Rabu, 15 Mei 2013

Memaknai Hari Bersamanya

Sheila on 7 - Berlayar (2011)



Sekitar tiga hari yang lalu seorang pecinta Sheila on 7 meminta saya menulis tentang lagu So7 yang paling berkesan bagi saya. Agar tidak dianggap “pejantan tanggung” saya menerima tantangan tersebut :)

Sebelum memaknai sebuah lagu So7 saya mesti berkisah dulu tentang interaksi saya sebagai pemakna dan lagu-lagu So7 sebagai teks. Ketika awal kemunculan mereka sebenarnya saya tidak memperhatikan sama halnya dengan musik Indonesia sebelum tahun 2007. Saya baru memperhatikan musik Indonesia dengan lumayan mendalam dan menyintainya dengan tulus pada tahun 2007.

Walau tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, siapa yang tidak mengenal So7? Pada tahun 2000 mereka sangat populer. Saya punya pengalaman menarik yang menunjukkan So7 sangat populer. Ketika saya dan dua orang rekan sedang riset di Pontianak pada tahun 2000, anak pemilik rumah di mana kami tinggal yang waktu itu masih duduk di SMP meminta kami menyampaikan salam pada personel So7 karena tahu kami juga berasal dari Yogyakarta. “Kalau sudah pulang ke Yogya, salam sama So7 ya Bang...” kami hanya mengiyakan demi melihat wajahnya yang polos dan begitu antusias.

Begitu saya menyukai musik Indonesia pada tahun 2007, salah satu band yang langsung saya akses seluruh albumnya adalah So7. Namun berbeda dengan album yang kita akses pada konteks waktu yang sama ketika populer, album yang kita akses di luar waktu rilisnya akan memberikan pengalaman memaknai yang berbeda. Saya tahu lagu Sephia begitu populer di tahun 2000 bersama dengan albumnya “Kisah Klasik untuk Masa Depan”, sampai-sampai secara generik Sephia menggantikan istilah gadis gebetan selain pacar pada jaman itu. Saya juga tahu bahwa lagu-lagu dari album tahun 2004 “Pejantan Tangguh”, terutama Itu Aku, seringkali saya dengar pada tiap pentas musik di kampung pada jaman itu. Namun untuk mendalami lagu-lagu sebelum tahun 2007 saya sepertinya kehilangan “moment”.

Barulah pada dua album So7 terakhir saya lumayan mendalami dan mengakses lagu-lagu mereka. Memaknai lagu-lagu mereka secara otentik, langsung berelasi dengan kehidupan yang saya jalani. Dari dua album terakhir mereka awalnya saya bingung memilih lagu “ter-muaach” atau berkesan bagi saya. Ada tiga lagu yang mengena di hati, yaitu Betapa  dan Mudah Saja dari album “Menentukan Arah” tahun 2008. Album yang menjadi semacam manifesto personal mereka untuk terus berada pada jalur yang mereka pilih. Satu lagu lagi adalah Hari Bersamanya dari album terakhir tahun 2011, “Berlayar”. Lagu ini yang kemudian saya pilih karena memang berkesan sekali bagi saya.

Ada sebuah untai kata anonim yang menarik, “jangan pernah menyalahkan hari dalam hidupmu! Hari baik memberikan kebahagiaan. Hari buruk memberikan pengalaman. Hari terburuk memberikan pelajaran. Dan, hari terbaik memberikan kenangan”. Hari-hari terbaik antara lain adalah hari di mana kita bersama dengan orang yang kita cintai dengan mendalam. Hari di mana kita bisa antusias atau gugup ketika bertemu dengan pujaan hati, namun hari-hari itu semestinya ada pada tiap orang yang saling mengiyakan untuk bersama.

Syair lagu ini memang tidak menunjukkan diri yang optimis ketika mencintai orang lain seperti pada lagu Itu Aku atau diri yang sedikit ragu-ragu namun tetap bernuansa yakin dengan diri seperti pada lagu Seberapa Pantas. Atau bahkan sangat meyakinkan namun tetap “gagap” seperti dalam salah satu lagu kesukaan saya sepanjang masa, Romeo and Juliet dari Dire Straits. Petikan liriknya begini: you and me babe, how about it?  Jaman memang berubah, kita bisa berharap pada relasi cinta namun mari kita serahkan pada hari atau konteks waktu di mana relasi itu berada. Lirik lagu Hari Bersamanya terasa pas ketika saya mendengarkannya. Bagi saya ketika mendengarkan lagu Hari Bersamanya adalah pengalaman tekstual dan kontekstual yang bertemu.
  
Hal lain yang menarik di dalam lagu Hari Bersamanya ini adalah bahwa dalam relasi dengan orang yang kita cinta dalam wahana bernama hari. Simak petikan berikut ini: Mohon Tuhan untuk kali ini saja, beri aku kekuatan, tuk menatap matanya. Mohon Tuhan untuk kali ini saja, lancarkan hariku, hari bersamanya. Jarang sekali, atau mungkin tak ada, lagu cinta ciamik yang membawa-bawa Sang Pencipta. Biasanya orang-orang yang berelasi dalam konteks cinta cenderung melupakan Tuhan. Religiusitas yang mendalam memang asyiknya dibawa ke dalam relasi, bukan pada konflik.

Ketika menulis ini saya mendengarkan lagu-lagu So7 dan berharap dapat memaknai ragam teks dengan makna lain. Seperti kita ketahui, dalam kajian teks media harapannya kita memiliki polysemia pada akhirnya, yaitu kualitas keberagaman pemaknaan yang membantu kita dalam hidup. Memahami banyak teks musik populer membantu saya mendalami profesi saya. Untuk itu saya berterima kasih pada So7 sebagai salah satu produsen teks. Terima kasih dan selamat ulang tahun ke-17. Masa sedang mekar-mekarnya untuk berkarya. Teruslah berkarya dan memperkaya khazanah musik Indonesia..
Salam hangat dan sukses selalu untuk S07!



Senin, 06 Mei 2013

Calista Amadea – Calista Amadea (2013)

Calista Amadea – Calista Amadea (2012)


Album musik populer untuk anak-anak yang juga menarik untuk diamati, selain album Lana Nitibaskara, adalah album milik Calista Amadea. Ada dua alasan saya merasa dekat dengan penyanyi cilik yang satu ini. Pertama, ayah Calista adalah teman sekolah saya ketika SMA. Kedua, Calista seumur dengan anak perempuan saya. Apalagi album pertama Calista adalah album bagus yang disukai oleh anak saya dulu. Lagu-lagu di album tersebut menjadi teman anak saya untuk bertumbuh dan belajar.

Album kedua ini jauh lebih bagus dari album pertama, terutama karena album kedua ini juga mengajak Nugie, Purwa Tjaraka, dan Ari Tri Sosianto dari band Padi untuk memperkuat tim produsen konten media. Ditambah pula dengan  semakin bagusnya papanya Calista, Heru Krisna, dalam mencipta lagu. Lagu-lagu baru yang diciptakannya untuk album ini semakin bagus, Nada Indah dari Hati, Selamat Ulang Tahun untukmu, Sayangi Lingkungan, Senangnya Sekolah, dan Kau Mampu.

Ditambah dengan lagu-lagu anak lama, lagu-lagu yang dinyanyikan Calista di album debutnya, dan dua lagu ciptaan Nugie, I Love Mama Papa dan Indonesia Berjaya, plus aransemen Purwa Tjaraka dan juga Nuigie untuk beberapa lagu, album ini menjadi konten media yang sangat direkomendasikan untuk anak-anak.
Tidak hanya dari sisi musik dan kualitas vokal Calista, dari sisi pesan yang dibawa di dalam lagu pun, album ini semestinya didengar oleh anak-anak Indonesia. Di kala kompetisi menyanyi untuk anak-anak masih menyanyikan lagu untuk orang dewasa, di kala anak-anak cenderung dididik untuk cengeng lewat lagu-lagu tak inspiratif, lagu-lagu di album ini berbincang tentang kemandirian anak, cinta lingkungan dan bangsa, dan antusiasme untuk bersekolah.

Selain itu, lagu anak-anak legendaris yang dibawakan di album ini juga memberikan nuansa baru tersendiri, yaitu lagu Bintang Kecil, Desaku dan Kring Kring Kring. Dua lagu yang dinyanyikan kembali oleh Calista yang berasal dari album sebelumnya, Lucunya Adikku dan Cerah Hati, juga enak untuk didengarkan dan lumayan berbeda dari versi asli.

Album ini terdiri dari dua keping CD, satu adalah album kedua Calista, satu CD lain berisi video musik dari enam lagu di album serta tiga lagu untuk menyanyi bersama (karaoke). Indah sekali dunia anak Indonesia bila sebagian besar album musik populer untuk mereka berkualitas bagus seperti album ini.

