Rabu, 19 Desember 2012

Secangkir Kopi untuk Murakami

Salah satu pengalaman membaca karya Murakami paling berkesan,
di kapal laut dalam perjalanan pulang sambil menyeruput kopi :)


Sudah lama dia tidak menulis apapun di blog ini, sekitar sebulan tulisan tidak muncul dan kegiatan tulis-menulis tidak menghasilkan output. Semua menghablur tak tentu. Entah mengapa siang ini tiba-tiba dia terbersit untuk menulis. Bukan tulisan yang panjang tentu saja, hanya tulisan yang membuatnya bisa "bersentuhan" lagi dengan blog ini.

Bila ada seorang penulis yang ingin diajaknya minum kopi dan mengobrol panjang tentang musik dan kepenulisan, tentu saja penulis itu adalah Haruki Murakami. Dia baru saja selesai membaca karya terakhir Murakami, 1Q84, dan dia merasa karya tersebut luar biasa, seperti karya-karya Murakami yang lain. Murakami selalu memberikan sesuatu yang baru sekaligus memiliki beberapa karaktertistik spesifik yang tidak sama dengan penulis lain.

Karakteristik tulisan Murakami selalu mengombinasikan narasi orang-orang "biasa" dengan alur tak linear, dan selalu ada musik dalam tiap karyanya. Di tiap tulisannya, secara eksplisit maupun implisit, juga selalu ada pembicaraan tentang kepenulisan. Dari situ kita memahami bahwa Murakami bukanlah penulis yang angkuh walaupun dia bisa dikatakan salah satu penulis besar terkini. Murakami selalu melihat bahwa kepenulisan merupakan suatu proses pencarian tanpa henti. Kepenulisan juga bukan sesuatu yang spesial, terutama kepenulisan yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Dia santai saja dengan seluruh pencapaiannya dan merasa tidak ada yang terlalu membanggakan dengan kepenulisannya.

Salah satu visinya tentang kepenulisan bisa diamati dari komentar Komatsu, salah satu karakter di 1Q84, ...writers have to keep on writing if they want to mature, like caterpillars endlessly chewing on leaves. Agar lebih berpengalaman mengolah kata, tentu saja seorang penulis harus selalu menulis tanpa henti. "Mature" di sini un memiliki arti yang lain, yaitu seorang penulis mesti rendah hati dan berusaha sebaik-baiknya, tidak berlebihan merasa bangga atas pencapaiannya, apalagi bila capaian itu masih sedikit.

Dia berjanji untuk lebih terlibat dengan menulis, bergulat dan bergelut dengan kata-kata. Dia ingin menyeduh dua cangkir kopi, satu untuk dirinya sendiri, satu untuk Murakami. Penulis yang memberinya banyak inspirasi. Ayo menenguk kopi, ayo menulis seasyik-asyiknya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...