Rabu, 05 Agustus 2009

Menelaah Blogger dalam Perspektif Studi Komunikasi

Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Setelah penyebaran film Fitna tahun lalu, kali ini kita dihadapkan pada penghinaan melalui yang sering juga disebut dengan blog. Menumpang pada salah satu situs penyedia blog besar, wordpress, si blogger tersebut menggambarkan dan menghina Nabi umat muslim melalui komik yang dipublikasikannya.

Pemerintah melalui Kominfo kali ini merespons kasus penghinaan Nabi dengan lebih elegan, tidak seperti pada kasus film Fitna sebelumnya. Bila pada kasus terdahulu pemerintah sampai memblokir situs-situs terkemuka, seperti YouTube dan Multiply, untuk menghentikan distribusi Fitna. Kali ini pemerintah bertindak cepat dengan menyurati wordpress. Tindakan pemerintah tersebut dibenarkan karena terdapat “perjanjian” antara situs penyedia blog dan blogger di mana nantinya blogger tidak boleh memublikasikan materi yang mengganggu hubungan antar agama, suku dan ras, mengandung unsur pornografi, dan menampilkan informasi personal orang lain yang rentan “dicuri” seperti account kartu kredit.

Masyarakat juga tidak melakukan tindakan yang berlebihan. Artinya, berbagai kelompok masyarakat hanya melaporkan kepada polisi dan tidak melakukan sweeping, misalnya, terhadap warung-warung internet, seperti yang dikhawatirkan terjadi. Masyarakat sepertinya sudah lebih memahami bahwa respons yang berlebihan malah kontraproduktif dan kemungkinan malah membuat blogger si pelaku penghinaan mencapai tujuannya: menimbulkan kemarahan dan konflik di masyarakat.

Walau masyarakat dan pemerintah merespons dengan baik, tak ayal peristiwa tersebut memberikan stigma pada blogger. Seolah-olah semua blogger cenderung melakukan tindakan negatif. Padahal, pelaku penghinaan tersebut hanya satu oknum. Jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan keseluruhan blogger yang melakukan tindakan positif. Tidak hanya untuk komunitas mereka sendiri melainkan untuk masyarakat luas.

Lalu, siapa sebenarnya blogger itu? blogger adalah pemilik sekaligus penulis atau produsen pesan dari media yang bernama blog. Blog merupakan kependekan dari dua kata: web dan log. Kedua kata tersebut ketika digabungkan menjadi weblog yang memiliki pengertian aktivitas memproduksi informasi atau pesan di internet. Tidak seperti situs pada umumnya yang mewakili organisasi, weblog, yang kemudian disingkat menjadi blog adalah situs yang mewakili suara dan kepentingan personal. Karena sifatnya yang personal, blogger, sebagai pemilik blog, cenderung bebas mempublikasikan apa pun sesuai keinginannya. Karakter lain dari blog adalah informasi atau pesan di dalam blog diperbarui secara teratur. Keteraturan di sini juga relatif, bisa satu hari sehari sekali ada informasi yang di- posting atau dalam blog yang aktif sekali posting-an (publikasi) bisa lebih dari satu dalam satu hari.

Untuk menelaah blogger dari perspektif Ilmu Komunikasi, kita dapat menghubungkan blogger dengan tiga konsep lain, yaitu audiens, teknologi komunikasi, dan literasi media.

Blogger, Audiens Aktif, dan “Media Baru”

Pertama, blogger adalah tipe komunikan atau audiens yang aktif. Di dalam proses komunikasi, blogger adalah sasaran dari proses komunikasi atau audiens dalam proses komunikasi massa. Walau demikian, blogger bukanlah audiens biasa. Semula, audiens dipersepsikan sebagai massa yang cenderung pasif, tidak mengenal sesama audiens, dan menerima pesan apa adanya. Blogger mengubah pandangan itu semua. Blogger adalah audiens yang aktif, saling mengenal sesama audiens, dan menerima pesan dengan kritis.

Kedua, blogger adalah pengguna teknologi komunikasi lanjut yang membentuk media baru. Blogger dekat dengan media baru yang dibangun oleh komputer dan koneksinya di seluruh dunia: internet. Blogger ada karena internet dan segala fasilitas di dalamnya ada.

