Jumat, 18 Juni 2010
Dunia yang Biasa
Kita bisa tidak menerima, menyesali atau pun marah pada masa lalu yang menyakitkan, namun pada akhirnya kita hanya bisa merelakan apa-apa yang pernah terjadi. Begitulah yang dia pikirkan seharian ini. Tidak ada yang bisa kita lakukan pada masa lalu dan masa depan, kita hanya bisa melakukan pada sekarang ini. Untuk masa lalu kita hanya perlu mengikhlaskan apa pun yang terjadi, baik atau buruk. Untuk masa depan yang belum kita hadapi, kita hanya bisa optimis dan bersiap-siap sebaik mungkin. Ini dunia yang biasa, kehidupan yang normal saja.
Dia tahu dia belum memaafkan dirinya sendiri sepenuhnya. Dia masih menyimpan kekecewaan pada masa lalunya, pada orang-orang yang menyakitinya, pada hal-hal yang tidak dia lakukan atau lakukan, tetapi semuanya merupakan kesalahan. Walau kekecewaan pada masa lalu yang tersimpan itu pelan-pelan menghilang, dia merasakan pemudaran tersebut tidak terlalu cepat.
Dia membuka lagi koleksi album musiknya. Baginya, album-album itulah yang membuatnya tetap kuat menghadapi hidup, dan terkadang membantunya melewatinya. Hei… ini kehidupan yang biasa, seringkali mudah dilewati, tak jarang sulit juga dijalani. Ada orang yang bisa melewati hidup dengan berinteraksi dengan benda-benda lain tetapi dia lebih bisa berinteraksi dengan album musik walau dia juga memiliki konten media yang lain, seperti film dan buku yang sebanyak album musiknya.
Ini kehidupan yang biasa di mana dia melewatkan sebagian waktu sehari bersama salah satu atau beberapa album musik untuk membuat kehidupan satu hari terasa bermakna, untuk membuatnya bertahan pada hidup yang biasa. Dia memutar album dari salah satu band kesukaannya pada masa awal dia menyukai musik, Duran Duran, “the Wedding Album”. Dia ingat apa yang dia lakukan dan mungkin yang dia pikirkan saat membeli album ini bersama teman akrabnya di masa SMA dulu. Dia bahkan ingat semua kejadian berkaitan dengan sekitar 1500 album musik, kaset dan CD, juga tempatnya membeli semua album tersebut. Koleksi ini tentu saja di luar koleksi digital yang dia miliki.
Dia tahu pilihan atas album ini memiliki motif. Pilihan pada Duran Duran adalah pilihan yang berkaitan dengan kebebasan. Jauh sebelum dia memahami musik, dia banyak mendengar musik lama tetapi itu bukan pilihan bebas. Musik dari penyanyi 1970-an ke bawah dia dengar karena ayahnya sering memutar musik tersebut. Ketika dia menyukai dan mulai memahami musik, dia memilih dengan bebas musik yang disukai. Salah satu yang dia pilih adalah Duran Duran.
Dia mendengarkan Duran Duran pada fase populernya yang pertama, ketika mereka pertama-kali muncul dan menjadi ikon dekade 1980-an awal. Siapa yang remaja di awal 1980-an yang tidak tahu “Planet Earth”, “Wild Boy”, “Rio”, “Is There Something I Should Know?”, dan “Union of the Snake”?
Popularitas Duran Duran di Indonesia juga memunculkan ikon 1980-an lain, yang lokal Indonesia, yaitu kisah Lupus. Lupus adalah potret langsung dari John Taylor, basis Duran Duran. Belum lagi banyak nama yang digunakan oleh Hilman Hariwijaya, penulisnya, yang menunjukkan kesukaannya pada band ini dan bagaimana Duran Duran memberinya inspirasi.
Pada suatu sore yang biasa di tahun 1986, dia mendengarkan lagu-lagu Duran Duran di rumah tetangga yang usianya sedikit di atas dirinya. Sore itu dia merasakan hal yang tidak biasa dan membuatnya menyukai musik untuk seterusnya. Menurutnya, musik Duran Duran mewakili gejolak 1980-an yang penuh keceriaan sekaligus kesuraman Perang Dingin, new wave dan new age, juga beberapa meta narasi yang mulai dipertanyakan; makna gender, dikotomi kehidupan, juga yang biasa dan tidak biasa.
