Senin, 21 Juli 2014

Level 42 - The Very Best Of (1998)

Level 42 - The Very Best of (1998)
Perkenalan saya dengan Level 42 tergolong unik karena pertama-kali saya mendengarkan karya mereka saya tidak begitu suka dengan genre musiknya yang tak terlalu pop. Mungkin pemahaman dan ingatan saya di masa sekolah dasar tak memadai untuk musik yang rada rumit seperti Level 42. Namun lagu itu, yang berjudul Three Words selalu ada di dalam benak saya setelah pertama-kali mendengarkannya, bahkan sampai sekarang masih menjadi salah satu lagu favorit saya sepanjang masa.

Lagu-lagu Level 42 yang lain, semisal Running in the Family dan Forever Now, saya letakkan di bawah Three Words. Sayangnya, lagu paling saya suka tersebut tak masuk di album the best mereka ini, bahkan juga di album mana pun karya mereka. Saya mendengarkan Three Words pertama-kali dari album kompilasi Bursa Hits 1983, bersama lagu-lagu yang populer pada era itu, semisal I Love You Daddy dan Don't Know What You Got till It's Gone. Untuk mengobati kerinduan tersebut, mendengarkan album the best ini rasanya lumayan memadai. Betotan bass Mark King menurut banyak orang memang tak ada duanya :D

Daftar lagu:
1. Love Games
2. The Chinese Way
3. The Sun Goes Down (Living It Up)
4. Micro Kid
5. Hot Water
6. The Chant has Begun
7. Something about You
8. Leaving Me Now
9. Lessons in Love
10. Running in the Family
11. To be with You Again
12. It's Over
13. Children Say
14. Heaven in My Hands
15. Take A Look
16. Tracie
17. Guaranteed
18. Forever Now

Moby - Play (1999)

Moby - Play (1999)

Album Moby terbaik sejauh ini. Album yang mengingatkan pada kita bahwa musik tanpa lirik terkadang lebih mendalam maknanya. Album yang tak lekang oleh waktu dan selalu mengingatkan pada atmosfer memasuki milenium baru. Album yang berisi banyak lagu dan juga penuh kedalaman makna yang digelontorkan bukan hanya pada albumnya belaka namun juga dengan tambahan-tambahan citra videoklip yang hampir tiap waktu muncul di MTV.

Porcelain dan Bodyrock adalah dua lagu paling kuat di antara delapan belas lagu di album ini. Kedua lagu ini menunjukkan bahwa yang kontemplatif dan dinamis bisa saja berjalan beriringan. Sayangnya, album-album Moby setelah Play terlihat menurun seiring dengan semakin populer dirinya. Apakah yang populer itu menurunkan kualitas kekaryaan?
 
Daftar lagu:
1. Honey
2. Find My Baby
3. Porcelain
4. Why Does My Heart Feel So Bad?
5. South Side
6. Rushing
7. Bodyrock
8. Natural Blues
9. Machete
10. 7
11. Run on
12. Down Slow
13. If Things were Perfect
14. Everloving
15. Inside
16. Guitar Flute and String
17. The Sky is Broken
18. My Weakness

Manic Street Preachers - Futurology (2014)

Manic Street Preachers - Futurology (2014)
Untuk apa masa depan dibicarakan dengan mendalam sehingga menjadi suatu telaah yang sistematis bernama futurology? Kira-kira pertanyaan inilah yang bergelayut di benak ketika mendengarkan album ini. Album, yang lagi-lagi menunjukkan kekugiran tiga orang punggawa band dari Wales ini. Manic Street Preachers memang selalu merilis karya yang membuat berpikir walau sepintas tak ada tautan dengan yang ilmiah di teksnya. Tetapi kita mahfum dengan mereka, selalu ada motif politik yang mendalam, sebutlah ideologis, dari album-album mereka.

Selain masa depan, pertanyaan yang juga coba dimunculkan adalah apa budaya Eropa itu? mereka berupaya menjinakkan tafsir sebagai sekumpulan warga yang cukup lama berdiri pada posisi paling atas peradaban manusia, yang bisa jadi kini disadari bahwa peringkat atas itu cuma fatamorgana. Ketigabelas lagu di album ini jelas berkisah tentang metafor multikulturalisme, namun bukan antara Barat dan Timur atau antara bangsa maju dan bangsa belum maju, namun bahkan di antara bangsa yang maju pun ada ketimbangan tafsir dan selipnya relasi.

Album yang hanya berjarak delapan bulan dari album sebelumnya ini tidak hanya menunjukkan betapa produktifnya Manic Street Preachers, namun juga menampilkan kembali pada kita bahwa mereka selalu cerdas dan serius menggarap apa yang disebut manifestasi ideologis pada teks, mungkin bukan lagi bernama sosialisme namun mengembalikan berpikir jernih bahkan pada apa-apa yang sudah dianggap lumrah.

Daftar lagu:
1. Futurology
2. Walk Me to the Bridge
3. Let's Go to War
4. The Next Jet to Leave Moscow
5. Europa Geht Durch Mich
6. Divine Youth
7. Sex, Power, Love and Money
8. Dreaming A City (Hugheskova)
9. Black Square
10. Between the Clock and the Bed
11. Misguided Missile
12. The View from Stow Hill
13. Mayakovsky

The Black Keys - Turn Blue (2014)

The Black Keys - Turn Blue (2014)

Ada yang unik dari album-album the Black Keys, terutama album termutakhir mereka ini. Terasa ada nuansa baru dan lama yang didaur dengan ciamik. Mendengarkan album ini saya merasa kembali ke suasana 1970-an, dan juga sedikit awal 1980-an. Ada kerinduan dengan masa-masa tersebut yang sedikit banyak dituntaskan melalui lagu-lagu di album ini. Single pertama Fever jelas membawa pada nuansa khutbah masa lalu yang mirip-mirip propaganda dan hampir tak bisa ditolak oleh target sasaran. Sungguh kembali ke masa lalu yang tetap saja masih terasa aktual sampai sekarang.