Daftar lagu:
1. I Love Mama Pap (feat. Nugie)
2. Nada Indah dari Hati
3. Selamat Ulang Tahun untukmu
4. Bintang Kecil
5. Kring Kring Kring
6. Indonesia Berjaya (duet bersama Nugie)
7. Desaku
8. Sayangi Lingkungan
9. Senangnya Sekolah
10. Lucunya Adikku
11. Cerah Hati
12. Kau Mampu



Lana Nitibaskara - Spirit of Jazz (2011)

Lana Nitibaskara - Spirit of Jazz (2011)


Konten media untuk anak-anak sangat banyak belakangan ini, terutama untuk buku. Sayangnya tidak demikian adanya untuk musik populer. Konten media untuk anak pada musik populer tidaklah begitu banyak. Walau sedikit, untungnya, konten musik populer tersebut berkualitas bagus.

Fenomena ini paling tidak terlihat pada tiga album untuk anak yang saya amati, yaitu album Lana Nitibaskara, Spirit of Jazz (2011), Calista Amadea (2012), dan kompilasi luar biasa Di Atas Rata-rata (2013).
Kali ini kita membahas terlebih dahulu album yang pertama saya sebut. Album Lana Nitibaskara ini sebenarnya sudah cukup lama dirilis namun baru bisa saya akses tahun ini. Saya cukup banyak mendapatkan informasi mengenai album ini namun berulang-kali mengunjungi toko CD, album ini tak jua didapatkan.

Informasi yang berkisah tentang Lana cukup banyak dan semuanya memuji kualitas vokal dan album Lana tersebut. Sekilas saya juga melihat Lana tampil di sebuah stasiun televisi dan menyanyikan sebuah lagu secara live dan memang terlihat sangat bagus.

Keinginan untuk mengakses album Lana ini semakin kuat, apalagi ketika mendengar lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Lana pada dua OST, Ambilkan Bulan dan Upin & Ipin. Suara Lana memang bagus.
Akhirnya secara tak sengaja saya mendapatkan album ini ketika membeli album-album Indonesia lainnya karena mendengar perbincangan dua penjaga toko yang ingin mengembalikan album ini pada distributornya. 
Setelah mendengar informasi tersebut tanpa berpikir panjang saya beli album ini juga.

Ternyata saya tidak keliru. Kami sekeluarga, saya, anak perempuan saya dan ibunya, langsung sangat menyukai album ini. Kami ingat sekali berminggu-minggu album ini tak pernah lepas dari indera pendengaran kami, di rumah dan ketika berkendara, suara Lana yang ciamik menghiasi pendengaran kami.
Genre jazz yang dibawa di album ini begitu menyenangkan sekaligus mengenalkan anak kami pada genre yang katanya rumit di telinga ini. Anak saya bahkan dengan bahagia berhasil menyanyikan semua lagu di album ini dengan liukan vokal mirip dengan vokal Lana.

Lagu yang diramu dan dipilih di album ini juga sangat bagus walaupun terlalu sedikit. Lagu-lagu baru yang dinyanyikan memuat pesan yang cocok untuk anak-anak. Sementara itu, lagu-lagu lama yang dinyanyikan kembali terasa membawa kualitas bagus dan merupakan tafsir “segar” atas lagu versi aslinya. Lagu-lagu lama yang dinyanyikan adalah Cempaka Wangi, New York New York, dan Route 66, walaupun untuk lagu Cempaka Wangi, dua orang yang terhitung kakek dan nenek anak saya mengkritisi bahwa lagu tersebut penuh makna yang tak sesuai dinyanyikan oleh anak-anak.

Daftar lagu:
1. Anak Manja
2. Lagu untuk Mama
3. Oh Papa
4. Cempaka Wangi
5. Persahabatan
6. Route 66
7. New York, New York

Jumat, 03 Mei 2013

Andra and the Backbone - the Best of (2013)

Andra and the Backbone - the Best of (2013)


Sampul belakang dan distribusi album jenis baru

Album ini saya resensi bukan karena materi yang unik atau sangat bagus. Bagi saya lumayan aneh sebuah band sudah menelurkan album the best of dari tiga album saja karena sebenarnya lagu yang bisa dimasukkan belumlah cukup banyak. U2 misalnya, merilis album the best dalam rentang waktu yang sangat panjang dan melewati lebih dari sepuluh album.

