Hal yang menarik dari album ini adalah hadirnya liner notes dari keempat personelnya, termasuk Berry yang walaupun sudah lama pensiun seperti tetap ada pada tiap album R.E.M. setelah tahun 1997. Komentar-komentar dan kesan-kesan mereka atas karya sendiri memberi dimensi lain atas karya yang sudah "dimiliki" oleh penggemar atau pendengarnya. Pada titik ini, karya atau pesan media sudah menjadi teks yang ditafsir sendiri namun tetap akan lebih mendalam bila ada informasi atas karya atau tafsir awal dari produsen teksnya.

Jelas, album ini tetap sedap untuk dinikmati dan kita tak bisa mengucapkan lain pada R.E.M. selain terima kasih atas album-album hebat yang berisi lagu-lagu bagus. Kembali pada metafor mata, saya kira R.E.M. tidak menutup mata selamanya, seperti mata yang mesti tidur untuk beristirahat, saya agak optimis suata saat mata itu akan membuka kembali.

Jumat, 02 Desember 2011

Manic Street Preachers - National Treasures: The Complete Singles (2011)

Akhir tahun adalah kurun waktu para produsen isi media musik rekaman banyak mengeluarkan materi "the best" bila mereka tidak memiliki materi baru dalam sebuah album. Bagaimana pun industri musik rekaman, terutama di Barat, memahami konteks bahwa akhir tahun adalah masa di mana konsumsi meningkat drastis. Dari sisi lain, pengakses pesan media musik rekaman bisa saja "diuntungkan" karena mendapatkan album "the best", utamanya pendengar yang baru atau tak fanatik. Hal yang berbeda akan dirasakan oleh pendengar fanatik suatu band atau penyanyi yang memang memiliki koleksi album lengkap dari produsen pesan yang bersangkutan. Bagi pendengar semacam ini, kompilasi "the best" pasti terasa membosankan karena hanya mengulang-ngulang materi yang telah ada.

Bagi saya, album "National Treasures" ini kalah bagus dari album the best sebelumnya yang dirilis pada tahun 2002, "Forever Delayed". Pada album "greatest hits" itu memang sudah ada lagu yang ditunggu untuk masuk dalam album, misalnya lagu "The Masses Against the Classes" dan "There by the Grace of God". Hal yang tidak terjadi untuk album "kompilasi terbaik" kedua ini, tidak ada lagu yang benar-benar ditunggu untuk dikompilasi seperti pada album "Forever Delayed", juga pada album b-side "Lipstick Traces" (2003). Walau begitu, satu-satunya lagu baru dari Manics di album ini, "This is the Day", lumayan enak didengar dan menjadi pengobat rindu bagi para penggemarnya.

Susunan lagu secara kronologis di album juga menunjukkan bagaimana suksesnya perjalanan karir bermusik mereka. Saya sedikit kecewa karena ada beberapa lagu bagus yang tidak masuk ke album the best ini. Tapi okelah, bagi band dengan banyak lagu hits seperti Manics pasti akan sangat sulit memilih lagu hit mereka. Manics juga memilih tidak memasukkan lagu-lagu mereka dari mini album dan tidak satu pun lagu dari album "Journal for the Plague Lovers" (2009) hadir di album ini karena mereka memang tidak mengeluarkan single dari album tersebut.

Kompilasi ini tetap menarik untuk didengarkan walau tidak ada materi dan susunan lagu yang mengejutkan. Seperti lumrahnya industri musik rekaman yang sudah maju, kita tunggu saja Manics merilis "National Treasures" dalam edisi khusus, seperti halnya remix dari "Forever Delayed" yang bagus itu. Kemungkinan besar mereka akan merilis edisi spesial itu, tinggal ditunggu beberapa waktu lagi.

Selasa, 29 November 2011

We All Go Back to Where We Belong




Bukankah ini lagu perpisahan yang manis? tepat sesuai porsi dan tidak berlebihan. Perpisahan bukanlah akhir segalanya. Itulah kira-kira yang diungkapkan Stipe dan kawan-kawan. Kita bisa mengucapkan selamat tinggal dan mencoba tidak menyesali apa-apa kecuali kenangan, yang mungkin juga tidak semuanya indah. Sebagian kenangan bisa saja indah, bisa saja teruk. Sebagian kenangan bisa saja diingat dan sebagiannya lagi dibuang.
R.E.M. telah bubar dan kita hanya bisa berkata: terima kasih untuk semua lagu hebat dan album-album berkelas. Terima kasih R.E.M. untuk lagu terakhir yang bagus!

We All Go Back to Where We Belong
oleh R.E.M.

I dreamed what what you were offering
Imagine lying next to me
You should, and your reputation talks
I will write our story in my mind
Write about our dreams and triumphs
This might be my "Innocence Lost"
I can taste the ocean on your skin
That is where it all began

I dreamed that we were elephants
Out of sight, clouds of dust
And woke up thinking we were free

Oh oh oh
I can taste the ocean on your skin
That is where it all began
We all go back to where we belong
We all go back to where we belong
This really what you want
This really what you want

I can taste the ocean on your skin
That is where it all began
We all go back to where we belong
We all go back to where we belong
This really what you want
This really what you want

Kamis, 17 November 2011

Musik Rekaman sebagai Media

Sampai sekarang masih terdapat perbedaan dalam memandang musik rekaman atau musik populer apakah termasuk dalam bentuk media atau tidak. Pihak yang berpendapat bahwa musik rekaman bukanlah media, berargumen bahwa musik rekaman "hanyalah pendukung" media. Musik populer menjadi isi pesan media untuk radio siaran dalam bentuk lagu dan televisi dalam bentuk video klip, namun bukan media itu sendiri. Tentu saja pihak yang berpendapat bahwa musik populer sebagai pendukung media ini memiliki pijakan argumen. Biasanya posisi ini diambil oleh para pembelajar ilmu komunikasi dan kajian media yang menggunakan referensi lama. Buku-buku pengantar media yang diterbitkan sampai pada pertengahan 1990-an memang tidak menyebut musik rekaman sebagai media melainkan hanya bagian dari radio siaran.

Pendapat kedua, yang menurut saya lebih sesuai, menempatkan musik populer sebagai salah satu bentuk media. Berdasarkan telaah formula Lasswell, who says what in which channel to whom with what effect, jelas sekali menempatkan musik populer sebagai bagian dari media, terutama media massa, walau ketika berformat digital musik rekaman menjadi isi pesan bagi media baru. Buku-buku referensi tentang pengantar media juga menempatkan musik populer sebagai bagian dari media.

Salah satu pemikir media yang memberikan penjelasan paling baik mengenai musik rekaman sebagai salah satu bentuk media adalah Denis McQuail di dalam buku komprehensifnya, Mass Communication Theory. McQuail melihat dua aspek dari musik populer sebagai media, yaitu aspek medium dan aspek institusional. Aspek medium memiliki karakter sebagai berikut: pertama, musik rekaman terutama memberikan pengalaman pada audio. Walau pada akhirnya musik rekaman berbentuk audio-visual menjadi videoklip yang disiarkan di televisi dan internet, "pengalaman audio" adalah hal yang utama bagi pendengar musik rekaman.

Kedua, musik rekaman memberi kepuasan personal dan emosional kepada audiensnya, bukan pada kepuasan kelompok ataupun intelektual walau sebenarnya bisa saja pengalaman kelompok dalam mendengarkan musik sangat mungkin muncul. Pun pengalaman intelektual bisa muncul terutama dari lagu yang diramu dengan lirik yang mengutamakan pemikiran. Namun pengalaman akses yang bertujuan pada kepuasan personal dan emosional memang yang utama.

Ketika, musik rekaman memiliki daya tarik utama pada kaum muda. Walau pendengar secara umum meliputi seluruh usia, sejatinya audiens musik rekaman adalah kaum muda. Kaum mudalah yang menggerakkan industri musik rekaman. Mereka yang menjadi produsen, konsumen, dan distributor dari pesan media musik rekaman.

Pesan musik rekaman mudah didapat dan fleksibel untuk diakses oleh audiens adalah karakter yang terakhir. Audiens bisa mengakses dari perangkat yang sangat sederhana, misalnya mp3 player, atau yang paling kompleks. Intinya pendengar kini dengan sangat mudah mendapatkan bentuk musik rekaman yang mereka inginkan.

Untuk aspek institusional, musik rekaman sebagai media memiliki karakter sebagai berikut: pertama, musik rekaman berada dalam situasi di mana regulasinya tidak terlalu ketat. Regulasi yang paling berkaitan adalah regulasi atas hak cipta yang juga sulit diterapkan dalam realitas.

Kedua, musik rekaman memiliki keterkaitan yang tinggi dengan internasionalisasi. Trend yang terjadi di Barat atau Korea misalnya, dengan sangat mudah menyebar ke seluruh dunia. Musik barat secara umum memang masih menjadi rujukan namun dalam perjalanannya musik yang berasal dari belakan dunia lain, bahkan dari Timur, juga bisa menjadi trend yang melanda dunia.

Ketiga, musik rekaman terdiri dari beragam teknologi dan platform. Dengan demikian, pesan musik rekaman mudah diproduksi, didistribusikan, dan diakses karena beragamnya perangkat dan platform tadi. Internet misalnya, melalui dua situs terkenal Youtube dan Myspace, dengan cepat menyebarkan karya musik rekaman ke mana pun dan dengan cepat.

Secara organisasi, musik rekaman terfragmentasi dan cenderung tidak tersentralisasi seperti halnya media lain. Produsen musik rekaman misalnya, bisa sangat beragam, bukan hanya label dan penyanyi, namun juga penulis lirik, pencipta lagu dan sutradara video klip, walau penyanyi adalah yang paling utama dalam konteks produsen pesan musik rekaman.

Karakter berikutnya adalah musik rekaman biasanya dikaitkan dengan industri media utama dan juga budaya dominan dari kaum muda yang sedang berkembang. Walau begitu, karakter ini bisa jadi tidak terlalu tepat karena dalam kenyataannya masih ada musik rekaman "alternatif" yang bertujuan tidak menjadi bagian dari industri media dominan atau pun tidak menyasar pada budaya dominan kaum muda.