Album ini enak didengarkan sambil berkontemplasi, terutama di malam hari. Malam di mana yang lama hampir dilewati, dan yang baru belum juga datang. Ada juga yang menarik lainnya, duo ini mirip dengan New Order di mana para punggawanya menerapkan faham anti selebritas, tak ingin terlihat, tak ingin dicitrakan. Hanya berkarya, tak kurang dan tak lebih.

Daftar lagu:
1. Wieght of Love
2. In Time
3. Turn Blue
4. Fever
5. Year in Review
6. Bullet in the Brain
7. It's Up to You Now
8. Waiting on Words
9. 10 Lovers
10. In Our Prime
11. Gotta Get Away

Coldplay - Ghost Stories (2014)

Coldplay - Ghost Stories (2014)
Album teranyar Coldplay ini membuat kita memikirkan kembali relasi dengan manusia lain, terutama dalam konteks cinta. Apakah relasi tersebut abadi atau temporer? juga apakah yang kita inginkan selalu bisa dimengerti oleh pasangan? Album ini juga membuat kita berpikir, sejauh mana yang personal muncul di dalam teks, sekalipun produsen teks bebas mengisi makna pada teks. Teks yang terlalu personal akan ditinggalkan, teks yang kurang personal tak akan mampu melekat pada pengakses dan juga pemakna teks.

Coldplay yang biasanya bermain dengan metafor dan pengandaian, pada lagu-lagu di album ini terlihat lebih jelas, langsung, dan tak ingin repot-repot dengan makna yang multitafsir walau judul album jelas berupaya menunjukkan metafor masa lalu dan relasi yang dibayangkan pada istilah cerita-cerita hantu. Hantu terkuat dalam bayangan seseorang mungkin memang masa lalu yang dianggap indah dan tak akan bisa dicapai kembali. Untungnya, album ini juga menawarkan bahwa sekalipun masa lalu yang indah bisa saja berakhir, kita masih punya kesempatan untuk mendapatkan masa depan yang indah jua.

Daftar lagu:
1. Always in My Head
2. Magic
3. Ink
4. True Love
5. Midnight
6. Another's Arms
7. Oceans
8. A Sky Full of Stars
9. O

Foster the People - Supermodel (2014)

Foster the People - Supermodel (2014)
Awalnya saya ogah-ogahan mendengarkan album ini karena agak kecewa albumnya tak serancak album pertama Foster the People yang dirilis tahun 2011, Torches. Namun dalam akses-mengakses konten dan juga memaknainya, berlaku hukum tak boleh memarahi konten, apalagi kecewa terhadapnya. Konten adalah konten, teks adalah teks, yang hanya bisa kita terima adalah memaknainya, boleh juga membandingkannya dalam semesta. Begitulah, pada akhirnya saya mendengarkan album ini berkali-kali dan mendapatkan sudut pandang yang berbeda mengenai album ini, dan juga pada produsen kontennya, Foster the People.

Tak mudah memang bagi produsen konten bila album debut mereka mendapatkan perhatian besar dan juga sekaligus melambungkan sang produsen pada popularitas yang tinggi. Sepertinya mereka bisa melepaskan diri dari jebakan tersebut. Album Supermodel tentu saja akan berbeda bila dibandingkan dengan Torches, namun bila dilihat sebagai entitas tersendiri, album ini adalah album yang kontemplatif, album yang bertanya banyak hal, terutama tentang popularitas dan kehidupan selebriti, yang tentu saja disebabkan oleh album pertama. Pertanyaan tersebut sudah dimulai sejak lagu pertama Are You What Your Want to be? 

Daftar lagu:
1. Are You what You Want to be?
2. Ask Yourself
3. Coming on Age
4. Nevermind
5. Pseudologia Fantastica
6. The Angelic Welcome of Mr. Jones
7. Best Friend
8. A Beginner's Guide to Destroying the Moon
9. Goats in Trees
10. The Truth
11. Fire Escape

Babybird - Best of Babybird (2004)

Babybird - Best of Babybird (2004)
Siapa penikmat musik alternatif dekade 1990-an yang tak kenal dengan lagu You're Gorgeous? saya rasa sebagian besar tahu lagu ini. Lagu ini semacam one hit wonder dari band beranggotakan satu orang, Babybird. Sulit sekali mencari album-album Babybird sampai saya menemukannya di iTunes. Upaya mencari, mengakses, dan kemudian memaknai album ini berkaitan dengan rasa penasaran saya untuk menambal pengetahuan karya-karya produsen konten musik rekaman dekade 1990-an.

Sayangnya, tipikal album the best, album ini juga kurang memiliki jalinan yang kuat, album yang tak ada rohnya. Kemungkinan rohnya ada di dalam album-album aslinya, sebelum dipilih satu dua lagu untuk digabungkan ke dalam album the best. Namun tak ada salahnya juga mendengarkan dan mengamati lagu-lagu yang termaktub di dalam album ini, namun memang segera terlihat bahwa album Ugly Beautiful yang dirilis pada tahun 1996 adalah album terbaik Babybird, di mana You're Gorgeous, Atomic Soda, dan Candy Girl ada di dalamnya.

Daftar lagu:
1. You're Gorgeous
2. Bad Old Man
3. Back Together (Remix)
4. Eyes in the Black of Your Head
5. The F-Word
6. Good Night
7. In the Country
8. Atomic Soda
9. The Way You are
10. Candy Girl
11. If You'll be Mine
12. Cornershop (Re-Recorded Version)
13. Out of Sight (Edit)
14. Bad Habit
15. Fireflies
16. You will Always Love Me
17. One Dead Groove

Diswalla - Pet Your Friends (1995)

Diswalla - Pet Your Friends (1995)

Mendengarkan konten musik rekaman, seperti halnya mengakses konten media yang lain, bisa dipastikan akan terjadi relasi antara produsen dengan pengakses konten atau pemakna. Relasi tersebut dalam bentuk jaringan makna yang personal pada pemakna, tergantung dari pengalaman dan pengetahuan, dan juga konteks ruang dan waktu ketika konten tersebut diakses dan kemudian dimaknai.

