Kamis, 31 Desember 2009

Elora

Ada tiga fakta, hal nyata yang terasa dan terpikirkan, mengapa pagi ini begitu sendu. Pertama, gempa di Padang. Saya tidak menonton tv sepanjang malam karena kelelahan setelah beraktivitas seharian dan juga karena saya tidak ingin anak perempuan saya "terhempas" pesan sinetron. Pagi hari ketika menghidupkan televisi untuk melihat hasil liga Champion, saya cukup terkejut melihat berita tentang gempa yang kesekian kali menerpa Indonesia. Apa yang bisa saya lakukan? saya akan mencoba sesuai dengan kemampuan dan kompetensi saya. Saya mencoba mengamati pemberitaan mengenai gempa di beberapa stasiun televisi dan "mengujinya" dengan berbagai konsep jurnalisme yang saya ketahui.

Pagi ini juga begitu sendu karena hujan rintik-rintik yang turun di wilayah tempat saya tinggal. Hujan deras kelihatannya turun di Padang sana, di daerah gempa. Semoga para korban tabah, karena saya juga pernah merasakan gempa dan rumah yang kehujanan karenanya. Hujan setelah gempa tahun 2006 di Bantul waktu itu membuat sebagian buku dan album musik saya rusak setelah atap rumah yang berlubang akibat genteng-genteng berguguran.

Fakta ketiga, fakta otentik di dalam diri saya, adalah kegamangan eksistensial. Mengapa semua yang saya lakukan belum maksimal, terutama untuk bersekolah lebih tinggi? mengapa saya tidak bisa bilang "tidak ikut" pada sesuatu yang tidak saya inginkan berada di dalamnya? mengapa saya belum juga menulis buku yang direncanakan secara matang? mengapa saya "hanya" meresensi musik populer sementara teman-teman lain menulis tentang hal lain yang lebih oke. Ah...ternyata banyak hal yang membuat saya berpikir tentang eksistensi diri ini.

Tetapi, memang inilah yang baru bisa saya lakukan. Seberapa pun tidak maksimalnya, saya mesti menerima dan berusaha sebaik mungkin untuk langkah-langkah selanjutnya. Dalam kehidupan saya, kembali saya merasa "diajar" oleh lirik lagu sebagai pesan media yang paling mudah "menusuk" pikiran dan hati saya. Lagu yang berbicara tentang menerima kondisi kekinian sekaligus mencoba melupakan masa lalu, untuk masa mendatang yang diupayakan lebih baik. Walau sulit menafsir liriknya dan tema utama sepertinya mengenai hubungan interpersonal, saya memiliki pemaknaan sendiri yang terceritakan sebelumnya tadi. Pemaknaan adalah hal personal, asalkan rasional.

Lagu itu berjudul "Elora". Sebuah lagu dari Pure Saturday yang berjudul sama, diambil dari album tahun 2005, tetapi saya mendengarkannya pertama kali dari album Pure Saturday tahun 2007, "Time for Change, Time to Move On". Album yang membuat opini saya berubah terhadap musik Indonesia. Sejak itulah saya berusaha semakin mencintai musik Indonesia. Mencintai yang tidak platonis, tetapi mencintai yang diisi dengan tindakan-tindakan riil dan memadai di dalamnya.

Ini lirik lagunya....seperti juga dalam semua lagu, efeknya akan lebih terasa bila mencerna liriknya bersamaan dengan mendengarkan musiknya.
Apa makna lagu ini bagi teman-teman yang tahu dengan lagunya?

Elora
oleh: Pure Saturday

tiada lagi yang kuinginkan lebih dari yang kau berikan
tak pernah berhenti seakan datang tanpa kuminta
selalu ada saat kubutuhkan
apa gerangan yang terlintas
tataplah ke atas sinar yang terang
tunjukkan apa yang kita cari

apa yang telah kuberikan
terbawa angin dan menghilang
biarkan saja menghilang
lihat ke atas sinar yang terang
mereka tinggalkan
mereka di belakang kita
ketika kau jatuh mungkin kan terasa

adakah yang hilang satu yang tersisa
jabat erat tanganku kini
tinggalkan rasa serakah
semua kan merubah warna dan hatinya
selalulah tertawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...