Senin, 25 Desember 2023

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjungi walau seringkali tak sengaja mampir karena tautan blog ini tersimpan di handpone. Ada rasa malu karena lama tidak menulis apa saja secara teratur, tetapi rasa antusiasme adalah rasa yang lebih besar lagi, Mencoba rutin lagi walau mesti berjuang sekali lagi, Dahulu pernah ikut sekomunitas mahasiswa yang mengadakan kegiatan 31 hari menulis. Sepertinya saya berhasil saat itu. Namun beberapa saat sesudahnya saya malah jadi jarang menulis.

Beberapa tahun sebelumnya, tahun 2006, saya berjanji menulis buku setahun sekali, namun sampai sekarang tidak ada buku atas nama saya sendiri yang hadir sampai sekitar 17 tahun kemudian. Walau dengan sedikit menghibur diri sendiri, ada juga beberapa tulisan yang hadir dan terpublikasi. Di atas semuanya, hal yang paling penting adalah di titik ini saya dapat berjanji lagi, menulis lagi secara teratur. Kali ini mencoba menulis 365 hari secara rutin setiap hari.

Apa yang bisa ditulis? saya bertanya-tanya sendiri dalam hati. Apakah yang saya tulis nantinya cukup berharga untuk dibaca oleh orang lain, bahkan juga oleh saya sendiri? Bagaimana bila nantinya saya tetap tidak rajin menulis? Beberapa pertanyaan hadir yang tujuannya mungkin untuk menyabotase diri sendiri. Ketidakpercayaan diri, rasa biasa-biasa saja, kemalasan, tidak ingin menonjol, biasanya hadir bila saya ingin melakukan sesuatu, termasuk menulis.

Namun, saya tetap melihat saja nanti efeknya. Menulis saja dulu, entah bagus, entah tidak. Mau menginspirasi atau tidak ada yang baca. Untuk apa ambil pusing? yang penting menulis sajalah dengan sukacita dan sedikit antusiasme. Banyak alasan bisa disebutkan sebagai pendorong utama untuk menulis. Dua yang terpenting adalah mendorong ide-ide lebih jauh dijabarkan sekaligus mengeksplorasi pemikiran sendiri. Melalui menulis seringkali saya mendapatkan ide baru atau penjabaran dari ide tertentu yang belum hadir pada proses sebelumnya.

Oke deh kalau begitu. Mari memasuki hari pertama dari 365 hari menulis sampai setahun ke depan. Ingin sekali menulis tentang komunikasi politik pada Pemilu 2024 atau tafsir-tasfir sederhana atas film-film dokumenter di Netflix. Lihat saja nanti ke arah mana pemikiran berjalan, menuju mana perspektif terpilih. Jangan lupa juga untuk terus memilih fase tercerahkan dan antusias dengan menulis.



Senin, 05 Juni 2017

Menulis adalah Perjuangan



Dewa - Bintang Lima (2000)


Tulisan ini hadir ketika sebuah lagu indah dan rancak mengalun nyaris secara tak sengaja ketika saya memilih playlist berisi lagu-lagu Indonesia. Lagu yang bila didengar saat ini membenturkan adagium bahwa “pengarang telah mati”. Mendengarkan lagu ini muncul semacam perasaan ambingu antara senang mendengarnya dan agak sebal pada produsen konten utamanya yang kini berpolitik kasar dan anti keberagaman.

Lagu ini adalah “Hidup adalah Perjuangan” dari album masterpiece Dewa tahun 2000, Bintang Lima. Album sangat bagus yang selalu enak didengar walau selalu ada “perasaan bersalah yang nikmat” setiap mendengarkan album ini dan semua album Dewa yang lain, terutama sejak tahun 2014.

Baru sekitar seminggu yang lalu saya bertanya di kelas, acara yang oke banget bernama “31 Hari Menulis” kok lama tak terdengar ya? Tetiba saja kemarin saya mendapatkan satu tawaran menulis di “pertarungan” ini. Tentu saja saya bersedia karena kompetisi sengit ini bagus, bahkan mengalahkan kesengitan liga Inggris saat ini, dan juga ada kesesuaian yang tinggi dengan kurikulum baru yang baru saja dirilis oleh departemen kita tercinta.