Setelah itu Duran Duran sedikit menghilang di akhir 1980-an, tetapi di awal dekade 1990-an, tepatnya tahun 1993, mereka mendapatkan popularitasnya kembali dengan album “Wedding Album” yang menggunakan foto-foto pernikahan orang tua personelnya ini. Album ini mungkin salah satu album terbaik Duran Duran dan mereka mendapatkan popularitas sebesar sekitar sepuluh tahun sebelumnya.
Album ini segera mengingatkannya pada masa SMA. Masa-masa biasa, dengan suka duka, pahit dan manis kehidupan. Mengingatkannya pada keputusan-keputusan yang diambil dan mempengaruhinya sampai sekarang. Album ini adalah album yang personal bagi dirinya. Selain itu dia juga ingat dengan teman-temannya dan bagaimana pilihan-pilihan yang dibuat dulu memberikan hidup yang berbeda sekarang ini. Bagi teman-temannya, mungkin keputusan-keputusan itu adalah keputusan biasa namun bermakna besar bila dilihat dari kacamata sekarang.
Dia masih mendengarkan seluruh lagu di album ini. Dia mengulanginya tiga kali semua lagu dan terus menikmati suara Simon Le Bon, bas John Taylor, dan pilihan nada dari keyboard Nick Rhodes, tiga personel Duran Duran yang selalu bertahan, sementara Andy Taylor dan Roger Taylor selalu bertukar tempat dengan personel lain.
Ada alasan khusus dia memilih lagu “Ordinary World” sebagai pintu masuk pada kenangan yang dia miliki, bukannya tidak ada lagu bagus yang lain di album ini. “Come Undone”, “Femme Fatale”, dan “None of the Above” adalah lagu-lagu yang sama bagusnya, tetapi “Ordinary World” memberikan makna lain. Bagaimana kembali bersinar setelah cukup lama tidak “dilihat” oleh orang lain adalah pelajaran pertama. Bagaimana Duran Duran kembali ke puncak kreativitas setelah tiga tahun vakum, adalah inspirasi yang bisa dipelajari dari lagu ini. Juga bagaimana mereka tetap berkarya sementara band-band lain yang seusia bubar jalan.
Makna lain yang cukup terlihat dari lagu ini adalah bagaimana kita menjalani dan menyikapi hidup. Dia merasakan hal itu. Bagaimana pun juga ini kehidupan yang biasa, hidup di mana dia dan juga orang-orang lain mencoba bertahan hidup. Dia mencoba menutup matanya tetapi pikirannya terus bekerja memikirkan banyak hal. Di sebuah sore yang biasa aktivitas mendengarkan lagu bisa menjadi momen luar biasa.
Satu hari berlalu lagi dan lagu ini masih mengalun….
Ordinary World
by Duran Duran
Came in from a rainy Thursday on the avenue,
Thought I heard you talking softly.
I turned on the lights, the TV and the radio,
Still I can't escape the ghost of you.
What has happened to it all?
"Crazy," some would say.
Where is the life that I recognize?
Gone away...
But I won't cry for yesterday, there's an ordinary world,
Somehow I have to find.
And as I try to make my way to the ordinary world,
I will learn to survive.
Passion or coincidence once prompted you to say:
"Pride will tear us both apart."
Well now pride's gone out the window, cross the rooftops, run away,
Left me in the vacuum of my heart.
What is happening to me?
"Crazy," some would say.
Where is my friend when I need you most?
Gone away...
But I won't cry for yesterday, there's an ordinary world,
Somehow I have to find.
And as I try to make my way to the ordinary world,
I will learn to survive.
Papers in the roadside tell of suffering and greed.
Fear today, forgot tomorrow... ooh
Here beside the news of holy war and holy need,
Ours is just a little sorrowed talk, just blown away
And I won't cry for yesterday, there's an ordinary world,
Somehow I have to find.
And as I try to make my way to the ordinary world,
I will learn to survive.
Everyone,..
If My World...
Everyone...
Any world...
Is my world...
Every world..
Is our world...
Anyone
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar