Rabu, 02 Januari 2013

Resolusi 2

Pagi begitu tenang di pagi pertama di tahun 2013. Perlahan dia membuka gorden dan melihat suasana di luar rumah. Sepi sekali, tak ada orang yang terlihat padahal sudah pukul 08.00. Ironis sebenarnya. Banyak orang menyatakan resolusi untuk memperbaiki hidupnya di tahun yang baru, antara lain menjadi lebih rajin, pada hari pertamanya justru kebanyakan orang tidak bangun pagi. Dia tersenyum sendiri. Dia pun termasuk orang semacam itu. Resolusi memperbaiki hidup biasanya hanya menggebu di akhir tahun sebelumnya, begitu masuk tahun yang baru, hasrat kuat itu seperti menghablur begitu saja, toh  di akhir tahun kita dapat membuat resolusi lagi. Keadaan ini adalah salah satu paradoks sederhana dari eksistensi manusia: suatu pernyataan atau resolusi sangat dipengaruhi oleh konteks.

Entah mengapa, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, dia mengingat suasana ketika gempa tahun 2006 dulu. Sepi yang sama dengan sepi ketika gempa melanda rumahnya, sepi yang seolah memendam daya demikian kuat. Terasa tubuhnya agak dingin, dingin yang tak nyaman. Perlahan dia mengatur napasnya. Tak apa, tak apa...pikirnya. Rupanya masih ada sedikit trauma pada dirinya. Setelah agak lama dia menyadari bahwa rasa khawatir itu hanya ada di dalam dirinya, bukan ada pada suasana. Mungkin hasrat untuk memasuki tahun yang baru yang kelewat besar, batinnya.

Entahlah, perlahan dirinya tenang lagi. Suasana di luar sudah mulai ramai. Orang-orang sudah mulai keluar rumah, anak-anak sudah mulai bermain di lapangan di depan rumahnya. Hari perlahan dimulai lagi. Kali ini di tahun yang baru. Keadaan yang sebenarnya sama persis dengan hari-hari kemarin. Kalender saja yang berjalan dengan linear. Dia mulai menyeruput kopi yang baru saja dibuatnya. Dunia tetap sama, yang tidak sama mestinya adalah cara dia memaknainya hidup. Hidup mungkin tetap sama, namun tak ada yang mengalahkan Sang Waktu. Dia sebenarnya tidak terlalu antusias melihat perayaan tahun baru, namun karena orang-orang yang dicintainya bergembira, dia pun bergembira. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat orang-orang yang kita cintai berbahagia. Orang-orang tercintanya belum bangun. Selamat tanggal satu di tahun yang baru, katanya dalam hati, mengucapkan doa untuk dirinya sendiri. Jangan pernah terlena lagi, tahun ini mesti hidup sebaik-baiknya, hidup sedalam-dalamnya.

Dia bahagia menjadi penyaksi, suatu akhir adalah awal yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...