Album ini saya resensi karena distribusinya yang unik dan baru pertama saya temui. Sebelumnya kita mendapatkan album terkini melalui distribusi toko buku, jaringan makanan cepat saji, jaringan mini market, bahkan tempat penjualan bensin. Album ini didistribusikan melalui salah satu maskapai penerbangan.
Saya mendapatkan album ini dalam penerbangan dari Jakarta ke Bandar Lampung sekitar sebulan lalu. Lumayan unik namun kurang spesial karena hanya ada dua album yang dijual seperti yang terlihat di katalog penjualan produk selama penerbangan.

Memang banyak cara ditempuh produsen teks musik rekaman untuk mendistribusikan karya mereka dan fenomena ini membuktikan bahwa musik Indonesia masih berjaya. Sayangnya, para insan yang bergiat dalam bidang musik populer yang mesti menemukan kiat sendiri untuk bertahan tanpa ada visi dan bantuan dari pemerintah yang mestinya berperan sebagai fasilitator dan regulator.

Dari sudut pandang materi album sebenarnya cukup bagus namun tiada sesuatu yang baru. Bagi saya Andra and the Backbone sangat bagus di debut album mereka bahkan waktu itu dianggap mengobati kerinduan akan karya Dewa 19 yang mati suri. Ternyata kualitas itu menurun pada album-album berikutnya. Pilihan mereka untuk menjadi bintang iklan salah satu provider dengan bergaya ala Changcuters membuat audiens bingung karena imaji yang mereka gambarkan sebelum jadi bintang iklan tersebut adalah kegaharan bukan lucu-lucuan ala band Mickey Mouse tersebut.

Daftar lagu:
1. Saat Dunia Masih Milik Kita
2. Main Hati
3. Hitamku
4. Tak Ada yang Bisa
5. Seperti Hidup Kembali
6. Musnah
7. Sempurna
8. Lagi dan Lagi
9. Dan Tidurlah
10. Tunggu Aku
11. Mimpi yang Terbunuh
12. Pujaan Hati

Kamis, 02 Mei 2013

Monkey to Millionaire – Inertia (2012)

Monkey to Millionaire – Inertia (2012)



Lumrah bila kita membandingkan output media dari produsen teks yang sama, apalagi bila produsen teks tersebut baru menghasilkan sedikit output kekaryaan. Itulah yang saya lakukan pada album kedua karya Monkey to Millionaire ini. Secara langsung ketika mendengarkan album ini, saya membandingkan dengan karya mereka sebelumnya pada tahun 2009, Lantai Merah.

Hasil mengakses, menafsirkan, dan membandingkan kedua album ini adalah, menurut saya, masih lebih bagus album sebelumnya. Saya ingat sekali tiga tahun lalu ketika mengakses Lantai Merah, saya merasa album tersebut adalah album yang sangat bagus. Semua lagunya menyampaikan pesan dengan kuat, terutama lagu Fakta dan Citra, Replika, dan Strange is the Song in Our Conversation.
Walau begitu, bukan berarti album Inertia ini tak bagus. Hanya saja ekspektasi saya sewaktu membeli album ini di sebuah toko CD di Jakarta adalah album ini paling tidak menyamai Lantai Merah atau bila mungkin, lebih baik lagi.

Dari sisi musik, album ini masih mirip dengan album sebelumnya, sisipan genre grunge ala album-album Nirvana terasa di album ini walau dalam porsi “manis” yang lebih banyak. Untuk lirik, sedikit ada penurunan dari album sebelumnya yang sangat tajam.

Lirik di album ini masih membicarakan apa yang seharusnya dibicarakan oleh band yang bukan arus utama. Ada sedikit kritik sosial seperti pada lagu Sepi Melaju dan Tanpa Hati. Juga terdapat penafsiran relasi yang tidak cinta menye melulu seperti dalam Senja Membunuh.

Daftar lagu:
1. Humiliation
2. Sepi Melaju
3. Senja Membunuh
4. Parade
5. Summer Rain
6. M. A. N.
7. Anoreksi
8. Ruang Rasa
9. Jail on Fire
10. Tanpa Hati




VA - Frekuensi Perangkap Tikus, Kompilasi Musik Anti Korupsi (2013)

Various Artist - Frekuensi Perangkap Tikus, Kompilasi Musik Anti Korupsi (2013)



Korupsi adalah problem yang sangat akut di Indonesia. Korupsi sudah menggerogoti seluruh kehidupan berbangsa, mulai dari sogokan pengurusan surat-surat keterangan personal sampai masalah lingkungan hidup, bahkan bidang yang mestinya “steril” dari korupsi tak luput dicemari juga, bagian pemerintah yang mengurusi agama. Kita pasti ingat kasus korupsi Al Quran yang kini sedang ditelisik itu.

