Jumat, 02 November 2012

INXS - Kick (25 Anniversary Deluxe Edition) (2012)

INXS - Kick (25 Anniversary Deluxe Edition) (2012)



Teks media musik rekaman memiliki karakter yang berbeda dengan teks media yang lain. Sejak awal teks musik rekaman tidak harus diakses secara keseluruhan dalam bentuk album, melainkan sangat bisa diakses secara “ketengan”, lagu per lagu. Malah sebenarnya, industri musik rekaman digerakkan oleh satuan teks dalam bentuk lagu. Lagu unggulan dan dua atau tiga lagu tambahan kemudian didistribusikan sebagai single. Satuan teks musik rekaman sebagai single memang tidak umum di Indonesia. Biasanya di Indonesia teks musik rekaman langsung hadir dalam bentuk album yang terdiri dari sekitar 14 lagu. Biasanya di Indonesia pendengar mengakses album dari seorang penyanyi atau band atau mendengarkan album kompilasi berisi kumpulan cukup  banyak lagu hit dari banyak penyanyi.

Satu lagi fenomena yang tidak umum dalam industri musik rekaman Indonesia adalah merayakan pencapaian suatu album yang merupakan karya bagus dan mendapatkan posisi yang baik di hati pendengar. Walau tidak lumrah, belakangan ini ada beberapa album lama yang terhitung legendaris dirilis kembali, misalnya saja album-album Koes Plus dan OST Badai Pasti Berlalu, yang kemudian ditarik kembali dari peredaran karena permasalahan hak cipta. Sebagai pengakses musik Indonesia yang mendengarkan album-album Indonesia sejak dekade 1980-an tentu saja banyak album jaman dulu yang ingin saya dengarkan lagi dengan kualitas yang jauh lebih bagus lagi. Misalnya saja saya sangat ingin mendengarkan album-album Ebiet G. Ade yang awal, terutama album Camelia I sampai dengan Camelia IV. Walaupun beberapa lagu dari album awal tersebut sering muncul dalam album kompilasi Ebiet G. Ade, namun mendengarkan lagu dari albumnya yang asli memang berbeda. Lagu dan urutannya di dalam sebuah teks album itu seperti bab dalam buku atau scene dan sekuens dalam album. Semua satuan teks bermakna. Inilah karakter utama paradigma konstruksionis dalam kajian media bahwa teks utuh dibangun dari satuan-satuannya, dan bahwa posisi satuan teks bermakna pula dalam sebuah teks yang utuh.

Di negara-negara yang industri musik rekamannya telah maju dan hak kekayaan intelektual, termasuk hak cipta, dihargai dengan memadai, fenomena merilis kembali album lama yang berkelas seringkali dilakukan. Tahun lalu album Achtung Baby dari U2 dan Nevermind karya Nirvana dirilis versi ulang tahun keduapuluh. Pada tahun ini juga muncul fenomena serupa, misalnya saja Manic Street Preachers yang merilis kembali debut album mereka, Generation Terorrist versi ulang tahun keduapuluh, dan juga INXS yang merilis edisi ulang tahun ke-25 album fenomenal mereka, Kick. Album terakhir inilah yang saya dengarkan sekarang ini.

Album INXS ini memiliki kesan yang mendalam bagi saya karena musik mereka yang unik, new wave, ska, dan pop. Penarik minat yang lain adalah kombinasi petikan gitar cepat dan saksofone, plus suara bagus milik vokalis yang kemudian bunuh diri, Michael Hutchence. Bisa dikatakan album Kick ini adalah album terbaik INXS. Album ini bukan album INXS pertama yang saya dengarkan. Saya mendengarkan album mereka, X (1990) dan Welcome to Wherever You are (1992) secara relatif bersamaan, baru kemudian mendengarkan Kick. Walau begitu, saya langsung memahami mengapa Kick dianggap sebagai pencapaian terbaik INXS. Ketika Kick dirilis, INXS mendapatkan apresiasi yang bagus dan dianggap sebagai penerus Rolling Stones walau kemudian kita tahu bahwa INXS tidak sebesar Rolling Stones namun band dari Asutralia ini cukup fenomenal terutama bagi penyuka musik 1980-an dan 1990-an. Bagi saya INXS sangat berperan membentuk kesukaan saya terhadap musik populer sampai sekarang.

Perilisan kembali album ini menurut saya sungguh menyenangkan. Selain bisa kembali mendengarkan album berkelas dalam konteks kekinian, tambahan satu cakram padat untuk merayakan ultah album pasti merupakan nilai tambah tersendiri. Siapa penggemar yang bisa melupakan Sweet Sensation, Need You Tonight, dan Never Tear Us Apart, ditambah dengan beberapa lagu baru yang belum dirilis dan versi berbeda dari lagu-lagu terdahulu?

Dirilisnya kembali sebuah album berkelas tentu saja bermotif ekonomi. Penggemar lama hampir pasti mengakses album rilis ulang semacam ini. Namun lebih luas dari pada motif ekonomi langsung, dirilisnya kembali sebuah karya bagus juga merupakan wujud apresiasi industri. Karya yang bagus mesti selalu dirayakan. Tetap saja, industri penghasil teks media sesungguhnya dibangun dari karya yang bagus, kurang bagus, dan tak bagus. Namun sebuah industri teks media bisa berkembang bila semua pihak selalu diingatkan bahwa karya-karya terbaik telah lahir dan dirayakan serta disyukuri secara periodik.

Daftar lagu:
CD 1 – Original Album
1.    Guns in the Sky
2.    New Sensation
3.   Devil Inside
4.    Need You Tonight
5.    Mediate
6.    The Loved One
7.   Wild Life
8.    Never Tear Us Apart
9.    Mystify
10. Kick
11.  Calling All Nations
12. Tiny Daggers

CD 2 – Bonus CD
1.    Never Tear Us Apart (Soul Version)
2.    Move on (Guitar Version)
3.   I’m Coming (Home)
4.    On the Rocks
5.    Mystify (Chicago Demo)
6.    Jesus was A Man (Demo Outtakes)
7.    The Trap (Demo)
8.    Never Tear Us Apart (Live from America)
9.    Do What You Do
10.  Guns in the Sky (Kick Ass Remix)
11.  New Sensation (Nicky 7’)
12.  Different World
13. Calling All Nations (Kids on Bridges Remix)



Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...