Bila didiskusikan lebih jauh musik rekaman sungguh menarik dan menggugah. Masih banyak wilayah musik rekaman yang bisa dieksplorasi dan diperbincangkan. Saya mengundang rekan-rekan untuk mendiskusikannya lebih detail dan mendalam.

Selasa, 15 November 2011

Sonic Youth - Hits are for Squares (2008): Lirik Lengkap




Bagi siapa saja yang mendengarkan album "Hits are for Squares" dan ingin mencerna lirik lagu:

(1)
Bull in the Heather


10, 20, 30, 40
Tell me that you wanna hold me
Tell me that you wanna bore me
Tell me that you gotta show me
Tell me that you need to slowly
Tell me that you're burning for me
Tell me that you can't afford me
Time to tell your dirty story
Time turning over and over
Time turning four leaf clover

Betting on the bull in the heather

10, 20, 30, 40
Tell me that you wanna scold me
Tell me that you a-dore me
Tell me that you're famous for me
Tell me that you're gonna score me
Tell me that you gotta show me
Tell me that you need to sorely
Time to tell your love story
Time turning over and over
Time turning four leaf clover
Betting on the bull in the heather


(2)
100%


I can never forget you - the way you rock the girls
They move a world and love you - a blast in the underworld
I stick a knife in my head - thinking 'bout your eyes
But now that you been shot dead - I've got a new surprise

I been waitin' for you just to say
He's off to check his mind
But all I know is you got no money
But that's got nothing to do with a good time

Can you forgive the boy who - shot you in the head
Or should you get a gun and - go and get revenge?
A 100% of my love - up to you true star
It's hard to believe you took off - I always thought you'd go far

But I've been around the world a million times
And all you men are slime
It's the gun to my head, goodbye I am dead
Wastewood rockers is time for cryin', hey!


(3)
Sugar Kane


You're perfect in the way, a perfect end today
You're burning out their lights, and burning in their eyes
I love you Sugar Kane, a-comin' from the rain
Oh kiss me like a frog, and turn me into flame
I love you all the time, I need you 8 to 9
And I can stay all night, yr body shining

And I know
There's something down there sugar soul
Back to the cross a twisted lane
There something down there sugar kane

I'm back again in love, I'm back again a dove
Where'd you get your light, your smilin' sugar life
Another lovers day, another cracked up night
Every night I say, the light is coming

And I know
There's something down there sugar cone
Back to the cross a twisted lane
There's something down there sugar kane

Hey angel come and play, and fly me away
A stroll along the beach, until you're out of time
I love you sugar kane, a crack into the dream
I love you sugar kane, I love you sugar kane
I love you sugar kane, I love you sugar kane
I love you sugar kane, I love you sugar


(4)
Kool Thing


Kool Thing sittin' with a kiddie
Now you know you're sure lookin' pretty
Like a lover not a dancer
Superboy take a little chance here
I don't wanna, I don't think so
I don't wanna, I don't think so

Kool Thing let me play it with your radio
Move me, turn me on, baby-o
I'll be your slave
Give you a shave
I don't wanna, I don't think so
I don't wanna, I don't think so

Yeah, tell'em about it,
Hit'em where it hurts
Hey, Kool Thing, come here, sit down beside me.
There's something I go to ask you.
I just wanna know, what are you gonna do for me?
I mean, are you gonna liberate us girls
From male white corporate oppression?
Tell it like it is!
Huh?
Yeah!
Don't be shy
Word up!
Fear of a female planet?
Fear of a female planet?
Fear, baby!
I just want to know that we can still be friends
Come on, come on, come on, come on let everybody know
Kool thing, kool thing

When you're a star, I know you'll fix everything
Now you know you're sure lookin' pretty
Rock the beat just a little faster
Now I know you are the master
I don't wanna, I don't think so
I don't wanna, I don't think so

Kool thing walkin' like a panther
Come on and give me an answer
Kool thing walkin' like a panther
What'd he say?
I don't wanna, I don't think so
I don't wanna, I don't think so

(5)
Disappearer


Here it comes again - out of the rain
Seems to have a new - kind of same
Been it playing on a - simple rhyme
The site comes alive and - speaks the mind
It turns to me and - it turns to gold
It turns to see a - the fast lane slow

It's been a way too long
It's been the way I gone
It's a-coasting on
To the west star

Looking out I thought I - saw it blink
Coming on to me - like a silver eye
Pick it up and - turn it on and
Head on out to a - western starland

It's been a man and gone (?)
Now it's a singing song
Like a western star
It's going my way

Looking out I'm back in - time to stay
Into the eastern - silent way (?)
Comes alive through - through and clearer (?)
Ghost arise to - dirty mirror (?)

You've been away too long
It's been way too long
An eastern star is on
A disappearer


(6)
Superstar


long ago
and oh so far away
I fell in love with you
before the second show
your guitar
it sounds so sweet and clear
but you're not really there
it's just the radio

don't you remember you told me you love me baby
you said you'd be coming back this way again baby
baby baby baby baby oh baby
I love you, I really do

loneliness, is such a sad affair
and I can hardly wait
to be with you again
what to say
to make you come again
come back to me again
and play your sad guitar

don't you remember you told me you love me baby
you said you'd be coming back this way again baby
baby baby baby baby oh baby
I love you, I really do

don't you remember you told me you love me baby
you said you'd be coming back this way again baby
baby baby baby baby oh baby
I love you, I really do


(7)
Stones


Lights on the stones on backed-up drain
What lovers list on languid stain
We've come together to gather star
Shooting up stones a pallored heart

Dead or alive
There's danger
The dead are alright
With me

We're not gonna run away
We're not gonna leave you stranger
We turn the light on your lonely home

Camera on the haunted stones
Blood-shadow gentle painted scorn
Now it's dancin' ink across your skin
Hieroglyphic-lover nature-friend

The dead are alive
There's danger
The dead are alright
With me

We're not gonna run away
We're not gonna leave you stranger
We turn the light on your lonely home


(8)
Tuff Gnarl


He's running on a tuff gnarl in his head
He's got a fatal erection home in bed
He's really smart and he's really fast
He's got a hard tit killer fuck in his past
Saints preserve us in hot young stuff
The saving grace is a sonic pig pile
Amazing grazing strange and raging
Flies are flaring through your brains
Spastic flailing literally raising my roof
An adrenal mental man-tool box explodes in music creates utopia
You gnarl out on my nerves you weird and crush the cranking raunch
Flesh dirt forcefield lost and found let's burn your broken heart
Set our sight on sights not yet set let's scorch your wavo wig
Let's poke your eyes out


(9)
Teen Age Riot


You're it
No, you're it
Hey, you're really it
You're it
No I mean it, you're it

Say it
Don't spray it
Spirit desire (face me)
Spirit desire (don't displace me)
Spirit desire
We will fall

Miss me
Don't dismiss me

Spirit desire

Spirit desire [x3]
We will fall
Spirit desire
We will fall
Spirit desire [x3]
We will fall
Spirit desire
We will fall

Everybody's talking 'bout the stormy weather
And what's a man do to but work out whether it's true?
Looking for a man with a focus and a temper
Who can open up a map and see between one and two

Time to get it
Before you let it
Get to you

Here he comes now
Stick to your guns
And let him through

Everybody's coming from the winter vacation
Taking in the sun in a exaltation to you
You come running in on platform shoes
With Marshall stacks
To at least just give us a clue
Ah, here it comes
I know it's someone I knew

Teenage riot in a public station
Gonna fight and tear it up in a hypernation for you

Now I see it
I think I'll leave it out of the way
Now I come near you
And it's not clear why you fade away

Looking for a ride to your secret location
Where the kids are setting up a free-speed nation, for you
Got a foghorn and a drum and a hammer that's rockin'
And a cord and a pedal and a lock, that'll do me for now

It better work out
I hope it works out my way
'Cause it's getting kind of quiet in my city's head
Takes a teen age riot to get me out of bed right now

You better look it
We're gonna shake it
Up to him

He acts the hero
We paint a zero
On his hand

We know it's down
We know it's bound too loose
Everybody's sound is round it
Everybody wants to be proud to choose
So who's to take the blame for the stormy weather
You're never gonna stop all the teenage leather and booze

It's time to go round
A one man showdown
Teach us how to fail

We're off the streets now
And back on the road
On the riot trail


(10)
Shadow of a Doubt


Met a stranger on a train
He bumped right into me
I swear I didn't mean it
I swear it wasn't meant to be
Must a been a dream
From a thousand years ago
I swear I didn't mean it
I swear it wasn't meant to be
From the bottom of my heart
He was looking all over me
Together everafter
He said
"You take me & I'll be you"
"You kill him & I'll kill her"
Kiss me
I swear it wasn't meant to be
I swear I didn't mean it
Kiss me
Kiss me in the shadow of
Kiss me in the shadow of a doubt
Kiss me
Kiss me in the shadow
Kiss me in the shadow of a doubt
It's just a dream
It's just a dream i had
Nononoooooh
Swear it's just a dream
Just a dream
Dream i've had
No
No
No
No
Take me to it
Take me to her
Maybe
Maybe it's just a dream
It's a dream
It's just a
Just a
No

Met a stranger on a train
Bumped right into me
Swear i didn't mean it
Swear it wasn't meant to be
Must've been a dream
From a thousand years ago
Kiss me
Kiss me in the shadow of a doubt
Kiss me


(11)
Rain on Tin


We all hope
To signal kin
Rays of gold
Now rain on tin
Gather 'round
Gather friends
Gather fear
Gather again


(12)
Tom Violence


My violence is a dream
A 'real dream'
A skinny arm
A crush on living sin
My violence
Is a sleeping head
Nodding out to rising bliss
I left home for experience
Carved 'suk for honesty' on my chest
My violence is the number
Coming out of prayer
Find it in the father
Find it in a girl

There's a thing in my memory
Hoilding on for dear life
With a feeling of secrets
Beating up under my flesh
My tongue is tied
I'm sleeping nights awake
Tom violence is a dream
Coming out of a girl


