Kamis, 17 April 2014

Kevin Carter


Manic Street Preachers - Everything Must Go (1996)



Seringkali sebuah lagu memberikan informasi lebih banyak dan mendalam dibandingkan informasi faktual yang kita akses, apalagi dengan pers yang hanya memberitakan selebritas, takhyul, dan konflik tak jelas seperti kebanyakan media Indonesia saat ini. Beberapa waktu yang lalu saya berdiskusi mengenai etika media dengan beberapa pembelajar. Kami berdiskusi mengenai tanggung jawab institusi media dan jurnalis dalam pemberitaan. Sebagai bagian dari suatu sistem masyarakat pasti seorang jurnalis menganut etika tertentu, dan sebagai bagian dari kelas menengah dan terdidik biasanya jurnalis menganut dan memahami humanisme.

Kemungkinan karena tekanan komodifikasi dari pasar media, jurnalis menyampaikan fakta yang tak sepenuhnya sesuai dengan norma sosial atau bahkan bertentangan dengan etika yang berlaku di masyarakat. Mungkin keadaan ini dianggap sebagai fenomena lumrah namun sebenarnya tidak. Jurnalis adalah juga manusia yang memiliki batasan ketika mereka terus menerus berhadapan dengan kondisi kemasyarakatan yang tak menyenangkan, seperti perang, bencana, dan konflik sosial. Jurnalis yang terus menerus bertemu dengan hal-hal tersebut akan merasa tertekan dan kemudian merasa bersalah.

Pada saat berdiskusi itulah saya teringat dengan Kevin Carter, seorang jurnalis foto yang dijadikan inspirasi lagu oleh Manic Street Preachers. Foto Carter yang terkenal dan memenangkan penghargaan Pulitzer pada bulan Maret 1993. Foto tersebut mengabadikan seorang anak perempuan yang sekarat karena kelaparan dan telah “ditunggu” oleh seekor burung bangkai. Tiga bulan setelah menerima penghargaan tersebut Carter bunuh diri. Ada yang mengatakan bahwa Carter bunuh diri karena tidak dapat menahan rasa bersalahnya karena tak menolong anak yang diabadikan di dalam foto tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa sang jurnalis tidak siap secara mental karena terus menerus meliput konflik. Bagaimanapun juga institusi media mesti menjaga jurnalisnya ketiga meliput konflik, termasuk menjaganya dengan perlindungan psikologis.

Foto Karya Kevin Carter yang memenangkan Pulitzer pada tahun 1993
 
  
Pada titik ini sebenarnya institusi media yang menugaskan jurnalisnya terus menerus tanpa memberikan perlindungan apalagi bila juga tidak memperhatikan pemberitaan secara etis, sebenarnya juga merugikan medianya sendiri tidak hanya jurnalisnya.

Di luar substansi isi lagu, lirik lagu ini ditulis oleh Richey Edwards, personel Manic Street Preachers yang dinyatakan hilang pada era yang sama dengan meninggalnya Kevin Carter. Selain lagu ini, Edwards juga menulis lagu lain yang bagus dan kelam berjudul Small Black Flowers that Grow in the Sky. Kedua lagu ini termaktub dalam album Manic Street Preachers yang dirilis tahun 1996, Everything Must Go.

Kevin Carter

Hi Time magazine hi Pulitzer Prize
Tribal scars in Technicolor
Bang bang club AK 47 hour

Kevin Carter

Hi Time magazine hi Pulitzer Prize
Vulture stalked white piped lie forever
Wasted your life in black and white

Kevin Carter
Kevin Carter
Kevin Carter

Kevin Carter
Kevin Carter
Kevin Carter
Kevin Carter

The elephant is so ugly he sleeps his head
Machetes his bed Kevin Carter kaffir lover forever
Click click click click click
Click himself under

Kevin Carter
Kevin Carter
Kevin Carter

2 komentar:

  1. Salam Mas Wisnu...

    wah, saya baru tahu kalau ada kisah dibalik lagunya MSP ini. Saya sepakat Mas, kalau lagu itu menyimpan cerita ketika ia dibuat, sama halnya bahwa lagu juga turut menandai zaman.

    Saya jadi teringat cerita Ayu Utami kalau lagu-lagunya Jim Reeves, terutama Danny Boy juga merupakan lagu penanda zaman beralihnya Orde Lama ke Orde Baru (yang erat dengan masanya The Beatles,dll) atau Candle In The Wind-nya Elton John yang dinyanyikan pas pemakamannya Lady Di, lagu yang dulunya diciptakan untuk Marlyn Monroe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagu memang salah satu konten yg paling baik untuk bercerita tentang sejarah dan kenangan :D

      Hapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...