Lumayan banyak konten musik rekaman yang saya dengar, terutama dari produsen konten yang mulai aktif di dekade 1980-an dan 1990-an. Bukan berarti dekade lainnya tidak saya dengar. Dekade lain, termasuk dekade terakhir ini, juga saya dengarkan, namun tetap saja kedua dekade tersebut adalah dua dekade utama karena saya tumbuh sebagai pemakna yang lumayan aktif pada kedua dekade tersebut.

Ada satu produsen konten yang pada dekade 1990-an cukup terkenal dan menghasilkan album yang banyak dibicarakan, Diswalla dengan albumnya Pet Your Friends. Saya tahu album ini karena bolak-balik diperbincangkan di MTV, yang dahulu siarannya masih tergabung di ANTV. Salah satu program acara favorit saya adalah Alternative Nation, di sinilah lagu Counting Blue Cars mendapatkan air time yang tinggi. Entah mengapa, pada era 1990-an dahulu itu, album ini tidak juga bisa saya akses. Berulang-kali ke toko kaset, album ini tak bisa diakses jua. Saya datang di saat yang tak tepat, selalu ketika "barang" datang, saya tak datang ke toko kaset di ujung jalan Malioboro yang kini mati, nama tokonya Kotamas.

Mendengarkannya kembali pada saat ini, sekitar dua dekade setelah dirilis tentu saja berbeda. Konteks waktu dan ruang mengakses konten selalu memberikan pemaknaan yang berbeda. Namun ada juga yang menarik. Karena konten musik rekaman adalah konten media yang paling kuat dalam menyimpan kenangan, mengakses album lama ini juga berfaedah.

Mendengarkan Counting Blue Cars, Explode, Charlie Brown's Parents, dan It's going to Some Time, membuat masa lalu seakan kembali di ingatan dan di hati. Masa-masa indah tentu saja. Cabikan gitar yang intens dan lirik yang berusaha tegar adalah dua ciri utama album ini, dan juga banyak album di dekade 1990-an.

Daftar lagu:
1. Pretty Babies
2. Haze
3. Counting Blue Cars
4. Explode
5. Charlie Brown's Parents
6. Give
7. Miss Emma Peel
8. Moisture
9. The Feeder
10. All She can See
11. Only for So Long
12. Date with Sarah
13. It's going to Take Some Time

Kamis, 05 Juni 2014

Maliq & D'Essentials - Musik Pop (2014)

Maliq & D'Essentials - Musik Pop (2014)
Mengetahui band ini merilis album baru dan dua media yang saya baca memuji habis album ini, saya langsung mencarinya. Sayangnya, mencari ke seantero toko CD tak jua menemukan album ini. Juga ketika ke Jakarta, walau ingin mencari namun karena padatnya acara, album ini juga belum tergapai. Namun, iTunes Store sangatlah membantu. Album ini tersedia di sana dan tanpa menunggu terlalu lama saya langsung mengakses album digitalnya.

Tadinya saya kira album ini tak akan melampaui album mereka sebelumnya, Sriwedari, yang baru saja dirilis tahun kemarin. Ternyata saya salah. Album ini memang album terbaik Maliq, sama halnya pendapat dua media yang mereview dan memberitakan rilis album ini. Rasanya materi album yang hanya sedikit justru memperkuat esensi album tidak "pop" ini. Delapan lagu dalam durasi sekitar dua puluh delapan menit awalnya terasa kurang, namun itulah keunikan teks. Kualitas suatu teks tak tergantung pada sedikit ataupun banyaknya kuantitas. Kedelapan lagu di album ini justru mengundang untuk didengarkan berkali-kali. Musik yang sangat bersahabat di telinga sekaligus lirik yang interpretatif adalah kekuatan utama album ini.

Ada dua pendapat yang bertentangan untuk memaknai istilah pop pada teks. Pertama, pop mengindikasikan hal yang banal, sepele, kurang bagus kualitasnya, dan mudah hilang. Biasanya pemaknaan ini dimiliki oleh orang kebanyakan. Makna pop yang kedua adalah suatu yang mudah "menusuk" hati karena akrab, hadir dalam keseharian, dan karenanya terasa baik dan berguna. Saya kira makna kedua yang banyak melekat pada album ini. Seperti juga pada istilah "pop" pada album U2 yang berjudul Pop (1997), album ini justru berlawanan dari anggapan awam tentang makna pop. Makna kedua juga dirasa secara internal oleh Maliq sendiri. Menurut mereka sendiri, kedekatan dan kesesuaian antar personel mencapai puncaknya setelah dua belas tahun bersama. Karena itulah, dengan yakin mereka menyebut album ini album masterpiece mereka. Sejalan dengan pandangan sebagian pendengar.

Album diawali oleh instrumental berjudul "Pintu" yang mengajak kita untuk memasuki semesta karya termuktakhir Maliq ini. Lagu kedua berjudul "Semesta" yang berkisah tentang siklus hidup manusia, lahir, hidup di dunia, dan pergi menuju arti yang surgawi...gugur satu tumbuhlah berjuta cinta. Hidup mesti dirayakan dan misteri hidup dijalani dengan suka ria. Inilah kira-kira substansi makna dari lagu ini. Lagu ketiga, "Ananda", menampilkan Indra Lesmana pada keyboard, juga pada lagu terakhir nanti, "Niwana". Lagu bagus tentang anak di mana si produsen teks mengijinkan anak untuk menjalani hidupnya sendiri, dalam hidup yang abadi hanya perubahan. Begitu kira-kira kita membedakan diri dengan kehidupan anak. Rasa bahagia dititipi anak oleh Sang Pencipta dibarengi janji untuk merawat dengan sebaik-baiknya.