(13)
Mary-Christ


Talking to a punker priest
Just dogging the breeze
About beein in a tree / he says it's free now!
Along comes Mary Christ
Skating light on ice
And says, 'let's go on high' / later, priestoid!
You gotta go - God I got a date now
Yeh I know - shall not be late now

Possessed by x-ray eyes
Her spirit spy's
Into my lies / let's burn 'em out now!
Wraps my head in skin
Says now I'm in
Dig the candy skin / yeh spit it out now!
Everytime - she sings that low song
Everytime - I know I'm right, wrong

Angel in a devil skirt
Buys me a shirt
Says I hope you like / uh, like what now!?
Hope I hope you like
Like you like yr hope
With the tightest rope / I see, I know now!
Here we go - I've been waitin so long
Yeh I know - for Mary to come along
Aaaooooiii


(14)
The World Looks Red


Push it away
The world looks red
People with fish eyes
The ground sucks
Walk on my fingertips
Displacing the fog
The weight of my body
Is too mush to bear
The memory drained
The life from the dull
An ocean of insects
Worked like a sheet
The immovable fact
Buried my mind
In a horse-hair coat
In a pile
On the floor

Push it away
The world looks red
People with fish eyes
The ground sucks
Walk on my fingertips
Displacing the fog
The weight of my body
Is too much to bear
The memory drained
The life from the doll
The ocean of insects
Moved like a sheet
The immovable fact
Buried my mind
In a horsehair coat
In a pile
On the floor


(15)
Expressway To Yr Skull


We're gonna kill
the California girls
we're gonna fire the exploding load in the milkmaid maiden head
we're gonna find the meaning
of feeling good
and we're gonna stay there as long as we think we should

mystery train
three way plane
expressway
to your skull

mystery train
three way plane
expressway
to your skull

mystery train
three way plane
expressway

to your skull


(16)
Slow Revolution


(unavailable/lirik tak tersedia)

Sonic Youth - Hits are for Squares (2008)


Teks Media untuk "Menyegarkan" Hidup yang Biasa

Kadangkala hidup yang kita jalani sangat teruk. Hari-hari menjadi membosankan dan mekanistis. Tidak ada sesuatu jua yang membuat antusias. Pagi bangun, siang beraktivitas, waktu seakan berjalan lambat sampai menjelang waktu tidur. Begitu terus selama beberapa hari. Tiap hari dalam beberapa waktu itu seperti berlangsung dengan sama. Tak kurang, tak lebih. Namun hal itu bisa berubah ketika kita bertemu dengan orang lain yang memang memberi inspirasi baru. Manusia lain yang menyenangkan, yang berelasi dengan kita, dapat menghadirkan "teks" baru yang menyegarkan. Seperti saya beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang teman lama. Dengan bersengaja karena saya dan dia hadir di sebuah acara yang sama, saya berelasi kembali dengan dirinya setelah lebih dari sepuluh tahun, padahal kami berada dalam ruang kerja yang sama, hanya fakultasnya saja yang berbeda. Relasi dengan dirinya itu walau sesaat, membuat hari-hari yang agak membosankan dengan rutinitas menjadi menyenangkan.

Cara lain untuk kembali pada situasi yang menyenangkan atau lari dari kejenuhan adalah bertemu dengan teks media yang sebenarnya, bukan segala hal yang kita akses atau temui kemudian kita maknai dengan pikiran, jiwa, dan hati. Teks media yang kita terima dan cerna memang mesti diinterpretasi agar relevan bagi diri personal. Sembarang teks media sebenarnya bisa berpotensi memberikan kesegaran bagi kita. Namun belakangan ini sungguh banyak teks jelek yang datang tanpa permisi meminta dicerna, misalnya lagu-lagu cengeng dan menye-menye, tayangan-tayangan televisi bodoh, dan fiksi yang seragam, berisi motivasi yang jadi banal karena muncul sangat banyak dan bersamaan, juga berita di media internet yang diulang-ulang terus.

Karena itulah, ketika secara tak sengaja saya "menemukan" album "Hits are for Squares" di sebuah toko CD, hati saya senang bukan kepalang. Bukan apa-apa, album ini sudah tiga tahun saya cari. Hari-hari yang agak membosankan kemarin itu tiba-tiba menjadi mengasyikkan lagi dan kembali menantang untuk dijalani dan dieksplorasi. Album ini sebenarnya sudah muncul pada tahun 2008 dan disponsori oleh Departemen Musik di gerai kopi Starbucks, yang kini telah ditutup. Album "the best" Sonic Youth ini kemudian diedarkan secara internasional pada tahun 2010 dan baru sampai di pasaran Indonesia sekira tahun 2011 ini.

Saya sebenarnya sudah mencari album ini sejak tiga tahun lalu. Namun berulang-kali ke toko CD di beberapa kota, album ini tak jua ditemukan. Saya sempat berpikir apa karena album ini bukan album "resmi" Sonic Youth, sehingga tidak didistribusikan secara luas, atau apa karena album ini diprakarsai oleh Starbucks sehingga album ini selamanya akan didistribusikan terbatas dan kemudian dihentikan ketika bagian penjualan CD di gerai kopi itu dilikuidasi.

Mengakses album ini, seperti halnya semua album Sonic Youth, terasa menyenangkan walau pada saat masa awal mengakses atau mendengarkannya perlu upaya lebih keras karena tidak ada lagu Sonic Youth yang mudah dicerna, kecuali "Sugar Kane, lagu dari album "Dirty" yang juga hadir dalam kompilasi ini. Namun di sinilah kelebihan dari Sonic Youth, semua lagu dan semua albumnya tetap menyenangkan untuk didengarkan berulang-kali dan kapan pun. Mungkin ini "bayaran" susahnya mencerna lagu-lagu mereka saat awal didengarkan.

Album Sonic Youth yang saya dengarkan pertama-kali adalah "Murray Street" dan saya ingat sekali, waktu pertama-kali mendengarkan album itu, saya terkejut dan bahagia mendengarkan irama yang unik dan lirik-lirik semi absurd mereka, juga banyaknya sessi "pertempuran" suara ragam instrumen di album itu. Setelah itu semua album mereka saya lahap dari "Murray Street" ke depan, sampai "the Eternal", kemudian "Murray Street" ke belakang. Namun akses album-album sebelum "Murray Street" tetap masih terbatas dan tidak tercerna dengan baik. Karena itulah mengakses album "Hits are for Squares" ini membuat saya lebih mudah mengerti album-album sebelum "Murray Street", terutama album "Goo" yang tiga lagunya muncul di album ini.

Hal lain yang juga memberi inspirasi adalah semua lagu di album ini dipilih oleh penggemar Sonic Youth, entah itu penggemar fanatik atau biasa saja, yang jelas mereka semua adalah pelaku kebudayaan (populer). Beberapa orang atau kelompok yang memilih lagu membuat saya agak terkejut dan senang: mereka semua berkawan. Beberapa yang memilih adalah penyanyi atau band kesukaan saya juga, yaitu Mike D. dari Beastie Boys yang memilih lagu "100%", Beck yang memilih "Sugar Kane", Radiohead yang memilih "Kool Thing", "Teenage Riot" dipilih oleh Eddie Vedder, Flea memilih "Rain on Tin", dan the Flaming Lips memilih "Expressway to Yr Skull". Mereka semua berkawan! dan ini menyenangkan. Para kreator teks media yang brilian biasanya memang saling menghargai walau tidak mesti berkawan erat.

Mendengarkan album ini sama membahagiakannya dengan membaca novel terbaru Haruki Murakami, "1Q84" yang juga hadir belakangan ini, keduanya menyegarkan dan memberi cara pandang baru pada hal-hal rutin yang kita hadapi sehari-hari. Sudah sekitar seminggu album ini saya dengarkan terus sambil membaca "1Q84". Dua teks media yang istimewa. Entah sampai kapan saya mendengarkan album ini, belum ada rasa bosan sampai sekarang. Semua lagu di album ini menjadi pendukung untuk mencari modus-modus tak disadari dalam hidup yang bisa saja teruk, membosankan, namun yang seperti ini memang akan dihadapi sepanjang hidup. Album ini adalah teks yang indah, menarik, dan mengajak kita mengeksplorasi "teks" yang lain. Teks media yang kembali menyegarkan hidup yang mengalir dengan biasa.

Daftar Lagu:
1. Bull in the Heather (Experimental Jet Set, Trash and No Star: 1994)
2. 100% (Dirty, 1992)
3. Sugar Kane (Dirty, 1992)
4. Kool Thing (Goo, 1990)
5. Disappearer (Goo, 1990)
6. Superstar (If I were A Carpenter, 1994)
7. Stones (Sonic Nurse, 2004)
8. Tuff Gnarl (Sister, 1987)
9. Teenage Riot (Daydream Nation, 1988)
10. Shadow of A Doubt (EVOL, 1986)
11. Rain on Tin (Murray Street, 2002)
12. Tom Violence (EVOL, 1986)
13. Mary-Christ (Goo, 1990)
14. World Looks Red (Confusion is Sex, 1983)
15. Expressway to Yr Skull (EVOL, 1986)
16. Slow Revolution (Previously unreleased)

Kamis, 10 November 2011

Padi - The Singles (2011)




Mengamati perjalanan karir Padi berarti kita mengamati pula perjalanan industri musik rekaman di Indonesia selama lima belas tahun terakhir. Mereka pertama-kali terkenal lewat lagu "Sobat" pada tahun 1999, ketika belum terlalu marak mp3 ilegal, pembajakan, album re-package, RBT, dan juga penggunaan lagu sebagai lagu tema sinetron, serta "virus" selebritas yang semakin menggila. Pada waktu itu, band adalah sekumpulan orang yang berpotensi terkenal karena mengeluarkan lagu-lagu bagus, bukan karena tingkah-polah tak jelas atau kedekatan dengan pemain sinetron.