Sesungguhnya menulis adalah aktivitas mendasar di ilmu kita ini. Aktivitas mendasar sebelum memproduksi konten yang lain berdasarkan formatnya setelah cetak, audio, visual, audio visual, juga multimedia. Menulis singkat seperti yang dilakukan 38 “pendekar” di kompetisi ini adalah awal untuk menulis yang lebih rumit dan mendalam.

Berdasarkan lokusnya, tulisan ada di dua kutub besar, yaitu tulisan faktual dan tulisan imajinatif. Tulisan faktual adalah upaya menyampaikan realitas. Tulisan faktual menjadi elemen utama dari jurnalisme dan kegiatan kehumasan, walau dengan ketentuan dan prosedur yang berbeda.

Sementara itu tulisan imajinatif adalah kutub yang lain, mulai dari wilayah yang disebut penulisan kreatif sampai dengan tulisan fiksi murni. Di dalam peminatan media entertainment dan periklanan, tulisan imajinatif adalah elemen yang utama walau berangkat dari strategi dan tujuan yang berbeda di antara keduanya.

Kegiatan 31 Hari Menulis yang positif ini juga mengombinasikan kegiatan di kelas, di mana kurikulum menjadi acuan utamanya, dan kegiatan komunitas sesama mahasiswa atau pembelajar.

Melalui kegiatan menulis bersama ini, selain berkompetisi dengan bergembira, kegiatan ini juga akan menjadikan pembelajar saling memberi informasi tentang kepenulisan dan tentang beragam topik, bahkan memberi informasi tentang rekan lain yang mungkin berbeda dengan yang selama ini kita kenal. Ada pembelajar yang bercerita pada saya bahwa dia baru mengetahui rekannya sebagai penulis tentang film yang bagus setelah membaca tulisan-tulisan rekannya di blog.

Melalui kompetisi yang asyik ini tiap pesertanya juga akan saling membantu dengan mencerahkan satu sama lain, antara lain melalui beragamnya topik dan juga teknis menulis. Tiap orang akan saling belajar dari rekannya mengenai topik yang dipilih, sudut pandang yang diambil, bahkan dengan pilihan-pilihan kata untuk membangun argumen.

Banyak cara untuk rajin menulis dan juga menulis dengan baik. Cara pertama adalah dengan membaca karya orang lain. Mulai dari karya teman-teman sendiri, antara lain para pendekar, eh…penulis di 31 Hari Menulis ini, sampai dengan membaca karya-karya penulis terkenal, mulai dari Ahmad Dhani sampai Bono, mulai dari Tere Liye sampai Harumi Murakami.

Selain itu terus memperbanyak kosa kata dan memahami penggunaannya dengan tepat, juga menjadi cara yang penting untuk diasah terus-menerus.

Cara terakhir, dan mungkin  yang terpenting adalah menulislah dengan terus menggerakkan jari, menulis tangan di kertas ataupun “menarikan” jari di atas keyboard secara rutin walaupun untuk kontinyu, terus menerus, itu berat.

Menulis pada satu sisi adalah aktivitas yang berat. Karena itulah menulis harus dibiasakan, sebab menulis adalah perjuangan tanpa henti-henti, sepanjang waktu. Ada kala suatu hari kita merasa bisa menulis, di hari lain bisa jadi macet sama sekali tak menuliskan apa-apa.

Karena itu menulislah mulai hari ini, bila perlu tidak hanya 31 hari melainkan 100 bahkan sampai 1000 hari bila perlu, karena kita bisa terus menulis rutin karena sudah menjadi kebiasan.

Untuk ke-38 petarung yang akan menantang bang Wiro, selamat bertarung dengan antusias sambil merayakan asyiknya menulis. Gunakan jurus-jurus mengolah kata dengan sebaik-baiknya agar kita sama-sama jadi sakti mandraguna.