Menurut Denis McQuail (2005), media baru meliputi jenis media yang beragam. Paling tidak terdapat empat jenis media baru, yaitu: media komunikasi interpersonal, media pencari informasi, media permainan interaktif, dan media partisipasi kolektif. Blogger menggunakan semua jenis media baru tersebut. Walau demikian, media komunikasi interpersonal dan media partisipasi kolektif adalah dua jenis yang utama.

Melalui blog, para blogger saling berinteraksi satu sama lain seperti halnya dengan email dan handphone. Kelebihannnya, blogger tidak hanya berkomunikasi dengan beberapa orang melainkan dengan banyak orang. Banyak orang di sini berbeda dengan konsep massa sebelumnya yang atomistik, tidak saling mengenal. Blogger saling mengenal, atau minimal mengetahui kehadiran satu sama lain karena untuk saling kontak, seorang blogger harus menyetujuinya terlebih dahulu.

Lebih jauh lagi, blogger menggunakan blog sebagai media partisipasi kolektif. Jenis media baru tersebut merupakan komunikasi interpersonal dan komunikasi sosial sekaligus. Blog menjadi wahana untuk saling mengenal satu sama lain dengan lebih intens bahkan menjadi sarana untuk mewujudkan tindakan konkret. Banyak komunitas blog yang kemudian melakukan tindakan kolektif yang berguna bagi kehidupan orang banyak, salah satu contohnya adalah kegiatan WeRMommies, komunitas yang berbasis komunitas blog dan milis, yang mengoordinasi bantuan untuk ibu dan balita sewaktu gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006.

Contoh tersebut juga menepis persepsi sebelumnya yang menganggap bahwa orang-orang yang aktif “berselancar” di dunia internet, termasuk blogger, memiliki kehidupan sosial yang tidak bagus. Banyak bukti menunjukkan aktivitas ngeblog justru menjadi awal bagi aktivitas sosial yang nyata dan intens.

Blogger dan Kecakapan Bermedia

Ketiga, blogger adalah orang-orang dengan kecakapan bermedia yang tinggi. Blogger telah melampaui literasi dan literasi media, dan telah mencapai literasi digital. Blogger meliputi ketiga kecakapan bermedia tersebut. Ketika mem-posting pasti blogger memahami literasi, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Bahkan literasi pada level lanjut. Blogger juga pasti telah memahami literasi media yang berfokus pada pesan audio visual. Pada blog tersedia fasilitas mengunggah dan mengunduh foto dan video sehingga blogger kemungkinan besar memahami logika pesan audio visual dan digital sekaligus.

Kecakapan bermedia terakhir, literasi digital, pasti juga telah dipahami oleh blogger. Pemahaman atas pesan yang saling terkait dan terangkai satu sama lain dan konvergensi pesan media pasti telah dipahami oleh blogger. Beberapa blogger memahami bahwa mempublikasikan pesan di blog berarti memiliki kemungkinan besar untuk menciptakan jenis pesan lain. Salah satu contohnya adalah bagaimana materi blog dapat menjadi sebuah buku, misalnya buku yang sangat populer karya Chris Anderson, The Long Tail. Dalam kasus Indonesia, kita mengenal buku dengan judul Naked Traveler karya Trinity dan Kambing Jantan karya Raditya Dika yang sangat laris. Ketiga buku tersebut berasal dari materi pesan di dalam blog mereka.

Fenomena blogger dan blog pada umumnya adalah fenomena baru. Tidak hanya menarik untuk dikaji dalam ranah keilmuan tetapi juga menjadi sebuah kesempatan baru bagi masyarakat Indonesia untuk berkembang menjadi lebih baik seperti yang dicanangkan oleh sekitar 1.500 blogger dalam Pesta Blogger 2008 belum lama ini: “Blogging for Society”.

(seharian bingung mau posting tulisan tapi kok gak bisa juga...jadi terpaksa deh saya posting opini saya di koran KR kemarin (2/12/08)...ada konsep yang rada salah sih...tapi okelah biar teman-teman melihat dan memberi komentar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...