Lima belas tahun bertahan dalam lingkungan eksternal yang tidak kondusif bagi industri musik rekaman adalah prestasi, apalagi Padi terus konsisten menelurkan lagu-lagu bagus, bahkan sampai di album terakhir mereka, "Tak Hanya Diam" (2007), yang tidak menghasilkan banyak hit seperti empat album sebelumnya. Karena itulah ketika mereka merilis album "greatest hits" yang berjudul sederhana "The Singles", kita patut mengapresiasi mereka, walau pun peluncurannya sendiri tanpa gaung yang lumayan.

Apa yang kita harapkan sebagai pendengar dalam mengakses album kompilasi terbaik? jawabannya tergantung pemosisian kita sebagai pendengar jenis apa. Pendengar lama atau penggemar berat biasanya memfungsikan album the best sebagai dokumentasi yang menggabungkan banyak lagu sebagai kenangan, walau saya sendiri percaya bahwa sebuah lagu hanya relevan dalam kesatuan dengan lagu-lagu lainnya dalam satu album. Pendengar baru atau penyuka yang tidak terlalu fanatik biasanya memfungsikan album the best sebagai jalan pintas mengenali karya band secara keseluruhan. Saya yang memposisikan diri sebagai penggemar biasa melihat album ini baik sekali memadukan semua hit pada sejak album pertama, "Lain Dunia" (1999), sampai album kelima, "Tak Hanya Diam" (2007), dalam dua keping CD.

Selain itu, fungsi yang penting dari album the best ini adalah tergabungnya tiga lagu yang tak pernah ada di album-album Padi, yaitu "26 Desember" yang ada dalam album kompilasi untuk membantu korban tsunami di Aceh, "Kita untuk Mereka", lagu "Work of Heaven" dalam album kompilasi untuk Piala Dunia di Asia, "FIFA World Cup", dan "Terbakar Cemburu", yang disebarkan secara gratis di internet dan membuat Padi mendapatkan perhatian kembali dari masyarakat pecinta musik pada tahun 2009.

Singkatnya, album ini menjadi obat rindu yang berpotensi manjur bagi fans Padi dan pintu masuk bagi penggemar baru yang ingin memahami musik Padi secara cepat sebelum memasuki seluruh karyanya. Harga album ini juga termasuk terjangkau untuk dikoleksi sehingga membuat kita mudah mengingat bahwa Padi adalah salah satu band besar Indonesia yang muncul memasuki dekade 2000-an dan terus bertahan sampai sekarang. Semoga Padi masih mengeluarkan album-album baru, album "The Singles" ini adalah pemicu untuk memasuki chapter baru dalam berkarya.

Daftar lagu:

Disc 1:

1. Terbakar Cemburu
2. Tempat Terakhir
3. Sesuatu yang Indah
4. Kasih Tak Sampai
5. Begitu Indah
6. Harmony
7. Semua Tak Sama
8. Mahadewi
9. Ternyata Cinta
10. Belum Terlambat
11. Tak Hanya Diam
12. Patah
13. Sang Penghibur
14. 26 Desember

Disc 2

1. Sobat
2. Seandainya Bisa Memilih
3. Siapa Gerangan Dirinya
4. Hitam
5. Jangan Datang Malam Ini
6. Work of Heaven
7. Bidadari
8. Seperti Kekasihku
9. Bayangkanlah
10. Rencana Besar
11. Sesuatu yang Tertunda
12. Rapuh
13. Menanti Sebuah Jawaban
14. Sudahlah

Selasa, 08 November 2011

Foster the People – Torches



Pada suatu sore di akhir September di sebuah toko CD di Jakarta, saya mendengarkan sebuah lagu yang langsung membetot indera pendengaran. Ketika lagu itu diputar dan membahana di pengeras suara, langsung saja saya suka dengan lagu itu sejak pertama-kali mendengarnya. Bila ada cinta pada pandangan pertama pada seseorang atau sesuatu, saya meyakini ada juga cinta pada “pendengaran” pertama.

Kejadian seperti ini sudah beberapa kali saya alami, namun kejadian terakhir sudah sangat lama: jatuh hati pada pendengaran pertama untuk sebuah lagu yang dinyanyikan band baru. Terakhir kali saya mendengar sebuah lagu dan langsung menyukainya adalah lagu “Closing Time” oleh Semisonic pada tahun 1998. Nama bandnya baru saya dengar pada waktu itu namun lagunya langsung “nampol” dan menempel terus di indera pendengaran. Lagu itu kemudian menjadi semacam lagu favorit kolektif bagi saya dan rekan-rekan menjelang masa akhir kuliah apalagi kemudian lagu ini seringkali muncul di program acara MTV yang pasti disukai kaum muda penikmat musik, “Alternative Nation”.

Sebelumnya lagi, lagu yang langsung menempel dan saya ingat adalah lagu “Unbelieveable” yang dinyanyikan oleh EMF pada tahun 1991. Waktu itu saya mendengar dan melihatnya pertama-kali di sebuah acara TVRI bernama “Music Trax” ketika saya masih duduk di SMA. Dulu itu musik yang disukai pemuda dan pemudi adalah sebangsa slow rock dan lagu “Unbelieveable” terdengar sangat unik di tengah samudera lagu slow rock yang sangat banyak.

Lagu yang saya dengarkan dan langsung membuat saya tertarik tersebut adalah “Pumped Up Kicks” dari band baru bernama “Foster the People”. Tidak perlu telinga terlatih untuk menyukai lagu ini. Telinga pendengar musik biasa seperti saya saja bisa langsung menyukainya. Lagu “Pumped Up Kicks” memang enak didengar dan beat-nya bisa digunakan untuk teman menari pelan. Lagu ini kemudian menjadi semakin akrab ketika tiap setengah jam saya tonton klipnya di kamar hotel tempat saya menginap di Jakarta.

Formula satu lagu bagus dan langsung menarik perhatian memang sudah sering digunakan secara sengaja atau tak sengaja oleh band. Namun, tentu saja, diperlukan konsistensi dalam waktu cukup lama untuk menjadi besar. Dua band yang telah saya sebut sebelumnya adalah contoh yang baik. Kemana EMF dan Semisonic setelah hit pertama mereka itu? EMF masih menghasilkan album-album yang bagus, terutama “Cha Cha Cha” (1995), selain Schubert Dip (1991) yang ada “Unbelieveable”. Semisonic juga masih punya album bagus selain album “Feeling Strangely Fine” (1998) yang memuat “Closing Time”, yaitu “All About Chemistry” (2001), namun keduanya lebih dikenal karena hit pertama mereka.

Semoga hal tersebut tidak terjadi pada “Foster for People”, terkenal sekali setelah itu “mati”. Hal yang menyenangkan adalah indikasi tersebut tidak terpantau di album debut mereka ini. Album “Torches” (2011) ini bagus. Walau tidak sangat bagus, album ini merupakan modal dasar yang bagus sebagai album pertama. Selain “Pumped Up Kicks” yang memang sangat disukai penikmat musik, lagu-lagu lain di album ini enak didengar dan menarik dimaknai teksnya. Semua lagu berkisah tentang kehidupan anak muda usia 20-an dan bukan saja kisah spesial para personelnya, Mark Foster, Cubbie Fink, dan Mark Pontius, narasi yang tertera pada lagu-lagu di album ini adalah pengalaman yang umum bagi kaum muda. Bisa dikatakan topik utama dari album ini adalah menyikapi hidup dengan lebih baik. Pesan itu mudah terlihat di lagu “Helena Beat” dan “Waste”. Bukan pesan motivasi yang eksplisit memang, tetapi tetap memberikan semangat untuk mengarungi hidup yang berat. Tentu saja, seperti halnya konten media untuk anak muda yang lain, ada juga lagu yang berkisah tentang relasi cinta dan kerinduan seperti termaktub di lagu “Miss You”.

Teks media dari album ini memang tidak liat dan relatif mudah ditaklukkan. Inilah lapis aktivitas memaknai yang secara sengaja dibawa oleh produsen kontennya dan sungguh bukan sebuah masalah. Tidak ada pretensi untuk bersulit-sulit dengan musik dan lirik yang ditampilkan di album ini. “Penaklukan” teks yang mudah oleh pendengar mungkin memang merupakan suatu kelebihan, namun di sisi lain merupakan kelemahan jua. Kecuali ada momen berkesan yang diikat oleh album ini, lagu-lagu atau teksnya tidak akan melekat lama di hati dan di pikiran karena tidak ada isu dan “konsep” kuat yang diangkat. Album ini tetap bagus sebagai sebuah kesatuan walau misalnya kita melepaskan single atau hit pertamanya. Nikmati dan dengarkan saja “Torches” dengan utuh penuh untuk menemani hari yang kita jalani.

Daftar lagu:
1. Helena Beat
2. Pumped Up Kicks
3. Call It What You Want
4. Don’t Stop (Color on the Walls)
5. Waste
6. I Would Do Anything for You
7. Houdini
8. Life on the Nickel
9. Miss You
10.Warrant

Senin, 07 November 2011

Umay - Pesta Sekolah (2011)

Teks tentang Relasi Anak




Entah mengapa setiap mendengarkan lagu anak-anak saya selalu teringat dengan lagu "Aku Anak Sehat". Lagu itu mengingatkan bagaimana pesan media apa pun akan selalu rentan terhadap "intervensi" dan kepentingan penguasa, apalagi pesan media musik rekaman. Coba simak petikan lirik ini..."aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat...semasa aku bayi selalu diberi ASI, makanan bergizi, dan imunisasi. Posyandu menungguku setiap waktu...."

Bagaimana bisa lagu anak-anak berisi "arahan" untuk ibu dan jelas berisi pesan komunikasi pembangunan? namun itulah yang terjadi di era Orde Baru berkuasa di mana media menjadi elemen penting bagi hegemoni penguasa, ideological state aparattus, istilah yang dikenalkan oleh Antonio Gramsci. Tidak hanya kekuasaan pemerintah yanng mungkin hadir dalam pesan media musik populer. Agen yang lain, terutama media dan pasar sangat mungkin hadir di dalamnya.