#####

Selasa, 08 September 2015

OST - Beautiful Girls (1996)

OST - Beautiful Girls (1996)

Dekade 1990-an sekali lagi adalah dekade penuh dengan film dan album OST bagus. Sepertinya film-film pada era tersebut juga berlomba untuk menghasilkan OST yang bagus, bahkan film-film remaja juga memiliki album OST yang bagus, seperti Angus, She's All That, dan Varsity Blues. Hal yang mirip terjadi dengan film-film drama komedi romantis. Salah satunya adalah film Beautiful Girls. Pada era itu media yang paling umum adalah kaset karena compac disc masih terhitung mahal. Walau kualitasnya kurang bagus, produksi kaset pada era tersebut sangat beragam. Dengan mudah kita mendapatkan kaset dari film-film yang bahkan tidak diputar di Indonesia walau kemudian VCD murah juga cukup banyak beredar.

Selain merepresentasikan adegan pada film, fungsi lain dari album OST dari sisi pendengar adalah mengenalkan karya dari penyanyi yang tidak akrab bagi telinga pendengar di Indonesia. Siapa yang mengenal Afghan Whigs, Chris Isaak, dan Ween? okelah, karena lagunya sangat ikonik di era 1990-an, Chris Isaak lumayan dikenal, namun tidak dengan beberapa penyanyi lain di album ini.

Menurut saya, film dan OST Beautiful Girls saling memperkaya teks. Memang mengasyikkan mengakses multi teks yang saling berelasi seperti film dan musik rekaman semacam ini, apalagi kini lumrah film berasal dari adaptasi novel. Awalnya teks tunggal yang kemudian menjadi "divergen" adalah kenikmatan tersendiri bagi pengakses teks sehingga pemaknaan yang dilakukannya menjadi lebih mendalam dan mengasyikkan.

Filmnya sendiri bercerita tentang sekumpulan orang yang coba memaknai kembali relasi mereka di masa lalu, masa SMA. Sedikit yang bisa melepaskan relasi masa sekarang dengan masa lampau, bahkan seorang karakternya masih merasa sebagai bintang ketika SMA dan mencari relasi yang sama dengan masa lampau. Sebagian besar karakter di film ini merefleksi ulang kehidupan mereka di masa SMA dan mencoba yang terbaik untuk kehidupan masa kini. Masa lampau yang dianggap indah sekalipun tak lebih penting dari masa kini yang penuh problem relasional. Begitulah kira-kira yang ingin disampaikan film ini.

Semua track di dalam album ini enak untuk didengarkan berulang-ulang, namun yang menonjol adalah Me and Mrs Jones, Beautiful Girls, dan I'll Miss You.

Daftar lagu:
1. Roland Gift - That's How Strong My Love is
2. Afghan Whigs - Be for Real
3. Howlin' Maggie - Easy to be Stupid 
4. Billy Paul - Me and Mrs. Jones 
5. Satchel - Suffering
6. Chris Isaak - Graduation Day 
7. Pete Droge & the Sinners - Beautiful Girl 
8. Ween - I'll Miss You 
9. Afghan Whigs - Can't Get Enough of Your Love, Babe 
10. The Spinners - Could It be I'm Falling in Love 
11. Kiss - Beth
12. King Floyd - Groove Me 
13. The Diamonds - The Stroll 
14. Neil Diamond - Sweet Caroline

Senin, 07 September 2015

OST - Pulp Fiction (1994)

Pulp Fiction (1994)
 
Dekade 1990-an adalah gudangnya film dan OST bagus. Pernyataan ini punya dua penyebab, kemungkinan memang dekade tersebut menghasilkan banyak album OST bagus atau saya sendiri, sebagai pengakses, penikmat, pendengar, dan penyaksi, sedang dalam fase pencarian diri yang memerlukan konten-konten media bagus, berguna mengisi karakter dan informasi bagi identitas diri.

Album ini jelas merupakan album kumpulan yang sangat bagus dari film sangat oke. Menonton filmnya sekaligus memaknai-maknai OST-nya memberikan kenikmatan yang luar biasa. Konten media bagus melahirkan perasaan tercerahkan dan baik bagi penambahan "fiksi" identitas diri.

Enam belas track di album ini tidak hanya berisi lagu namun juga petikan dialog dari film yang cergas dan memunculkan pertanyaan lanjutan. Lagu-lagu semacam "Girl, You will be Woman soon", "Lonesome Town", dan "Let's Stay Together" adalah lagu-lagu kelas satu yang menguatkan imaji kita atas film yang ditonton sekaligus memunculkan antusiasme pada produksi teks lain dan mengulik semesta karya Quentin Tarantino.

Daftar lagu:
1. Tim Roth - Pumpkin and Honey Bunny (Dialogue) - Misirlou
2. Samuel L. Jackson - Royale with Cheese
3. Kool & the Gang - Jungle Boogie
4. Al Green - Let's Stay Together
5. The Tornadoes - Bustin' Surfboards
6. Ricky Nelson - Lonesome Town
7. Dusty Springfield - Son of A Preacher Man
8. Maria De Medeiros - Zed's Dead, Baby
9. Jerome Patrick Hoban - Jack Rabbit Slims Twist Contest (Dialogue) - You Never Can Tell
10. Urge Overkill - Girl, You'll Be a Woman Soon
11. Maria McKee - If Love is A Red Dress (Hang Me in Rags)
12. Duane Whitaker - Bring Out The Gimp - Comanche
13. The Statler Brothers - Flowers on the Wall
14. Samuel L. Jackson - Personality Goes a Long Way
15. The Lively Ones - Surf Rider
16. Samuel L. Jackson - Ezekiel 25;17

Pearl Jam - Rearviewmirror (Greatest Hits 1991 - 2003) (2004)

Pearl Jam - Rearviewmirror (2004)

Menonton film-film lama adalah hal yang mengasyikkan, apalagi bila kebetulan filmnya bagus dan memiliki album Original Soundtrack yang asyik pula. Salah satu film lama yang saya tonton kembali adalah Big Fish (2003). Film besutan Tim Burton dan menurut saya, merupakan film terbaik karyanya. Sewaktu pertamakali menonton film ini hal yang paling saya ingat adalah sebuah lagu bagus yang menjadi latar belakang dari credit title ketika film berakhir. Seingat saya, saya langsung termangu mendengarkan lagu indah tersebut. Saya tahu yang menyanyikannya adalah Pearl Jam tapi ada di album yang mana? sementara untuk mencari album OST pada jaman itu tidaklah terlalu mudah. Lagu tersebut adalah "Man of the Hour". Lagu yang tepat sekali dengan deskripsi pada filmnya. Hal yang diakui oleh para personel Pearl Jam sebagai film yang mencerahkan mereka.

Big Fish (2004)

Lagu tersebut berkisah tentang relasi ayah dan anaknya, relasi sayang benci dan rindu. Sejalan dengan dalam teks filmya. Seorang anak yang merasa relasinya dengan sang ayah tidak terlalu dekat. Ayahnya selalu berhasil menarik banyak orang melalui kisah hidup "fiksi"-nya, yang antara lain ditautkan oleh seekor ikan besar. Pada bagian akhir teks si anak menyadari bahwa fakta dan fiksi untuk menceritakan masa lalu adalah sah saja, seringkali fiksi lebih berguna karena fiksi lebih menyenangkan.

Album berisi kumpulan lagu terbaik ini juga termasuk album "the best of" yang menarik, ternyata hit Pearl Jam sejalan dengan lagu-lagu yang mereka anggap terbaik. Kita mesti mengingat bahwa album "greatest hits" dan "the best of" tidaklah sama persis maknanya. Album ini adalah album kumpulan yang bagus karena memaktub semua lagu terbaik dari album-album Pearl Jam sebelum tahun 2004. Memang album ini tidak memasukkan beberapa lagu yang juga dikenal sebagai hit dan merupakan lagu-lagu bagus, yaitu "Alone", "Whale Song", dan "Footsteps", namun ketiga lagu tersebut sudah masuk ke dalam album kumpulan yang lain setahun sebelumnya, Lost Dogs (2003).