Bidang lain yang juga mestinya jauh dari korupsi juga mengalami hal yang sama, bidang pendidikan. Menjadi ironis ketika kita memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei ini, kita dikagetkan dengan maraknya korupsi di kampus-kampus, baik yang sudah berdiri maupun akan didirikan.

Dalam situasi yang sulit semacam ini ragam perlawanan terhadap korupsi memang mesti dilakukan. Selain tindakan-tindakan riil dalam mencegah dan mengadili korupsi, diperlukan pula distribusi pesan ke masyarakat agar mereka mengenal korupsi dan menyadari konsekuensi hukum dari tindakan tersebut.

Tahun lalu Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia telah merilis film anti korupsi berjudul “Kita Vs Korupsi” yang menyasar generasi muda agar memahami tindakan korupsi. Rupanya film saja belum cukup, KPK bekerja sama dengan penyanyi dari beragam genre merilis album kompilasi “Frekuensi Perangkap Tikus”. Media musik populer juga berpotensi memberikan penyadaran betapa membahayakannya korupsi.

Kelebihan dari album ini adalah ragam musik dan tema yang diusung. Musiknya mulai dari alternatif sampai techno, temanya pun begitu, walau ada dalam koridor besar korupsi namun korupsi tersebut ada dalam berbagai bidang, lingkungan hidup, pendidikan, dan politik riil.
Kekurangannya, album ini tidak bisa menjangkau audiens yang luas karena penyanyi dan musik yang diusung bukan dari kalangan arus utama. Target audiens dari album ini betul-betul spesifik, padahal sebenarnya korupsi sudah begitu masif. Atau paling tidak bisa dirilis kompilasi serupa yang diisi para penyanyi arus utama, daripada mereka hanya tampil lipsinc dan joget-joget tak jelas di televisi.

Semua lagu di album ini bagus, namun saya sangat menikmati lagu dari Morfem, Kami Bosan Jadi Negara Dunia Ketiga, yang iramanya enak dan liriknya menohok sekali. Lagu Suap Suap  dari Harlan juga menarik karena memplesetkan kata suap dengan lirik lumrah backing vocal…suap suap. Saya tak bisa berhenti tertawa mendengarkan lagu ini dan lagu dari Iksan Skuter. Tawa lepas untuk lagu pertama dan tawa miris untuk lagu yang kedua. Jangan lupakan pula lagu Partai Anjing dari Iksan Skuter, yang penuh metafor sekaligus jenaka. Lagu kritik terpedas yang saya dengarkan belakangan ini dan setidaknya menunjukkan bahwa lagu kritik belum mati di Indonesia.

Daftar lagu:
1. Adrian - Di Sekolah-Sekolah
2. Morfem - Kami Bosan Jadi Negara Dunia Ketiga
3. Harlan - Suap Suap
4. Iksan Skuter - Partai Anjing
5. Risky Summerbee and the Honey Thief – Subterfuge
6. Eyefeelsix feat. Orgue Vanguard - Mimpi Basah Pembangkang Sipil
7. Navicula - Mafia Hukum
8. Simponi – Vonis
9. Zeke Khaseli - Julius Alpha
10. Sajama Cut - Kings & Barbarians


Rabu, 01 Mei 2013

Maliq & D'Essentials – Sriwedari (2013)

Maliq & D'Essentials – Sriwedari (2013)


Keragaman alemen bila diolah dengan baik dapat menghasilkan kesatuan konten yang bagus. Itulah yang bisa kita dapatkan dari album terkini Maliq & D’Essentials, Sriwedari (2013). Album ini hasil kombinasi dari banyak aliran musik dan dapat digabungkan dengan pas.
Dari kelima album mereka, album inilah yang menurut saya paling menarik perhatian sejak awal lagu dan tidak membosankan didengarkan sampai akhir. Tidak seperti keempat album sebelumnya, yang kita dengarkan intens hanya pada satu dua lagu.

Sejak lagu pertama album ini telah menarik indera pendengaran kita. Lagu ini seolah menjadi manifesto bahwa mereka ingin membuat sesuatu yang ingin dikenang, Sing! Make It Last Forever. Maliq & D’Essentials bahkan lumayan berani dengan menggunakan dangdut dalam lagu Drama Romantika, yang ternyata sungguh asyik dan mengajak berjoget.