Hal yang mirip, di mana "arahan" untuk anak hadir, bisa ditangkap di album anak-anak yang bagus ini walau pesannya tidaklah terlalu eksplisit. Arahan tersebut bisa ditemukan di lagu "Menabung". Tidak seeksplisit arahan "Menabung Pangkal Kaya" pada jaman totaliter Orde Baru memang karena unsur negara ataupun penguasa tidak muncul, namun tetaplah modus arahan itu terdengar samar.

Isi pesan lagu yang lain juga menarik. Selain semua lagu di album ini bernuansa ceria dan irama masa kini, pesan di tiap lagu juga unik. Ada kisah superhero lokal di lagu "Gatotkaca". Walau sebenarnya penulis lagu bisa merujuk pada superhero Indonesia yang lebih baru semisal Kapten Indonesia, Darna, Godam, dan Elmaut, daripada Kapten Amerika, Wonder Woman, Superman+Thor, dan Spiderman (walau tidak ada beda superhero Indonesia yang saya sebut dengan superhero Amerika itu :))

Ada juga keceriaan bersekolah di lagu awal "Pesta Sekolah". Hal ini unik karena biasanya bersekolah dikaitkan dengan suasana menjemukan atau kaku semacam piket kelas atau upacara, atau "ketakutan" terhadap otoritas lembaga pendidikan yang berlebihan, semisal ketakutan atas ujian. Namun di lagu ini sekolah adalah pesta. Bersekolah adalah aktivitas yang menyenangkan. Di antara semua lagu, saya paling senang dan agak terkejut dengan lagu "Takkan Nakal Lagi". Lagu ini menunjukkan nuansa baru relasi antara anak dan orang-tua (mama). Lagu ini bercerita tentang kesedihan anak-anak setelah berbuat "kenakalan". Hal yang menarik adalah permintaan si anak agar sang mama juga berhenti marah. Kita sering lupa, relasi orang tua dan anak bukanlah satu arah. Sang anak juga memiliki permintaan dalam relasi tersebut.

Relasi lain sang anak dengan anggota keluarga bisa diamati dalam lagu "Dekat Dekatlah denganku". Lagu yang berkisah kedekatan sang anak dengan adiknya. Sang anak yang menjadi kakak menjadi pelindung bagi sang adik. Relasi yang galib dalam kehidupan namun jarang dimunculkan dalam teks lagu. Biasanya adik di dalam teks media apa pun menjadi obyek kelucuan dan kegemasan orang yang lebih dewasa. Pengaruh media dalam kehidupan anak jelas terlihat dalam lagu "Rocker Kid" dan "Sepakbola". Suasana hidup anak lelaki memang lekat dengan karakter keren dunia dewasa nanti, di mana laki-laki semestinya "nge-rock" dan suka dengan sepakbola.

Album ini secara umum berisi materi yang bagus untuk anak-anak karena mengungkap kehidupan anak-anak terkini. Sayangnya, distribusi tertutup album ini yang hanya melalui satu jaringan makanan cepat saji menjadikan anak-anak sub-urban dan rural memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengaksesnya. Karena lagu anak-anak itu barang langka sebaiknya ada upaya bersama untuk memperluas konten musik populer yang bisa diakses anak-anak seluas mungkin. Hal ini lebih baik daripada anak-anak hanya mengenal lagu-lagu orang dewasa yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak-anak.


Daftar Lagu
1. Pesta Sekolah
2. Takkan Nakal Lagi
3. Rocker Kid
4. Umay Datang
5. Tamasya
6. Sepakbola
7. Dekat, Dekatlah denganku
8. Menabung
9. Doa Dulu
10. Gatotkaca

Jumat, 04 November 2011

Tribute to KLa Project

Interpetasi dan Pengemasan Pesan

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita di situs berita musik bila the Upstairs mengintepretasi ulang lagu “Lantai Dansa” milik Kla Project. Selanjutnya, berita itu memberikan informasi akan dirilis album “Tribute to Kla”. Lagu yang dinyanyikan ulang oleh the Upstairs itu adalah salah satu yang akan dikompilasi dalam album tersebut. Namun beberapa hari setelahnya saya lupa dengan informasi tersebut, walau hampir bisa dipastikan saya akan mengakses album tersebut bila dirilis.

Hal yang agak mengejutkan saya adalah saya mendapatkan album “Tribute to Kla” ini di sebuah jaringan minimarket ketika secara tak sengaja mengakses beberapa produk di sana. Distribusi dengan menggunakan jalur di luar jalur konvensional adalah pilihan yang jamak bagi pelaku musik populer Indonesia belakangan ini. Contoh terbaik adalah Agnes Monica yang merilis album the best-nya, “Agnes is My Name” (2011) melalui jaringan makanan cepat saji, juga album Umay, “Pesta Sekolah” (2011), sebuah album untuk anak-anak yang bagus. Album musikal Laskar Pelangi yang didistribusikan melalui jaringan toko buku terbesar di Indonesia adalah contoh lainnya. Jaringan toko buku tersebut juga pernah membuat blunder dengan menyebarkan secara ekslusif album OST “Badai Pasti Berlalu” yang ternyata bermasalah dalam hak cipta. Album OST "Badai Pasti Berlalu" yang sudah terpajang kemudian ditarik kembali. Album "Badai Pasti Berlalu" tersebut memang kurang maksimal kualitasnya. Saya tahu karena saya sempat membelinya.

Semestinya kenyataan bahwa album "Tribute to KLa Project" dijual di jaringan mini market tidak mengejutkan karena saya sudah mengetahui fenomena distribusi album melalui jalur non konvensional. Hal yang mengejutkan saya adalah band legendaris sekaliber KLa Project memilih distribusi “tertutup” semacam ini. Kalau band-band bernama "aneh" semacam "Pemuda Idola", "Kuning Telur", atau "Galau Band", bisa dibilang sah melakukannya, masalahnya ini KLa Project. Mungkin ada pertimbangan lain yang belum diketahui publik pendengar. Hal yang kita tahu, walau kepastian penghasilan didapat melalui distribusi semacam ini, kemungkinan akses untuk pendengar yang lebih luas menjadi terbatas. Saya yakin album ini pasti menarik minat banyak orang bila didistribusikan terbuka.

Seperti saya duga, lagu “Lantai Dansa” oleh the Upstairs adalah lagu paling mengasyikkan di album ini. Interpretasi mereka atas lagu “Lantai Dansa” membuat lagu ini tidak terlalu mirip dengan lagu aslinya namun tetap bagus dan menjadi khas the Upstairs. Lagu-lagu lain yang menarik untuk dicermati adalah “Semoga”, yang dinyanyikan ulang oleh Vidi Aldiano, “Terpurukku Disini” oleh Ahmad Dhani, dan “Meski T’lah Jauh” oleh Pongki Barata. Ahmad Dhani seharusnya me-remake lagu-lagunya sendiri seperti me-remake lagu “Terpurukku Disini”. Ketujuh lagu lain "bermain aman" dengan interpretasi yang biasa. Untungnya ketujuh lagu itu adalah memang lagu-lagu yang bagus sehingga hasil daur-ulangnya pun tetap bagus.

Dalam melihat album “tribute to”, saya akan selalu membandingkan dengan album “If I were A Carpenter” (1994) yang menurut saya jenis album “tribute to” yang paling oke dari banyak sisi, pengemasan, interpretasi lagu, dan komposisi pesan. Bila mengkomparasi kualitas sebaiknya kita bandingkan dengan kualitas kelas satu. Sayangnya, album “Tribute to Kla Project” ini belum memenuhi ketiga kriteria tersebut dengan ciamik. Pengemasan pesan misalnya, judul album tidak ada, hanya ada istilah “tribute to” yang normal sekali.

Mestinya manajemen Kla, yang berinisiatif merilis album ini, bisa menyarankan judul utama, baru kemudian diembel-embeli dengan “tribute to”. Interpretasi lagu juga belum maksimal. Toh banyak judul lagu atau petikan lirik yang puitis dan keren dari KLa Project. Idealnya, para penginterperasi tidak “lebur” oleh teks awal (lagu dan penyanyi awalnya). Bila di album “If I were A Carpenter” para penafsir semuanya menyanyikan lagu-lagu lama Carpenter dengan sangat bagus, terutama Sonic Youth, pada album ini, tidak semua berdualitas dengan lagu dan penyanyi aslinya.

Terakhir, aspek komposisi pesan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Kla dan manajemennya dengan merilis album ini? Apakah ingin menunjukkan pada masyarakat pecinta musik bahwa mereka adalah band legendaris, yang memberi kontribusi lumayan besar pada musik populer Indonesia kontemporer? Atau agar masyarakat pecinta musik ingat dengan eksistensi mereka? Entahlah, tidak ada catatan yang memadai di album ini.

Mestinya memang ada catatan yang bisa disampaikan dari pihak Kla sendiri atau pun dari pakar musik Indonesia agar akses pesan yang didapat audiens bisa maksimal. Tradisi hadirnya catatan bersama album yang dirilis memang belum mentradisi di sini walau sudah seringkali digunakan oleh para penyanyi independen. Walau begitu, secara umum album tribute yang “hanya” berisi sepuluh lagu ini adalah album yang bagus. Mestinya, dengan menghitung banyaknya hits yang ditelurkan oleh Kla, jumlah lagu bisa lebih banyak. Di luar itu semua, tanpa harus menyampaikan pesannya dengan eksplisit, Kla sudah menunjukkan lewat karya bahwa mereka telah menjadi band legendaris dan berkontribusi untuk musik Indonesia.