Lagu berikutnya berjudul "Imajinasi". Lagu yang membuat saya bahagia karena ada petikan lirik tentang hidup yang fana dan indah... awan gemawan. "Imajinasi" secara kuat menunjukkan bahwa hidup itu indah. Bila Voltaire berpendapat bahwa aku berpikir, maka aku ada, lirik lagu ini melengkapi sisi yang lain: kita berimajinasi, maka kita hidup. Lagu kelima, "Ombak Utara", berkisah tentang kenangan. Kejadian masa lalu yang mungkin tak bisa dilupakan namun toh hidup terus berjalan seperti ombak yang terus bergulung. Mungkin kita bisa melupakan, mungkin juga tidak, kita akan hidup dengan kenangan-kenangan tersebut.

Lagu berikutnya, "Taman", adalah lagu satu dari dua lagu terfavorit saya di album ini. Metafor taman benar-benar pas digunakan untuk menggambarkan hidup di dunia. Kita bisa bermain di taman tetapi tak bisa selamanya, karena senja akan datang dan malam akan menjelang. Taman, surga, dunia, ketiga kata ini dimainkan berulang dan implementasinya pada makna sungguh mendalam. Lagu ketujuh berjudul "Himalaya". Mungkin inilah satu-satunya lagu tentang cinta yang lebih langsung dan eksplisit dibandingkan lagu-lagu yang lain. Himalaya bahkan akan kutaklukkan...bersama tujuh warna pelangi. Lirik yang sepintas puitis namun lagu ini yang liriknya paling berlebihan dan kurang pas. Lagu terakhir, "Nirwana", juga menampilkan Indra Lesmana seperti juga lagu "Ananda". Satu lagu terfavorit saya di album ini walau bukan berarti lagu-lagu yang lain tak bagus. Lagu ini jadi menarik karena Indra Lesmana seperti "menggila" memainkan keyboardnya. Progresif rock-kah? saya yang tak begitu mahfum dengan genre musik merasa seperti mendengarkan lagu-lagu Yes jaman dulu. Ciamik nian....Tak terasa dua puluh delapan menit delapan belas detik telah berlalu. Album ini telah berakhir, dan pastinya saya akan mengulang mendengarkan dan memaknai album ini berkali-kali lagi. 

Daftar lagu:
1. Pintu
2. Semesta
3. Ananda (feat. Indra Lesmana)
4. Imajinasi
5. Ombak Utara
6. Taman
7. Himalaya
8. Nirwana (feat. Indra Lesmana)

Rabu, 04 Juni 2014

R. E. M. - Unplugged 1991/2011: The Complete Sessions (2014)

R. E. M. - Unplugged 1991/2001 The Complete Sessions (2014)

Ketika R. E. M. memutuskan untuk membubarkan diri pada tahun 2011, para pendengar loyalnya pasti mengalami kehilangan, termasuk saya. Namun bukan kesedihan berlarut-larut, hanya sekadar kehilangan sesaat. Bagi penikmat teks, hal yang utama bukanlah produsennya melainkan teks itu sendiri. Para pendengar atau pemakna teks sudah mendapatkan banyak lagu bagus yang termaktub dalam sekian album keren, mendapat, paling tidak dua album di antaranya, album masterpiece (adikarya). Sebagai produsen yang menghasilkan banyak teks dan ditentukan oleh format konten musik populer yang cair (ingat lagu adalah konten yang paling fluid dan dinamis di antara semua konten media), tentu R. E. M. juga tidak kesulitan untuk merilis kembali apa yang telah mereka buat.

Faktor produsen konten kugiran yang sudah menghasilkan banyak konten dan format konten media, bukanlah faktor-faktor utama, dinamika musik rekaman di Amerika Serikat. Faktor yang lain, yang bisa disebut sebagai faktor terpenting, adalah struktur industri media yang dibangun. Produsen konten sangat dihormati hak kekayaan intelektualnya, karya yang dihargai, juga audiens yang dibekali dengan asupan konten dan telaahnya yang mendalam. Kritik konten dan penghargaan yang diberikan tiap tahun misalnya, bukan hanya sekadar perayaan, namun juga pengingat bahwa industri memperhatikan produsen dan pendengar (audiens). Hal ini bisa kita amati di Grammy Award dan Academy Award.

Album ini adalah manifestasi dari upaya untuk mengingatkan para pendengar  bahwa mereka masih eksis walau tak lagi memproduksi konten baru. Konten lama mereka rilis dari "kotak penyimpanan" karya mereka, dan kita mendapatkan dua album unplugged yang berasal dari dua tahun berselisih satu dekade. CD pertama berasal dari aksi unplugged di tahun 1991, sementara CD kedua berisi pentas tanpa instrumen listrik pada tahun 2001.

Album ini sedikit banyak menghilangkan kerinduan akan karya baru mereka dan memunculkan sedikit harap bahwa dalam jangka waktu dekat ini mereka bereuni. Ketiga puluh tiga lagu yang dirilis ini sebagian besar pernah didengar oleh para pendengar loyal, walau begitu ada juga lagu-lagu yang jarang sekali muncul terutama dari era 1991, seperti "Disturbance at the Heron House", "Fretless", "Swan Swan H", "Rotary 11", dan "Disappear". 

Daftar lagu:

CD 1 (Unplugged 1991)
1. Half A World Away
2. Disturbance at the Heron House
3. Radio Song
4. Low
5. Perfect Circle
7. Fall on Me
8. Belong
9. Love is All Around
10. It's the End of the World As We Know It (And I Feel Fine)
11. Losing My Religion
12. Pop Song 89
13. Endgame
14. Fretless
15. Swan Swan H
16. Rotary 11
17. World Leader Pretend

CD 2 (Unplugged 2001)
1. All the Way to Reno
2. Electrolite
3. At My Most Beautiful
4. Daysleeper
5. So, Central Rain
6. Losing My Religion
7. Country Feedback
8. Cuyahoga
9. Imitation of Life
10. Find the River
11. The One I Love
12. Dissapear
13. Beat A Drum
14. I've Been High
15. I'll Take the Rain
16. Sad Professor

Selasa, 03 Juni 2014

Nudia Suipi 7

Sampah informasi
Gulma kasih sayang
Beragama - beragam
Toleran - aktif berteman
Negara Pancasila?
Diberkahi dan merahmati semesta
Hidup di sini semestinya berbahagia

***

Rabu, 21 Mei 2014

Sekilas Kisah dari Nunukan

Tugu Nunukan di Pagi Hari


Awal bulan kemarin, tepatnya tanggal 6 sampai dengan 12 Mei 2014, saya berkesempatan riset di Nunukan, salah satu kabupaten di propinsi termuda di Indonesia. Sungguh, pengalaman riset kali ini bersama rekan-rekan PKMBP dan LPP RRI tak akan terlupakan sekaligus saya juga bisa merasakan luasnya Indonesia ketika berada di perbatasan. Seperti halnya banyak kota di Kalimantan, Nunukan memiliki tugu yang cenderung militeristik dan lumayan lengang di pagi hari seperti yang ditunjukkan oleh foto paling atas.

Riset kami ketika di Nunukan bertopik peran LPP RRI dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an. Nunukan berbatasan langsung dengan Malaysia, Bila malam terlihat perbedaan yang kontras penerangan di Malaysia dan Indonesia. Namun warga di sini berpendapat bahwa walau perut Malaysia, hati tetap Indonesia, yang artinya kira-kira walaupun bekerja dan mencari hidup di Malaysia, mereka tetap menyintai Indonesia. Indonesia selalu ada di hati.

Di kabupaten Nunukan terdapat salah satu pulau yang wilayahnya terbagi rata antara Indonesia dan Malaysia. Ada beberapa pelabuhan di pulau Nunukan dan dua di antaranya dapat membawa kita ke pulau Sebatik. Perjalanan ke Sebatik ditempuh kira-kira selama lima belas menit dengan ongkos sekitar lima belas ribu per penumpang dan lima puluh ribu untuk penumpang yang membawa sepeda motor. Di bawah ini adalah salah satu pelabuhan yang dapat membawa kita ke Sebatik.

Pelabuhan Menuju Sebatik


Di pulau Sebatik ada beberapa desa yang "dibelah" oleh tapal batas. Salah satunya ditunjukkan oleh tugu di bawah ini. Tugu ini membagi dua desa, sebagian di Indonesia dan sebagiannya lagi di Malaysia. Perbatasan sederhana tersebut hanya ditandai oleh satu garda jaga sebesar pos jaga. Gardu-gardu ronda di pulau Jawa jauh lebih besar dari pos jaga perbatasan tersebut.

Tapal Batas


Hal yang paling unik di Sebatik adalah kehadiran rumah "terpanjang" di dunia seperti yang dapat diamati pada foto di bawah ini. Disebut rumah terpanjang karena ruang tamu dan ruang keluarga terletak di Indonesia, sementara dapur dan kamar mandinya terletak di Malaysia. Ada rekan yang bercanda bahwa di rumah ini bila ingin ke belakang penghuninya mesti menggunakan paspor.

Rumah "terpanjang", melintasi dua negara, Sebatik


Seperti halnya warga negara di wilayah Indonesia yang lain. Nasionalisme warga di Sebatik juga tinggi. Sangat tinggi malah, seperti yang terlihat di tugu di bawah ini: "NKRI adalah harga mati", tak bisa ditawar, tak ada negosiasi. Pemandangan di sekitar tugu Garuda Perkasa ini sangat indah. Hamparan wilayah Sebatik yang masih luas terlihat dengan jelas dari tugu ini.

Tugu Garuda Perkasa


Terdapat empat belas tapal batas Indonesia dan Malaysia di pulau Sebatik. Beberapa di antaranya ada di laut. Seperti yang ditunjukkan pada foto di bawah ini. Selain krusial sebagai wilayah yang dijaga habis-habisan, wilayah ini juga sangat indah. Lautnya biru dan dangkal. Selain itu tapal batas ini juga dilengkapi dengan pelabuhan rakyat di mana warga pulang pergi ke Tawau, Malaysia, dengan cepat. Daratan yang terlihat di kejauhan tersebut adalah Tawau. Seringkali warga dua negara saling datang berkunjung hanya untuk sekadar mengadakan pesta ulang-tahun atau bersilaturahmi dengan saudara. Seperti yang kita lihat sebelumnya, warga desa yang bersaudara bisa berbeda kewarganegaraan walau rumahnya bertetangga.

Tapal Batas Laut


Tapal Batas Laut


Entah kapan bisa mengunjungi Nunukan dan Sebatik lagi. Saya lebih ingin berkunjung ke banyak wilayah perbatasan dan juga wilayah-wilayah Indonesia yang lain dibandingkan dengan ke luar negeri, karena masih banyak wilayah yang luar biasa indah. Allah SWT memang merahmati Indonesia: wilayah yang indah, orang-orang yang baik. Jayalah Indonesia!


******

Selasa, 20 Mei 2014

Collective Soul - Blender (2000)

Collective Soul - Blender (2000)
Album kelima atau terakhir yang membuat saya teringat dengan kenangan di Pontianak pada tahun 2000, dan juga pengalaman dua minggu yang lalu di Nunukan, adalah album kelima Collective Soul ini. Album yang membuat kita bersenang-senang mendengarnya setelah album-album mereka sebelumnya yang lumayan "serius".

Dari keempat album lain, album inilah satu-satunya yang tak bergantung pada ingatan visual di masa lalu. Saya tidak ingat pernah menonton video klipnya walau kemungkinan besar pada waktu itu diputar di MTV. Album ini memunculkan sound khas Collective Soul walaupun kurang gahar dibandingkan album-album lain. Lagu "Why (Part 2)", "You Speak My Language", dan "Perfect Day" jelas lagu berkelas yang enak didengarkan berapa kali pun. Sayangnya sebagai sebuah album, koherensi dan konsistensinya tak menancap kuat.

Hal yang jelas saya ingat adalah perasaan optimis akan masa depan yang saya ingat ketika mendengarkan album ini. Perasaan yang empat belas tahun sesudahnya masih terasa sama. Album memang konten media penyimpan kenangan paling baik dibandingkan dengan konten media yang lain. 