Keenam lagu lainnya juga enak didengarkan karena musiknya yang variatif. Bila divisi musiknya bagus, demikian juga dengan divisi lirik dari album ini. Semua lagu berbicara tentang relasi, terutama relasi cinta, yang tidak cengeng walau agak terdengar tipikal, misalnya saja pada lagu Beautiful Disaster, if loving you is wrong, I don’t wanna make it right. Hanya satu lagu yang bicara tentang relasi sosial, Dunia Sekitar. Di atas semua lagu, Setapak Sriwedari  adalah lagu dengan lirik paling puitis di album ini.

Kalaupun ada sedikit kekurangan, album ini mengandung terlalu sedikit lagu. Rasanya kita baru menikmati konten media enak tetapi tahu-tahu sudah berakhir ketika akses, tafsir, dan relasi kita pada teks belumlah lengkap dan utuh.

Daftar lagu:
1. Sing! Make It Last Forever
2. Setapak Sriwedari
3. Drama Romantika
4. Menghilang
5. Dunia Sekitar
6. Beautiful Disaster
7. Janji
8. Inilah Kita

The Upstairs – Katalika (2012)

The Upstairs - Katalika (2012)


Nampaknya  dia diutus oleh Tuhan…petikan lirik dari lagu Sekelebat Menghilang dapat menggambarkan betapa album ini benar-benar “diutus” untuk dirilis dan benar-benar bermakna bagi kita.
Setelah sekian lama tidak mendapatkan album Indonesia bagus di pasaran album Katalika ini benar-benar bermakna, menjadi pelepas dahaga akan konten musik rekaman yang bagus. Album ini agak lama bisa saya akses karena tidak di ada di Yogya, barulah ketika saya ke Jakarta, saya mendapatkan album ini.

Kenyataan ini sebenarnya menunjukkan anomali musik Indonesia, di era distribusi yang semakin canggih, pendengar setia musik Indonesia mesti mencari album fisik dan tak diberi kesempatan untuk mendapatkan via online. Rantai distribusi yang beragam juga tidak membantu, jaringan raksasa toko buku, brand ayam goreng terkenal, dan minimarket yang ada di pelosok negeri, tidak membantu distribusi album-album bagus, yang terbantu mungkin hanya album-album kacangan.

Sementara itu, toko-toko CD yang sejatinya menjadi distributor album semakin sepi dan meranggas. Album-album baru sangat jarang karena diambil oleh jalur distribusi baru. Satu kelebihannya, kita masih bisa mengakses album-album lama yang bagus, itu pun untung-untungan, karena biasanya album bagus juga selalu diburu oleh para pengakses musik Indonesia.

Tidak hanya album terakhir the Upstairs ini sebenarnya yang “diutus oleh Tuhan”, bagi saya, the Upstairs sebagai band dan sebagau produsen teks musik populer, benar-benar tak sengaja saya akses pada album komersial pertamanya, Energy (2007), dan menjadi salah satu konten yang membuat saya menyukai musik Indonesia secara mendalam. Album tersebut menjadi salah satu album Indonesia yang sampai sekarang seringkali saya dengarkan.

Kembali pada materi album Katalika, tiada tafsir buruk pada semua lagunya. Lagu-lagu di album ini sangat bagus, terutama Sekelebat Menghilang dan Berbangga Sejenak. Entah mengapa album ini mengingatkan saya pada album terbaik milik Pet Shop Boys, Behaviour (1991), di mana setiap lagu pada album sangat bagus, memberikan “efek kejut”, dan berbeda karakternya pada tiap lagu, namun dalam satu kesatuan album memberikan impresi yang sangat bagus.

Sedikit kekurangan, hanya ada sembilan lagu yang ada di album ini. Rasanya sayang, mendengarkan album bagus namun sebentar aksesnya karena lagu tak banyak. Itu pun ada dua lagu lama yang dinyanyikan kembali.

Sayangnya, lagu Percakapan dan Matraman yang dinyanyikan ulang kurang berhasil, karena masih kalah bagus dibandingkan versi awalnya. Percakapan misalnya, yang berasal dari album Magnet! Magenet! (2009) terasa sebagai percakapan yang terjadi, bukan sebagai percakapan yang dibicarakan, kata benda.
Melampaui tiap lagu di dalamnya, album ini memberikan kesegaran indera pendengaran setelah sekian lama.

Daftar lagu:
1. Sekelebat Menghilang
2. Layak Dikenang
3. Pergi di Kala Mimpi
4.  Menaralara
5.  Berbangga Sejenak
6.  Rona Merah Tembaga
7.  Selamat Datang di Tubuh Kami
8.  Percakapan
9. Matraman


Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...