Daftar Lagu:
1. RAN – Tentang Kita
2. The Upstairs – Lantai Dansa
3. Ungu – Yogyakarta
4. Vidi Aldiano – Semoga
5. Ahmad Dhani – Terpurukku Disini
6. Violet – Bahagia Tanpamu
7. Pongki Barata – Meski T’lah Jauh
8. Babas – Sudi Turun ke Bumi
9. Maliq & D'Essentials – Prasangka
10.Kerispatih – Menjemput Impian

Rabu, 02 November 2011

There is A Light That Never Goes Out

oleh the Smiths

Take me out tonight
Where there's music and there's people
And they're young and alive
Driving in your car
I never never want to go home
Because I haven't got one
Anymore

Take me out tonight
Because I want to see people and I
Want to see life
Driving in your car
Oh, please don't drop me home
Because it's not my home, it's their
Home, and I'm welcome no more
And if a double-decker bus
Crashes into us
To die by your side
Is such a heavenly way to die
And if a ten-ton truck
Kills the both of us
To die by your side
Well, the pleasure - the privilege is mine
Take me out tonight
Take me anywhere, I don't care
I don't care, I don't care
And in the darkened underpass
I thought Oh God, my chance has come at last
(But then a strange fear gripped me and I Just couldn't ask)

Take me out tonight
Oh, take me anywhere, I don't care
I don't care, I don't care
Driving in your car
I never never want to go home
Because I haven't got one, da ... Oh,
I haven't got one
And if a double-decker bus

Crashes into us
To die by your side
Is such a heavenly way to die
And if a ten-ton truck
Kills the both of us
To die by your side
Well, the pleasure - the privilege is mine
Oh, There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out
There Is A Light And It Never Goes Out

Blog dan Aktivitas Menulis

Saya merasa agak bersalah karena cukup lama tidak menulis di blog. Bukan apa-apa, rasanya memang ada yang hilang belakangan ini. Walau ternyata menulis bagi saya bukan lagi sekadar menuangkan pengalaman, pengetahuan, dan harapan, melainkan sudah seperti "ritual" yang menyucikan hati yang mungkin berdebu dalam menjalani hidup, aktivitas menulis memerlukan “upaya” lain untuk diselesaikan. Saya sendiri tidak tahu apa penyebab sebenarnya saya jadi jarang menulis di blog belakangan ini. Seringkali aktivitas menulis sudah saya lakukan tetapi tidak ada hasilnya. Tulisan tersebut tidak selesai dan tidak jadi dipublikasi. Tulisan yang “nyaris” selesai sekalipun belum tetaplah belum selesai dan tak bisa di-share di blog. Seringkali keinginan menulis itu sangat besar, isi sudah terpikirkan namun tidak ada waktu dan kesempatan untuk menuangkannya. Menulis tetap “meminta” waktu utuh penuh yang bisa relatif pada tiap orang. Saya sendiri memerlukan waktu sekitar tiga puluh menit untuk menghasilkan tulisan selesai sekitar 700 kata. Bila tidak ada waktu utuh penuh, yang tak terjeda oleh perhatian lain, sebanyak itu saya tidak menyelesaikan tulisan.

Kejadian pertama yang membuat saya antusias lagi menulis adalah beberapa hari yang lalu kebetulan teman saya menunjukkan blog-nya pada saya. Blog yang bagus dan semarak. Dia juga menunjukkan situs alexa yang bisa "menilai" blog. Blog miliknya menempati peringkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan blog saya. Kami kemudian berbincang tentang kemungkinan memperluas daya jangkau blog. Saya mendapatkan banyak masukan dari dia dan pada akhirnya hasrat menulis saya muncul lagi. Mendapatkan perhatian yang luas tentu saja dikarenakan seberapa menariknya tulisan kita sebelum kita membenahi blog agar lebih mudah diakses.

Kejadian lain adalah pada hari berikutnya secara tak sengaja saya mengakses blog salah seorang akademisi ilmu komunikasi yang terkemuka. Beliau secara formal sudah pensiun dari dosen UGM, namun tidak ada kata pensiun untuk pemikiran. Melihat-lihat dan mengamati blog-nya saya semakin melihat kualitas pemikiran dan pengetahuan yang dituangkannya di dalam tulisan. Pemikiran yang bernas, tulisan yang bagus, dan hasrat yang kuat untuk berbagi. Kekaguman saya pada dirinya bertambah dan membuat saya semakin ingin menulis. Kali ini bila diberi kesempatan menulis, saya akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghasilkan tulisan dengan sebaik-baiknya.

Blog, seperti telah kita pahami, sangat membantu dalam aktivitas menulis. Simpulan ini berasal dari pengalaman personal saya. Melalui blog hasrat dan kesempatan kita menulis bakal lebih besar lagi. Berikut ini fungsi blog bagi aktivitas menulis:

Pertama, blog memberi keleluasaan kita menulis kapan pun dan seperti apa pun hasilnya. Di blog personal, kita bisa menyimpan terlebih dahulu tulisan yang akan dipublikasi sebagai draft dan kita bisa melanjutkannya lagi lain waktu, seluangnya waktu dan kesempatan yang kita miliki. Atau bila kita ingin mempublikasikan tulisan yang belum selesai itu, kita bisa "mempublikasikannya" untuk diri sendiri terlebih dulu dan kemudian memperbaikinya pelan-pelan. Bila sudah selesai, tulisan tadi baru kita publikasi secara terbuka di blog kita.

Kedua, blog menjadi sarana pencatat apa pun yang kita baca, tonton, dengar, dan pikirkan secara cepat. Seringkali semua itu menghilang dengan cepat bila tak dicatat. Misalnya seperti yang saya alami, banyak informasi yang saya baca dan sesuai dengan bidang ilmu yang saya geluti, namun ketika mengakses informasi tadi saya tidak sempat mencatat sedikit jua. Akibatnya informasi tersebut hilang entah kenapa. Mungkin saya bisa mengingat informasi tersebut lamat-lamat namun akurasi dan rujukan sumbernya tidak tepat. Blog bisa mengatasi itu semua. Saya bisa mencatatnya dengan cepat di blog dan mudah mengaksesnya kembali kapan pun bila dibutuhkan.

Ketiga atau yang terakhir, blog dapat membantu kita berelasi dan berinteraksi dengan pihak lain. Melalui blog, kita bisa mengamati tulisan-tulisan kita yang seperti apa yang dibaca oleh pihak lain. Kita bisa menulis apa pun di blog kita, tetapi kita tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa kita memiliki tulisan yang diminati dan tidak diminati orang lain. Melalui blog pula kita bisa mengetahui dan membaca blog-blog orang lain yang memiliki ketertarikan dan minat yang sama dengan diri kita.

Kita bisa menggali informasi dan pengetahuan dari blog-blog tersebut. Aktivitas menulis dan membaca sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Dengan menjadi pembaca blog-blog yang bagus kita lebih mungkin dapat menulis dengan baik di blog kita sendiri.

Pada sisi yang lain, disinilah arti paling penting dari blog. Blog tidak hanya menjadi pendukung dari aktivitas menulis, lebih luas lagi, blog memperkuat literasi, literasi media, dan literasi digital sekaligus. Blog semakin meningkatkan kemampuan membaca dan menulis personal. Blog semakin menyadarkan kita akan cara memahami sekaligus memproduksi pesan dengan baik. Pada akhirnya, melalui menulis di blog kita semakin menyadari kesaling-keterkaitan kita dengan pihak lain secara langsung, juga dengan budaya partisipatif dan kolaboratif bahwa kita membentuk "semesta" pengetahuan dengan manusia-manusia lain di kehidupan fana ini.

Senin, 31 Oktober 2011

Pumped Up Kicks

oleh Foster the People (Torches, 2011)




Robert's got a quick hand.
He'll look around the room, he won't tell you his plan.
He's got a rolled cigarette, hanging out his mouth he's a cowboy kid.
Yeah, he found a six shooter gun.
In his dad's closet hidden with a box of fun things, and I don't even know what.
But he's coming for you, yeah he's coming for you.

[Chorus: x2]
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, outrun my gun.
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, faster than my bullet.

Daddy works a long day.
He'll be coming home late, yeah he's coming home late.
And he's bringing me his dark surprise.
'Cause dinner's in the kitchen and it's packed in ice.
I've waited for a long time.
Yeah the sleight of my hand is now a quick-pull trigger,
I reason with my cigarette,
And say your hair's on fire, you must have lost your wits, yeah.

[Chorus: x2]
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, outrun my gun.
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, faster than my bullet.

[Whistling]

[Chorus: x3]
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, outrun my gun.
All the other kids with the pumped up kicks you'd better run, better run, faster than my bullet.

Selasa, 25 Oktober 2011

Literasi Saja Belum Selesai

Ada sebuah berita tercecer yang tidak terpantau dari tanggal 22 Oktober 2011 lalu (harian Kompas). Sebuah kenyataan yang lumayan mengejutkan disampaikan oleh Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman seusai puncak peringatan Hari Aksara Internasional ke-46, Jumat (21/10), di Jakarta. Informasi tersebut adalah betapa banyak angka buta aksara di Indonesia, selama 66 tahun Indonesia merdeka, angka buta aksara masih sekitar 8,3 juta orang atau 4,79 persen dari jumlah penduduk.

Ternyata selama ini program pemberantasan buta huruf masihlah belum efektif. Bila kita melihat kemampuan membaca dan menulis (literasi atau melek huruf) dan mengaitkannya dengan kemajuan masyarakat, literasi adalah kecakapan mendasar bagi warga negara. Literasi digunakan sebagai indikator kemajuan pembangunan suatu masyarakat pada fase awal, ketika konsepsi pembangunan top-down masih digunakan. Fase ini dimulai sekitar tahun 1960-an. Jadi, sesungguhnya bila dijalankan secara serius, literasi sudah "selesai" dibenahi.

Kini kita dihadapkan pada dua jenis "literasi" yang lain, yaitu literasi media dan literasi media baru atau literasi digital. Hal ini sejalan dengan perkembangan media yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Literasi diperuntukkan bagi media cetak, literasi media terutama dikaitkan dengan media audio-visual, dan literasi digital dilekatkan pada perkembangan media baru: handphone, internet, dan games.