Daftar lagu:
1. Skin
2. Vent
3. Why (Part 2)
4. 10 Years Later
5. Boast
6. Turn Around
7. You Speak My Language
8. Perfect Day (feat. Elton John)
9. After All
10. Over Tokyo
11. Happiness  

U2 - All That You can't Leave Behind (2000)

U2 - All That You can't Leave Behind (2000)
Album ini adalah album U2 yang paling "manis" dan mudah diterima. Jauh berbeda dengan album sebelumnya yang benar-benar eksperimental, Pop (1997). Termasuk album yang sangat sukses di angka penjualan namun menurut saya tak sukses memberikan dampak seperti album-album lain, semisal the Joshua Tree (1987) dan Achtung Baby (1991).

Lagu-lagu di album ini sekali lagi mengingatkan saya pada tempat baru, suasana pantai, dan optimisme pada hidup, terutama lagu "Beautiful Day" dan "Walk on". Sama seperti album-album di era ini, MTV memainkan peran penting untuk memperluas pendengar lagu, dan mungkin juga album. "Beautiful Day" misalnya, karena sering diputar, banyak penyuka U2 baru yang lahir. Penyuka yang lebih awal mungkin tetap suka karena sudah menjadi pendengar U2 dan tumbuh bersama lagu-lagu mereka.

Hal yang juga menarik adalah hadirnya lagu "The Ground Beneath Her Feet" dalam album ini, yang hadir dalam album versi tertentu. Lagu ini merupakan salah satu lagu dari OST Million Dollar Hotel yang juga dirilis pada tahun yang sama dengan album ini. Latar belakang album ini tak dimunculkan di Indonesia, terutama bila diputar di radio karena lagu ini ditujukan untuk Salman Rushdie, yang sebelumnya mendapatkan kritis keras dari para pemimpin muslim di seluruh dunia.  

Daftar lagu:
1. Beautiful Day
2. Stuck in A Moment You can't Get out of
3. Elevation
4. Walk on
5. Kite
6. In A Little While
7. Wild Honey
8. Peace on Earth
9. When I Look at the World
10. New York
11. Grace
12. The Ground Beneath Her Feet
  

Coldplay - Parachutes (2000)

Coldplay - Parachutes (2000)
Pontianak, juga Nunukan, Sebatik, dan Tarakan, yang memiliki banyak pantai, mudah diingat bila mendengarkan album ini, terutama karena video klip "Yellow" mengambil setting di pantai. Semua lagu di album ini adalah lagu yang bagus dan memberikan kesan yang mendalam. Seingat saya setelah album ini Coldplay memberikan banyak pengaruh untuk band yang kemudian merilis album. Bisa dikatakan album ini adalah debut album yang nyaris sempurna.

Tidak hanya "Yellow" dan "Trouble" yang bagus di album ini walaupun keduanya memang menjadi andalan. Semua lagu dapat dikategorikan sangat bagus, termasuk lagu yang menjadi track tersembunyi, "Life is for Living".

Mendengarkan album ini kita juga bisa melihat bagaimana band yang tadinya bukan siapa-siapa menjadi besar. Album ini adalah awal kebesaran Coldplay. Informasi yang masih saya ingat berkaitan dengan album ini adalah para personelnya memproduksi album ini sambil khawatir dengan klub Southampton yang hampir terdegradasi. Seperti pada umumnya orang Inggris, seluruh personel Coldplay menyukai sepakbola, dan terutama menyukai klub lokal di mana mereka berasal.

Daftar lagu:
1. Don't Panic
2. Shiver
3. Spies
4. Sparks
5. Yellow
6. Trouble
7. Parachutes
8. High Speed
9. We Never Change
10. Everything's not Lost ( including hidden track "Life is for Living")

Matchbox Twenty - Mad Season (2000)

Matchbox Twenty - Mad Season (2000)
Musik, lirik, dan kenangan mudah sekali menyatu. Ingatan dan perasaan dari masa lalu lebih mudah diakses kembali bila ada lagu-lagu yang menyertainya. Inilah yang terjadi ketika saya pergi ke Nunukan - Sebatik - Tarakan untuk meneliti. Entah mengapa saya ingat kembali dengan kepergian saya yang juga untuk meneliti pada tahun 2000. Saya tak mendapatkan "soundtrack" untuk kunjungan ke Nunukan namun saya dapat menggunakan "soundtrack" dari kunjungan pada tahun 2000 itu.

Ada lima album yang membuat saya teringat dengan Pontianak, dan album ini adalah salah satunya. Album ini tidak terlalu bagus karena tak seperti album debut Matchbox Twenty yang lebih bagus, Yourself or Someone Like You (1996). Album ini dianggap album perpindahan Matchbox Twenty dari grunge yang menjadi aliran album debut mereka dan banyak mendapatkan pujian.

Walau begitu, ada dua lagu yang mudah melekat di benak dari album ini, yaitu "If You're Gone" dan "Bent". Apalagi pada waktu itu kedua lagu tersebut mendapatkan airtime yang banyak di MTV, bekerja sama dengan ANTV. Video klip kedua lagu tersbebut yang seringkali diputar juga menjadikan album ini mudah dikenang. 

Daftar lagu:
1. Angry
2. Black & White People
3. Crutch
4. Last Beautiful Girl
5. If You're Gone
6. Mad Season
7. Rest Stop
8. The Burn
9. Bent
10. Bed of Lies
11. Leave
12. Stop
13. You won't be Mine


Senin, 05 Mei 2014

A-Ha - Minor Earth Major Sky (2000)

A-Ha - Minor Earth Major Sky (2000)


Album ini mirip dengan album karya Duran Duran yang dirilis pada tahun 1993, Duran Duran (Wedding Album) (1993), ikon 1980-an yang muncul kembali di dekade 1990-an dan 2000-an. Namun album keenam A-Ha ini lebih fenomenal karena mereka tujuh tahun berhibernasi dan tak berkarya sebagai sebuah band. Mereka tetap berkarya secara individual dalam proyek masing-masing. Sementara itu, Duran Duran hanya tiga tahun mengambil jeda.

