Kamis, 05 Juni 2014

Maliq & D'Essentials - Musik Pop (2014)

Maliq & D'Essentials - Musik Pop (2014)
Mengetahui band ini merilis album baru dan dua media yang saya baca memuji habis album ini, saya langsung mencarinya. Sayangnya, mencari ke seantero toko CD tak jua menemukan album ini. Juga ketika ke Jakarta, walau ingin mencari namun karena padatnya acara, album ini juga belum tergapai. Namun, iTunes Store sangatlah membantu. Album ini tersedia di sana dan tanpa menunggu terlalu lama saya langsung mengakses album digitalnya.

Tadinya saya kira album ini tak akan melampaui album mereka sebelumnya, Sriwedari, yang baru saja dirilis tahun kemarin. Ternyata saya salah. Album ini memang album terbaik Maliq, sama halnya pendapat dua media yang mereview dan memberitakan rilis album ini. Rasanya materi album yang hanya sedikit justru memperkuat esensi album tidak "pop" ini. Delapan lagu dalam durasi sekitar dua puluh delapan menit awalnya terasa kurang, namun itulah keunikan teks. Kualitas suatu teks tak tergantung pada sedikit ataupun banyaknya kuantitas. Kedelapan lagu di album ini justru mengundang untuk didengarkan berkali-kali. Musik yang sangat bersahabat di telinga sekaligus lirik yang interpretatif adalah kekuatan utama album ini.

Ada dua pendapat yang bertentangan untuk memaknai istilah pop pada teks. Pertama, pop mengindikasikan hal yang banal, sepele, kurang bagus kualitasnya, dan mudah hilang. Biasanya pemaknaan ini dimiliki oleh orang kebanyakan. Makna pop yang kedua adalah suatu yang mudah "menusuk" hati karena akrab, hadir dalam keseharian, dan karenanya terasa baik dan berguna. Saya kira makna kedua yang banyak melekat pada album ini. Seperti juga pada istilah "pop" pada album U2 yang berjudul Pop (1997), album ini justru berlawanan dari anggapan awam tentang makna pop. Makna kedua juga dirasa secara internal oleh Maliq sendiri. Menurut mereka sendiri, kedekatan dan kesesuaian antar personel mencapai puncaknya setelah dua belas tahun bersama. Karena itulah, dengan yakin mereka menyebut album ini album masterpiece mereka. Sejalan dengan pandangan sebagian pendengar.

Album diawali oleh instrumental berjudul "Pintu" yang mengajak kita untuk memasuki semesta karya termuktakhir Maliq ini. Lagu kedua berjudul "Semesta" yang berkisah tentang siklus hidup manusia, lahir, hidup di dunia, dan pergi menuju arti yang surgawi...gugur satu tumbuhlah berjuta cinta. Hidup mesti dirayakan dan misteri hidup dijalani dengan suka ria. Inilah kira-kira substansi makna dari lagu ini. Lagu ketiga, "Ananda", menampilkan Indra Lesmana pada keyboard, juga pada lagu terakhir nanti, "Niwana". Lagu bagus tentang anak di mana si produsen teks mengijinkan anak untuk menjalani hidupnya sendiri, dalam hidup yang abadi hanya perubahan. Begitu kira-kira kita membedakan diri dengan kehidupan anak. Rasa bahagia dititipi anak oleh Sang Pencipta dibarengi janji untuk merawat dengan sebaik-baiknya.

Lagu berikutnya berjudul "Imajinasi". Lagu yang membuat saya bahagia karena ada petikan lirik tentang hidup yang fana dan indah... awan gemawan. "Imajinasi" secara kuat menunjukkan bahwa hidup itu indah. Bila Voltaire berpendapat bahwa aku berpikir, maka aku ada, lirik lagu ini melengkapi sisi yang lain: kita berimajinasi, maka kita hidup. Lagu kelima, "Ombak Utara", berkisah tentang kenangan. Kejadian masa lalu yang mungkin tak bisa dilupakan namun toh hidup terus berjalan seperti ombak yang terus bergulung. Mungkin kita bisa melupakan, mungkin juga tidak, kita akan hidup dengan kenangan-kenangan tersebut.

Lagu berikutnya, "Taman", adalah lagu satu dari dua lagu terfavorit saya di album ini. Metafor taman benar-benar pas digunakan untuk menggambarkan hidup di dunia. Kita bisa bermain di taman tetapi tak bisa selamanya, karena senja akan datang dan malam akan menjelang. Taman, surga, dunia, ketiga kata ini dimainkan berulang dan implementasinya pada makna sungguh mendalam. Lagu ketujuh berjudul "Himalaya". Mungkin inilah satu-satunya lagu tentang cinta yang lebih langsung dan eksplisit dibandingkan lagu-lagu yang lain. Himalaya bahkan akan kutaklukkan...bersama tujuh warna pelangi. Lirik yang sepintas puitis namun lagu ini yang liriknya paling berlebihan dan kurang pas. Lagu terakhir, "Nirwana", juga menampilkan Indra Lesmana seperti juga lagu "Ananda". Satu lagu terfavorit saya di album ini walau bukan berarti lagu-lagu yang lain tak bagus. Lagu ini jadi menarik karena Indra Lesmana seperti "menggila" memainkan keyboardnya. Progresif rock-kah? saya yang tak begitu mahfum dengan genre musik merasa seperti mendengarkan lagu-lagu Yes jaman dulu. Ciamik nian....Tak terasa dua puluh delapan menit delapan belas detik telah berlalu. Album ini telah berakhir, dan pastinya saya akan mengulang mendengarkan dan memaknai album ini berkali-kali lagi. 

Daftar lagu:
1. Pintu
2. Semesta
3. Ananda (feat. Indra Lesmana)
4. Imajinasi
5. Ombak Utara
6. Taman
7. Himalaya
8. Nirwana (feat. Indra Lesmana)

2 komentar:

  1. albumnya memang keren, jauh beda dari sriwedari.
    fyi, CD-nya cuma dijual di Blibli.com. Harganya 35ribu kalo pake telkomsel poin (*700*300#), harga normal 50ribu. Sisanya dijual digital sama streaming.

    BalasHapus
  2. dengerin Nirwana sambil merem, serasa terbang dijemput pesawat luar angkasa

    BalasHapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...