Jangankan berbicara tentang literasi digital yang sangat diperlukan belakangan ini mengingat banyaknya kerugian yang diderita masyarakat akibat rendahnya literasi digital untuk memahami internet dan handphone, literasi pun masih diperlukan dan semestinya ditangani dengan baik. Literasi adalah kemampuan yang diperlukan oleh setiap individu untuk menjalani hidupnya dengan baik, antara lain dengan lebih baik mencari, menerima, dan menyebarkan informasi. Walau begitu, cepatnya perkembangan media membuat kita juga mesti mengupayakan semua jenis kecakapan bermedia secara simultan; literasi, literasi media, dan literasi digital. Tanpa ketiga kecakapan bermedia tersebut amanat Konstitusi pasal 28F, setiap warga berhak menerima informasi dan berkomunikasi, tidak akan terpenuhi dengan memadai.

Senin, 24 Oktober 2011

Brutalitas Tayangan Televisi

Dua hari terakhir kita, sebagai penonton berita televisi, dikejutkan penayangan dua orang tokoh yang meninggal karena terbunuh. Kedua tokoh tersebut berasal dari dunia politik dan dunia olahraga. Tokoh pertama adalah Moammar Khadafy, tiran yang berkuasa di Libya selama empat puluh dua tahun. Tokoh kedua adalah Marco Simoncelli, pembalap MotoGP. Keduanya meninggal karena sebab yang berbeda. Khadafy dibunuh oleh massa atau tentara NTC (Dewan Transisi Nasional) Libya, sementara Simoncelli meninggal karena terlindas pembalap lain, Colin Edwards, ketika motornya hilang keseimbangan.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa pemberitaan tokoh yang meninggal adalah hal yang biasa. Namun pemberitaan tersebut menjadi "luar biasa" bila diberitakan oleh stasiun-stasiun televisi Indonesia yang cenderung kurang mempertimbangkan etika penyiaran. Pemberitaan mengenai tertangkap dan meninggalnya Khadafy misalnya, walau sudah disensor masih terlihat jelas bagaimana dia diperlakukan dengan tidak hormat, didorong-dorong dan jenazahnya masih ditendangi ketika diduga sudah meninggal. Pertanyaannya, mengapa televisi, paling tidak dua stasiun televisi swasta, menyiarkannya berulang-ulang dan tanpa sensor yang lengkap.

Hal yang sama terjadi pada pemberitaan tertabraknya Simoncelli. Gambar tersebut, di mana tubuh Simoncelli terhempas dan kemudian tertabrak, diulang-ulang. Dalam satu item berita gambar tersebut bisa diulang lebih dari dua kali. Tentu saja hal ini tidak pantas dan tidak etis ditayangkan berulang-ulang, apalagi ditayangkan pada waktu di mana tidak hanya orang dewasa yang menonton gambar tersebut.

Pemberitaan televisi telah menayangkan brutalitas gambar. Penayangan yang berulang-ulang itu berlebihan dan berpotensi membuat audiens anak-anak terpengaruh bahwa gambar yang bermuatan "kekerasan" adalah hal yang lumrah. Semestinya gambar tersebut hanya ditayangkan sekali atau dengan sensor yang lengkap. Lebih jauh lagi, semestinya negara memang memberikan perlindungan kepada penonton dengan mengawasi tayangan televisi yang "disiarkan" dengan ketat. Hal yang berbeda mungkin terjadi untuk televisi berlangganan, baik melalui kabel maupun satelit, di mana penontonnya lebih terseleksi.

Mungkin tayangan yang bermuatan kekerasan agak jamak dalam siaran televisi kita namun kenyataan ini seharusnya tidak membuat kita berhenti untuk terus mengawasi dan mengingatkan bahwa kualitas tayangan televisi adalah urusan kita semua karena siaran televisi menggunakan "barang" publik yang merupakan miliki kita semua, warga negara Indonesia.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Ambiguitas Regulasi Media di Indonesia

Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang relatif lebih demokratis sejak tahun 1998 juga berimbas pada kebebasan bermedia. Media di Indonesia lebih bebas dan terbuka bila dibandingkan pada masa Orde Baru. Kita begitu optimis di awal Reformasi atas kehidupan bermedia. Namun secara pelan namun jelas, kondisi tersebut tereduksi. UU Pers yang muncul pada tahun 1999 dan UU Penyiaran yang lahir pada tahun 2002 dinilai oleh banyak pihak telah demokratis tetapi penilaian tersebut berbeda dengan aturan hukum yang muncul pada tahun yang semakin jauh dari 1998. UU ITE yang muncul pada tahun 2008 dan UU Perfilman yang disahkan pada 2009 adalah contohnya. Kedua UU tersebut disinyalir tidak mendukung masyarakat yang demokratis.

Satu UU lain yang mengatur informasi publik, yaitu UU KIP yang dirilis pada tahun 2008 walau dinilai relatif mengutamakan kepentingan publik ternyata sulit sekali diimplementasikan karena regulasi di bawahnya tidak dilaksanakan dengan baik. Hal yang mirip terjadi pada UU Penyiaran sebelumnya, UU yang baik itu ternyata tidak dijalankan dengan baik oleh pemerintah dan pihak penyelenggara televisi komersial karena pemerintah membuat PP yang bertentangan dengan UU dan pihak stasiun televisi swasta tidak beritikad baik mengikuti UU tersebut.

Regulasi media Indonesia secara umum, yang mestinya mengutamakan penegakan demokrasi dan kepentingan publik, ternyata tidak berfungsi. Regulasi tersebut ternyata malah cenderung merugikan masyarakat. Hal tersebut terlihat dalam penanganan pencurian pulsa oleh penyedia konten mobile phone. BRTI, regulator di bawah pemerintah, menyerukan agar provider menghentikan sms premium. Permintaan tersebut segera mendapatkan penentangan dari musisi yang selama ini hidupnya tinggal bergantung pada RBT sebagai sumber penghasilan karena pembajakan yang merajalela. Hal ini menunjukkan betapa kebijakan yang diambil pemerintah tidak disertai pertimbangan yang matang dan cenderung terburu-buru tanpa melihat permasalahannya secara utuh. Pada kasus pencurian pulsa ini pemerintah, sebagai pelaksana kebijakan, gagal melindungi masyarakat sebagai warga. Masyarakat lebih dilihat sebagai konsumen.

Walau ambiguitas regulasi media masih terjadi, kita tetap mendapat “kabar” gembira tentang penerapan regulasi media. Di Tual, Maluku, pengadilan membebaskan Pemimpin Redaksi Suara Melanesia, Sirhan Nizar Salim Sether, dari kasus pencemaran nama baik yang diadukan Bupati Maluku Tenggara, Anderias Rentanubun. Hakim berargumen karena jaksa tidak memakai UU Pers (lihat Koran Tempo 20 Oktober 2011).

Kita tahu selama ini pengadilan di Indonesia tidak sepenuhnya menggunakan UU Pers tetapi menggunakan KUHAP untuk kasus dugaan pencemaran nama baik. Semoga ini bukan akhir tetapi awal yang lebih baik bagi penerapan regulasi media yang lebih baik di Indonesia.

Senin, 26 September 2011

1991

Tahun 1991 adalah tahun yang mengesankan bagi saya dalam mengakses media musik populer. Bagaimana tidak mengesankan, pada tahun 1991 itu dirilis lima album adikarya yang gaungnya masih terasa sampai kini dan pada tahun 2011 ini kelimanya telah berusia dua dekade. Usia yang terbilang lumayan panjang untuk sebuah album yang terus dibicarakan dan dirujuk. Bukannya meredup, kelima album tersebut menemukan relevansinya kembali bahwa untuk mengkreasi album, atau konten media pada umumnya, perlu membaca tanda-tanda jaman. Kita tahu secara global pada tahun 1991 itu, euforia kondisi dunia yang lebih baik merebak karena runtuhnya polarisasi politik internasional dan juga mulai didengarnya suara-suara kaum “pinggiran”. Kualitas kelima album tersebut akan lebih terasa apabila kelimanya dibandingkan dengan album-album yang dirilis beberapa tahun belakangan. Saya rindu dengan satu tahun dengan banyak album bagus seperti tahun 1991. Saya juga baru menyadari kelima album ini sudah "dewasa", berusia dua puluh tahun, ketika beberapa rekan memasang status atau menulis di situs jejaring sosial tentang usia dua album adikarya tersebut, double album “Use Your Illusion” dari Gun N Roses dan “Nevermind” dari Nirvana. Tiga album adikarya lain yang dirilis pada tahun 1991 tersebut adalah “Ten” oleh Pearl Jam, “Achtung Baby” dari U2, dan “Out of Time” dari REM.

Selain memang sangat bagus, bukan kebetulan juga bila kelima album tersebut mempengaruhi aktivitas saya dalam mengakses media musik populer setelahnya, dan pesan media pada umumnya, bahwa untuk mengakses pesan media kita mesti memilih dan memilah terlebih dahulu, terutama mendahulukan para adikarya. Tulisan ini tidak berusaha mereview kembali lima album tersebut melainkan hanya sekadar refleksi sederhana saya dalam memenyenangi musik populer sebagai teks media. Kelima album ini sangat bagus dan memberikan pengaruh kepada saya dengan caranya masing-masing. "Use Your Illusion" sudah saya dengarkan sama dengan ketika album ini dirilis ketika saya kelas dua di sekolah menengah atas. Saya menyukai album walau tidak pernah menjadikannya sebagai album favorit, juga band favorit untuk penyanyinya. Hal yang saya tahu album ini bagus dan banyak rekan di sekolah menyukainya. Pada tahun itu dan beberapa tahun sesudahnya, lagu "Don't Cry", "November Rain", dan "So Fine" tak henti memenuhi udara siaran radio, apalagi pada masa itu media radio siaran memang masih sangat populer bila dibandingkan dengan media lain, termasuk televisi pada saat itu yang membosankan acaranya. Bila diibaratkan manusia lain, album ini bukanlah teman baik tetapi kita bisa tetap menghormati kualitas karakter manusia itu tanpa harus menjadikannya teman baik.