Album ini relatif muncul dengan tiba-tiba, minimal bagi saya, karena tadinya saya mengira A-Ha sudah terhapus dari peta musik pop. Ternyata tidak. Mereka malah datang dengan format yang lebih modern dengan konten ala 1980-an. Saya ingat sekali album ini seperti anomali karena pada era rilisnya, banyak album britpop bagus muncul, juga alternatif yang waktu itu begitu meraja. A-Ha, yang pernah menjadi ekspor budaya pop dari Norwegia ini, tetap datang dengan ciri khasnya. Musik yang sedikit mendayu dan lirik yang lebih kontemplatif menjadi senjata mereka.

Lagu-lagu bagus seperti "Minor Earth Major Sky", "Velvet", "Summer Moved On", "The Sun Never Shone That Day", "I Wish I Cared", dan "You'll Never Get Over Me", tak mungkin terlupakan. Apalagi album ini menjadi teman perjalanan yang saya dengarkan terus dari Yogya-Pontianak, menemani aktivitas riset di sana. "Velvet" misalnya, sangat mengingatkan saya pada laut, sungai, dan Pontianak yang berkabut (dahulu tak begitu paham bila kabut itu ternyata asap yang melingkupi kota). "Velvet" juga unik karena lagu ini menjadi menghadirkan vokal perempuan dan mungkin satu-satunya lagu hit A-Ha yang berformat duet.

Daftar lagu:
1. Minor Earth Major Sky
2. Little Black Heart
3. Velvet
4. Summer Moved On
5. The Sun Never Shone That Day
6. To Let You Win
7. The Company Man
8. Thought That It was You
9. I Wish I Cared
10. Barely Hanging On
11. You'll Never Get Over Me
12. I Won't Forget Her
13. Marry Ellen Makes the Moment Count
 

INXS - X (1990)

INXS - X (1990)


Album-album lama menarik untuk didengarkan dan dikulik berkali-kali, terutama ketika di waktu sekarang ini tak ada album yang membuat saya antusias untuk mengaksesnya. Di antara album-album lama tersebut, album X karya INXS ini sungguh memikat dimaknai kembali. Album ini menurut saya adalah album terbaik walaupun banyak pihak menilai album sebelumnya, Kick, yang teroke.Album ini menandai tahun ke-10 (X adalah angka Romawi) mereka berkarier di musik. Album ini juga album pertama INXS yang saya dengarkan sekitar tahun 1993 karena memang dahulu itu susah sekali mendengarkan album terkini. Karena juga formatnya yang masih berupa kaset, album ini mau tak mau mesti didengarkan per lagu, tak bisa memindahkan ke berbagai track dengan mudah. Untungnya semua lagu bagus, bahkan beberapa lagu sangat bagus, jadi mendengarkan album ini berkali-kali tak jua membuat bosan.

Lagu-lagu semacam "Suicide Blonde", "Disappear", "By My Side", "Lately" dan "Bitter Tears" adalah lagu-lagu kelas satu, yang semestinya menjadikan album ini dinilai lebih baik. Lagu "Disappear" misalnya, sangat terdengar rancak dan saya teringat pertama-kali mendengarkan lagu ini ketika mendengarkan acara top 40 di radio, bernama "Rick Dees" yang waktu itu sangat populer, menyiarkan empat puluh lagu non stop selama kurang lebih tiga jam, di antara acara berita dari RRI yang mesti disiarkan radio komersial pada jaman itu. Orde Baru sangat berkuasa namun tetap ada konten bagus dari media. Di tengah maraknya lagu Barat yang pop dan slow rock, bagi saya lagu ini terdengar berbeda sekaligus indah.

Bukan berarti lagu-lagu lain tak bagus, lagu-lagu lain seperti "Who Pays the Price" dan "On My Way", juga enak untuk didengarkan. Namun entah mengapa sebagai sebuah album, album ini terasa kurang "nendang" dibandingkan album Kick, mungkin karena kurang tertata mood, ritme, dan topiknya, padahal banyak album lain yang kualitas tiap lagunya kurang bagus namun karena penataan dan pengurutannya tepat, dinilai lebih bagus dibandingkan album ini.

Daftar lagu:
1. Suicide Blonde
2. Disappear
3. The Stairs
4. Faith in Each Other
5. By My Side
6. Lately
7. Who Pays the Price
8. Know the Difference
9. Bitter Tears
10. On My Way
11. Hear That Sounde

Senin, 28 April 2014

Beck - Morning Phase (2014)

Beck - Morning Phase (2014)

Sepintas album ini kongruen dengan album legendaris Beck yang dirilis tahun 2002, Sea Change, namun bila dicermati lebih mendalam, album ini memiliki visi yang berkebalikan dengan album 2002 itu walau musik yang disampaikan mirip. Pagi memiliki makna untuk memulai semuanya kembali di album ini, dalam pengertian yang positif dan konstruktif. Pemaknaan semacam ini teramati pada lagu "Morning" dan "Walking Light".

Bukan berarti lagu-lagu di album ini membicarakan hal yang positif melulu karena memang hampir tak mungkin di dalam menjalani hidup semuanya hal yang menyenangkan atau diinginkan semua. Ada paling tidak dua lagu yang berkisah tentang hal tak mengenakkan, yaitu "Say Goodbye" dan "Unforgiven", walau begitu fokus lebih besar adalah pemaknaan penyampai teks bahwa yang penting kita berdamai dengan semua hal negatif tersebut, biarkan selamat tinggal disampaikan dan dalam hidup tak ada yang tak termaafkan. Lagu "Blackbird Chain" juga bicara hal yang mirip namun disampaikan dengan sedikit berbeda. Lagu ini berkisah tentang orang yang pernah menyakiti kita, namun tak apa, toh hidup terus berjalan dan penjelasan bisa diberikan lain waktu.