Album ini terdiri dari tiga puluh tiga lagu yang dipecah dalam dua keping CD. Daftar lagunya adalah sebagai berikut:

CD 01
1. Once
2. Alive
3. Even Flow
4. Jeremy
5. State of Love and Trust
6. Animal
7. Go
8. Dissident
9. Rearviewmirror
10. Spin the Black Circle
11. Corduroy
12. Not for You
13. I Got Shit
14. Hail, Hail
15. Do the Evolution
16. Save You
 
CD 02
1. Breath
2. Black
3. Daughter
4. Elderly Woman behind the Counter in A Small Town
5. Immortality
6. Better Man
7. Nothingman
8. Who are You
9. Off He Goes
10. Given to Fly
11. Whishlist
12. Last Kiss
13. Nothing as It Seems
14. Light Years
15. I am Mine
16. Man of the Hour
17. Yellow Ledbetter
 

Rabu, 02 September 2015

Bryan Adams - 18 til I Die (1996)

Bryan Adams - 18 til I Die (1996)


Album-album dari dekade 1990-an selalu menarik karena pada dekade itulah ragam kenangan mengumpul dan bisa menjadi penanda bila saya mendengarkannya lagi. Album ini dibeli oleh adik saya dan tak sengaja terdengar karena kamar kami yang bersebelahan. Entah mengapa kemudian semua lagu di album ini melekat di pikiran dan tak mau lepas. Tentu saja dua lagu balada, "I'll always be Right There" dan "I Think about You", adalah yang paling mudah diingat. Namun tak mudah melupakan "(I wanna be) Your Underwear", karena judulnya yang unik sekaligus "ngaco", namun butuh keberanian besar bagi penulisnya menjadikan pakaian dalam sebagai judul lagu.

Album ini jadi teringat kembali gegara penulis kesayangan saya, Haruki Murakami, mengutip judul album dan lagu "18 Till I Die", dengan pemaknaan yang segar khas dirinya di buku yang sudah belasan kali saya baca. Ada dua lagu lain yang juga sering menghiasi udara pada era 1990-an, yaitu "Have You ever Really Loved a Woman?" dan "Star", yang menjadi bagian dalam OST film Don Juan DeMarco dan Jack.

Daftar lagu:
1. The only Thing that Looks Good on Me is You
2. Do to You
3. Let's Make a Night to Remember
4. 18 til I Die
5. Star
6. (I wanna be) Your Underwear
7. I Think about You
8. I'll be always be Right There
9. It ain't a Party if You can't Come Around
10. Black Pearl
11. Have You ever Loved a Woman?
12. I've Finally Found Someone (with Barbra Streisand)
13. We're gonna Win

The Cranberries - No Need to Argue (1994)

The Cranberries - No Need to Argue (1994)


Seseorang menyanyikan lagu "Zombie" dengan sangat bagus beberapa hari yang lalu. Mendengarkan lagi lagu tersebut membuat saya ingin mendengarkan keseluruhan album di mana lagu "Zombie" ada, album terlaris dan dianggap paling bagus dari salah satu ikon 1990-an, the Cranberries. Mendengarkan kembali album ini setelah dalam waktu lama sekali tidak mendengarkannya serasa membalikkan lagi masa lalu di mana konten masih dimediasi oleh kaset. Kaset yang diputar berulang-kali, suara unik milik Dolores O'Riordan, dan racikan gitar maut dari Noel Hogan, menjadi atmosfer yang sempurna mengingat-ingat masa lalu yang tak mungkin kembali.

Dari sudut pandang tema yang disampaikan, album ini lumayan "gelap", berbicara tentang kematian, perang, dan keluarga yang terkoyak karena konflik. Keadaan dan sisi Historis Irlandia yang penuh konflik menjadi sumber yang tak habis untuk dituangkan dalam lirik. The Cranberries termasuk yang mengangkatnya dengan baik ke dalam musik rekaman. Sambil mengenang masa lalu mari kita dengarkan salah satu album yang dianggap menentukan wajah musik pada tahun 1994 ini.

Daftar lagu:
1. Ode to My Family
2. I can't be with You
3. Twenty One
4. Zombie
5. Empty
6. Everything I Said
7. The Icicle Melts
8. Disappointment
9. Ridiculous Thoughts
10. Dreaming My Dreams
11. Yeat's Grave
12. Daffodil Lament
13. No Need to Argue

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...