Album "Nevermind" dari Nirvana sedikit berbeda kisahnya. Album ini juga saya dengarkan pada tahun yang sama dengan tahun dirilisnya, namun awalnya saya tidak begitu menyadari kehadirannya walau lagu "Smell like Teen's Spirit" memukau saya karena musik dan video klipnya. Saya baru mengakses penuh album ini ketika mendengar album Nirvana setelahnya, "In Utero" (1993), setelah Kurt Cobain bunuh diri dan Duran Duran mengkover lagu Lithium dengan sangat bagus untuk mengenang Cobain. Setelah itu, album Nevermind ini selalu relavan bagi saya. Album ini tidak pernah usang dengan semangat perlawanan dan musiknya yang merata bagus pada tiap lagu, selalu membuat hidup layak diperjuangkan. Bila diibaratkan teman, album ini adalah teman yang menggugah dan mengubah hidup saya menjadi lebih mengasyikkan.




Album "Ten" dari Pearl Jam seringkali dibandingkan dengan album "Nevermind" dari Nirvana. Untungnya "Ten" tidak saya dengarkan dengan intens pada saat yang bersamaan dengan mendengarkan "Nevermind" jadi saya tidak terjebak dalam hiruk-pikuk membanding-bandingkan. Lagipula, mengapa dibandingkan, keduanya berbeda dan bagus dengan caranya masing-masing. Saya mendengarkan album ini dengan intens lima tahun kemudian, pada tahun 1996, walau "Jeremy" sudah sejak awal rilis saya dengarkan. Saya terkesima dengan semua lagu di album ini, terutama lagu "Black". Pada saat itu kemungkinan besar saya mulai menyadari ada sesuatu yang indah bisa kita rasakan dari sebuah album utuh bila kita mendengarkannya dengan intens. Selalu ada yang baru ketika saya mendengarkan album ini. Bila diibaratkan manusia lain, album ini seperti teman yang perlahan kita kenali dengan baik dan pada akhirnya menjadi sohib kental.




Album keempat yang merupakan adikarya yang dirilis pada tahun 1991, yang juga mempengaruhi aktivitas saya dalam mengakses musik rekaman adalah "Achtung Baby" dari U2. Inilah album U2 pertama, bersama "Zooropa" (1993), yang saya dengarkan, barulah "Rattle and Hum" (1988) ke belakang. Bisa dikatakan di antara kelimanya, album inilah yang berpengaruh besar bagi saya dalam mendengarkan musik rekaman juga panduan saya mengakses album-album setelahnya. U2 pun menjadi band terfavorit saya sampai sekarang bersama Sonic Youth, REM, dan Radiohead, walau belakangan ini agak menurun mengingat U2 sibuk dengan liputan media tanpa karya yang benar-benar bagus seperti dulu. Album ini menunjukkan pada saya bahwa aktivitas mengakses musik rekaman bukan hanya mendengar, melainkan juga aktivitas berpikir. Saya merasa lebih memahami postmodernisme setelah mendengarkan album ini dengan intens, terutama dari lagu “The Fly”, "Even Better Than Real Thing" dan " Tryin' To Throw Your Arms Around The World".
Di dalam klip lagu “The Fly” misalnya, sang vokalis, Bono, berperan menjadi lalat yang “menempel” ke sana ke mari. Postmodernisme bisa diibaratkan demikian karena dia bisa menempel dan coba menjelaskan banyak hal pada banyak bidang ilmu. Tetapi apa yang terjadi pada posmo bila pada akhirnya dia sendiri telah menjadi metanarasi? Namun lagu ini menjadi agak menurun kadar bagusnya ketika ada band Indonesia yang menjadi epigon U2 yang jauh lebih banal memilih nama “The Fly” sebagai nama bandnya. Kalimat …“and a woman needs a man like a fish needs a bicycle” dalam lagu “Tryin' To Throw Your Arms Around The World” sejak awal sudah membuat saya tersenyum dan menyadari sulitnya berelasi dalam artian positif, terutama relasi antar gender. Bila diibaratkan manusia lain, album ini bagi saya adalah teman akrab yang bisa menjadi mitra untuk pikiran dan hati. Sahabat yang berdualitas dengan kita tanpa berhenti.




Terakhir, album adikarya yang dirilis pada tahun 1991, yang berperan dalam aktivitas mengakses pesan media musik rekaman bagi saya adalah “Out of Time” dari REM. Awalnya, album ini terlewati oleh saya karena rekan-rekan tidak membicarakan sebelumnya. Namun ketika beberapa hari yang lalu REM mengumumkan pembubaran dirinya, album ini langsung teringat. Apalagi, beberapa teman penggemar REM berduka karena pembubaran band legendaris ini. Saya pun bersedih, namun apa yang abadi di dunia ini? Yang fana selalu tak kekal. Kita hanya bersyukur karena pernah mendapat lagu-lagu dan banyak album yang bagus dari REM. Secara tak langsung album “Nevermind” berperan pada teraksesnya album ini karena saya mendapatkan album ini dari barter dengan album “Nevermind”. Saya memiliki dua album “Nevermind” karena secara tak sengaja membelinya kembali ketika tak ada pilihan kaset untuk dibeli. Walau kaset populasinya lebih banyak dibandingkan sekarang di toko-toko, tetap saja kita mesti menunggu lama bila satu rilisan telah habis. Karena itulah, tawaran rekan saya untuk bertukar dengan kaset “Out of Time” langsung saya terima. Siapa yang bisa melupakan lagu “Losing My Religion”, “Near Wild Heaven”, dan “Shiny Happy People”? bukan hanya ketiga lagu ini saja sebenarnya yang bagus, secara keseluruhan album ini berisi lagu-lagu yang solid. Album ini membicarakan banyak hal, namun tafsir atas religiusitas adalah salah satu hal utama. Bila diibaratkan teman, album ini mirip dengan album “Achtung Baby” bagi saya: Sahabat yang berdualitas dengan kita tak henti.




Begitulah, untuk merayakan dua dekade kelima album ini saya memutar lagi kelimanya seharian penuh. Ajaibnya, waktu seperti berputar dan membuat saya merasakan keindahan kenangan dua puluh tahun terakhir. Masa yang lumayan panjang, dan saya masih ingin yang Maha Ada mengijinkan saya terpukau lagi dengan album-album bagus yang bertahan dalam waktu yang lama, terpukau lagi dengan seluruh kehidupan dan karya-karya luar biasa yang ada di dalamnya. Bukan hanya musik populer tetapi semua jenis pesan media.

Senin, 19 September 2011

BBB (Belajar Bermedia Bersama) 33 – 35: Catatan Personal Bermedia

Setiap hari kita “diserbu” oleh informasi yang diproduksi, dikemas, dan didistribusikan oleh media. Secara umum informasi yang telah dimediasi oleh media tersebut terbagi ke dalam dua jenis, yaitu pesan yang faktual dan pesan yang fiksional, walaupun pada kenyataannya kedua jenis pesan tersebut bisa berkombinasi satu sama lain dan membentuk pesan yang sulit didikotomikan.

Beberapa hari ini banyak peristiwa yang kita ketahui melalui media. Bukan satu dua media, melainkan banyak media, baik format maupun institusinya. Misalnya saja kita bisa mengetahui bahwa kerusuhan Makassar yang dipicu oleh penusukan oleh seseorang yang menewaskan dua orang ternyata berkaitan dengan SARA. Hal ini justru saya ketahui bukan dari berita tentang penusukan tersebut tetapi dari pemberitaan kunjungan gubernur NTT ke Sulawesi Selatan beberapa hari kemudian. Sang gubernur meminta maaf karena si penusuk berasal dari NTT. Pertanyaannya mengapa mesti minta maaf, bukankah permintaan maaf tersebut justru menegaskan bahwa kita berbeda-beda “mematikan” karena etnis. Saya juga jadi tahu bahwa kerusuhan tersebut adalah kerusuhan antar etnis melalui berita “biasa” kunjungan pejabat tersebut.

Melalui pemberitaan berbagai media kita semakin tahu bahwa perkembangan media baru, internet dan handphone, di Indonesia malah membuat kita lebih rentan terhadap konflik sosial seperti kerusuhan yang terjadi di Ambon beberapa hari yang lalu. Kerusuhan tersebut kabarnya diprovokasi oleh informasi yang salah yang disebarkan melalui SMS dan situs jejaring sosial. Itulah sebabnya kita patut khawatir dengan kondisi di Ambon yang pernah didera konflik di awal runtuhnya rejim totaliter Orde Baru, begitu juga dengan seluruh daerah lain di Indonesia karena pada dasarnya kita dibangun oleh keberagaman.

Untuk pesan faktual “biasa”, misalnya berita tentang sepakbola, kita dapat mengetahui bahwa antusiasme kita, penonton Indonesia, pada sepakbola sangat luar biasa. Sekitar enam pertandingan langsung di akhir minggu berikut acara-acara pendukung menunjukkan bahwa program-program sepakbola sangat diminati dan melibatkan dana yang sangat besar.

Berita yang lain adalah meninggalnya Utha Likumahua. Meninggalnya salah satu penyanyi bagus yang berjaya pada era 1980-an ini menunjukkan pada saya bahwa lirik lagu bisa begitu memotivasi bila didengarkan. Lagu yang dinyanyikan Utha itu adalah “Esok ‘kan Masih Ada”, yang sangat bagus,…apalah artinya sebuah derita bila kau yakin itu pasti akan berlalu….Wah, kalimat emas ini lebih memotivasi saya dibandingkan dengan kalimat-kalimat sejenis yang muncul di acara-acara motivasi di televisi yang terkadang berlebihan.

Masih banyak sebenarnya peristiwa kemediaan yang lain, yang tidak hanya berlangsung dalam level teks atau isi pesan media. Isu-isu lain yang lebih makro, semisal ekonomi politik dan regulasi media juga banyak yang menarik untuk didiskusikan, dikritik, dan diadvokasi karena banyak yang tidak sesuai dengan harapan kita sebagai bagian dari masyarakat sipil. Dua kasus makro yang bisa disampaikan di sini misalnya,kasus Kompas TV dan revisis UU Penyiaran. Lain waktulah, pengamatan sekadarnya tersebut kita ulas. Selamat berjibaku dengan hari, bila bermedia, bermedialah dengan harapan bisa saling belajar satu sama lain.

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...