Album kelimabelas Beck ini termasuk dalam deretan karya terbaik yang dirilisnya walau pendengar yang berharap ada lagu cepat dan membuat bergoyang semacam "Loser" atau "Girl" kemungkinan besar akan kecewa. Lagu yang berirama paling "cepat" di album ini adalah "Blue Moon" yang menjadi single pertama. Irama yang agak cepat menunjukkan bahwa produsen teks tak sepenuhnya bersendu-sendu dan lagu ini juga bicara tentang pemakluman kesendirian dalam nuansa positif. Album bagus ini terasa personal sekaligus juga universal, bahwa manusia pasti tersakiti dan sangat mungkin menyembuhkan luka batinnya sendiri.

Daftar lagu:
1. Cycle
2. Morning
3. Hearts is A Drum
4. Say Goodbye
5. Blue Moon
6. Unforgiven
7. Wave
8. Don't Let It Go
9. Blackbird Chain
10. Phase
11. Turn Away
12. Country Down
13. Walking Light

Extreme - Pornograffitti (1990)

Extreme - Pornograffitti (1990)
Mendengarkan suatu album musik rekaman, atau apapun konten media, kita akan mendapatkan informasi dan cara menelaah imajinasi. Hal yang sama ketika kita mengakses teks album ini. Kita akan mendapatkan bahwa album ini sangat dekat dengan konteks waktu di mana album ini diproduksi dan dirilis, dekade 1990-an. Dekade ketika posmodernisme baru awal muncul dan dirasakan. Dekade di mana ambiguitas terjadi dan meraja. Narasi-narasi besar masih muncul, semisal perdamaian dunia, namun narasi kecil terus bermunculan, misalnya saja identitas seksual. Amboguitas tersebut muncul pada lagu "Lil' Jack Horny" dan "When I'm President" di mana harapan warga ironisnya diserahkan pada orang yang hanya mementingkan jabatan dan posisi.

Lagu paling terkenal dari album ini, yang menjadikan Extreme legendaris, justru adalah lagu yang menurut saya tak sesuai dengan topik umum album walau lagu ini tak dapat dipungkiri lagu yang sangat bagus, lagu kelas satu, "More Than Words". Karena lagu inilah, pengakses atau pemakna musik rekaman bisa terkecoh menyangka album ini album bertopik cinta. Lagu ini senafas dengan "When I First Kissed You" walau disampaikan dengan genre musik yang benar-benar berbeda. Siapa yang menyangka band rock bisa memainkan jazz dengan bagus.

Kegamangan perasaan pada dekade 1990-an terasa dengan jelas di lagu "Song for Love" di mana produsen teks masih berharap ada upaya bersama menularkan cinta. Gejala ini adalah perpanjangan dari dekade 1980-an di mana umat manusia masih merasa bahwa gerakan global bersama bisa menyelamatkan dunia, katakanlah mirip dengan lagu "We are the World". Kini kita bisa melihat bahwa manusia kehilangan semangat atas apapun yang berbau gerakan global karena seringnya yang disebut gerakan global tersebut didefinisikan oleh negara dan bangsa adikuasa. Walau begitu, lagu "Song for Love" adalah lagu yang sangat bagus juga dan menjadi favorit saya di album ini.

Daftar lagu:
1. Decadence Dance
2. Lil' Jack Horny
3. When I'm President
4. Get the Funk Out
5. More Than Words
6. Money (In God We Trust)
7. It ('s A Monster)
8. Pornograffitti
9. When I First Kissed You
10. Suzi (Wants Her All Day What?)
11. He-Man Woman Hater
12. Song for Love
13. Hole Hearted

Alphaville - First Harvest 1985 - 1992 (1992)

Alphaville - First Harvest 1984-1992 (1992)
Album musik adalah pesan media yang paling baik dalam mengemas kenangan. Setiap lagu memiliki jejak yang jelas pada kenangan, begitu juga satuannya yang lebih besar, album. Gara-gara mendengarkan beberapa album lama, terutama album-album dekade 1980-an, ragam kenangan muncul dengan cepat seperti rangkaian foto. Album ini adalah salah satunya.

Teknologi media pada suatu waktu mempengaruhi cara kita mengakses dan memaknainya. Album ini saya akses pertama-kali dalam format kaset kompilasi sehingga untuk album-album lama saya lebih memaknainya per lagu, bukan satu album utuh. Kaset memaksa kita mendengarkan untaian lagu secara linear, berurutan dan satu per satu. Barulah dalam format cakram atau digital kita mendengarkan lagu dengan lebih bebas, tak harus berurutan sesuai daftar. Namun format kaset memiliki kelebihan pula, kita yang mendengarkan kaset "dipaksa" memaknai lebih mendalam dan lebih sesuai dengan maksud dari produsen konten. Urutan lagu dalam sebuah album adalah cara bagi produsen konten untuk menyampaikan pikiran dan inspirasinya.

Konten musik rekaman yang sifatnya imajinatif berfungsi memperkaya rasa dan memberikan kita cara tambahan untuk memaknai informasi, tidak seperti konten yang sifatnya faktual, yang berfungsi utama untuk mengenali dan merekonstruksi realitas. Mendengarkan album lama semacam ini menjadikan saya terkenang-kenang masa kecil dan mendapatkan cara baru untuk mencerna masa lalu. Tiap kali dengan cara yang sedikit berbeda. Mendengarkan "Forever Young", "Big in Japan", dan "Dance with Me", menjadikan berbagai kejadian pada masa lalu seperti ada di depan mata.

Saya tak mencermati keseluruhan konten yang diproduksi oleh Alphaville, mungkin karena terbawa pada cara akses masa lalu, yaitu akses dan memaknai "eceran" pada tiap lagu, bukan satu album utuh. Semua lagu di album "the best" ini terasa enak didengar dan dimaknai: belajar bahwa kenangan yang sepintas biasa ternyata bisa memiliki arti baru ketika dimaknai dengan cara berbeda.

Daftar lagu:
1. Big in Japan (Single Edit)
2. Sounds Like A Melody
3. Sensation
4. The Mysteries of Love
5. Lassie Come Home
6. Jerusalem
7. Dance with Me
8. For A Million
9. A Victory of Love (David Morales Mix)
10. The Jet Set
11. Red Rose
12. Romeos
13. Summer Rain
14. Forever Young
15. Big in Japan (Culture Mix)

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...