Senin, 26 September 2011

1991

Tahun 1991 adalah tahun yang mengesankan bagi saya dalam mengakses media musik populer. Bagaimana tidak mengesankan, pada tahun 1991 itu dirilis lima album adikarya yang gaungnya masih terasa sampai kini dan pada tahun 2011 ini kelimanya telah berusia dua dekade. Usia yang terbilang lumayan panjang untuk sebuah album yang terus dibicarakan dan dirujuk. Bukannya meredup, kelima album tersebut menemukan relevansinya kembali bahwa untuk mengkreasi album, atau konten media pada umumnya, perlu membaca tanda-tanda jaman. Kita tahu secara global pada tahun 1991 itu, euforia kondisi dunia yang lebih baik merebak karena runtuhnya polarisasi politik internasional dan juga mulai didengarnya suara-suara kaum “pinggiran”. Kualitas kelima album tersebut akan lebih terasa apabila kelimanya dibandingkan dengan album-album yang dirilis beberapa tahun belakangan. Saya rindu dengan satu tahun dengan banyak album bagus seperti tahun 1991. Saya juga baru menyadari kelima album ini sudah "dewasa", berusia dua puluh tahun, ketika beberapa rekan memasang status atau menulis di situs jejaring sosial tentang usia dua album adikarya tersebut, double album “Use Your Illusion” dari Gun N Roses dan “Nevermind” dari Nirvana. Tiga album adikarya lain yang dirilis pada tahun 1991 tersebut adalah “Ten” oleh Pearl Jam, “Achtung Baby” dari U2, dan “Out of Time” dari REM.

Selain memang sangat bagus, bukan kebetulan juga bila kelima album tersebut mempengaruhi aktivitas saya dalam mengakses media musik populer setelahnya, dan pesan media pada umumnya, bahwa untuk mengakses pesan media kita mesti memilih dan memilah terlebih dahulu, terutama mendahulukan para adikarya. Tulisan ini tidak berusaha mereview kembali lima album tersebut melainkan hanya sekadar refleksi sederhana saya dalam memenyenangi musik populer sebagai teks media. Kelima album ini sangat bagus dan memberikan pengaruh kepada saya dengan caranya masing-masing. "Use Your Illusion" sudah saya dengarkan sama dengan ketika album ini dirilis ketika saya kelas dua di sekolah menengah atas. Saya menyukai album walau tidak pernah menjadikannya sebagai album favorit, juga band favorit untuk penyanyinya. Hal yang saya tahu album ini bagus dan banyak rekan di sekolah menyukainya. Pada tahun itu dan beberapa tahun sesudahnya, lagu "Don't Cry", "November Rain", dan "So Fine" tak henti memenuhi udara siaran radio, apalagi pada masa itu media radio siaran memang masih sangat populer bila dibandingkan dengan media lain, termasuk televisi pada saat itu yang membosankan acaranya. Bila diibaratkan manusia lain, album ini bukanlah teman baik tetapi kita bisa tetap menghormati kualitas karakter manusia itu tanpa harus menjadikannya teman baik.




Album "Nevermind" dari Nirvana sedikit berbeda kisahnya. Album ini juga saya dengarkan pada tahun yang sama dengan tahun dirilisnya, namun awalnya saya tidak begitu menyadari kehadirannya walau lagu "Smell like Teen's Spirit" memukau saya karena musik dan video klipnya. Saya baru mengakses penuh album ini ketika mendengar album Nirvana setelahnya, "In Utero" (1993), setelah Kurt Cobain bunuh diri dan Duran Duran mengkover lagu Lithium dengan sangat bagus untuk mengenang Cobain. Setelah itu, album Nevermind ini selalu relavan bagi saya. Album ini tidak pernah usang dengan semangat perlawanan dan musiknya yang merata bagus pada tiap lagu, selalu membuat hidup layak diperjuangkan. Bila diibaratkan teman, album ini adalah teman yang menggugah dan mengubah hidup saya menjadi lebih mengasyikkan.




Album "Ten" dari Pearl Jam seringkali dibandingkan dengan album "Nevermind" dari Nirvana. Untungnya "Ten" tidak saya dengarkan dengan intens pada saat yang bersamaan dengan mendengarkan "Nevermind" jadi saya tidak terjebak dalam hiruk-pikuk membanding-bandingkan. Lagipula, mengapa dibandingkan, keduanya berbeda dan bagus dengan caranya masing-masing. Saya mendengarkan album ini dengan intens lima tahun kemudian, pada tahun 1996, walau "Jeremy" sudah sejak awal rilis saya dengarkan. Saya terkesima dengan semua lagu di album ini, terutama lagu "Black". Pada saat itu kemungkinan besar saya mulai menyadari ada sesuatu yang indah bisa kita rasakan dari sebuah album utuh bila kita mendengarkannya dengan intens. Selalu ada yang baru ketika saya mendengarkan album ini. Bila diibaratkan manusia lain, album ini seperti teman yang perlahan kita kenali dengan baik dan pada akhirnya menjadi sohib kental.




Album keempat yang merupakan adikarya yang dirilis pada tahun 1991, yang juga mempengaruhi aktivitas saya dalam mengakses musik rekaman adalah "Achtung Baby" dari U2. Inilah album U2 pertama, bersama "Zooropa" (1993), yang saya dengarkan, barulah "Rattle and Hum" (1988) ke belakang. Bisa dikatakan di antara kelimanya, album inilah yang berpengaruh besar bagi saya dalam mendengarkan musik rekaman juga panduan saya mengakses album-album setelahnya. U2 pun menjadi band terfavorit saya sampai sekarang bersama Sonic Youth, REM, dan Radiohead, walau belakangan ini agak menurun mengingat U2 sibuk dengan liputan media tanpa karya yang benar-benar bagus seperti dulu. Album ini menunjukkan pada saya bahwa aktivitas mengakses musik rekaman bukan hanya mendengar, melainkan juga aktivitas berpikir. Saya merasa lebih memahami postmodernisme setelah mendengarkan album ini dengan intens, terutama dari lagu “The Fly”, "Even Better Than Real Thing" dan " Tryin' To Throw Your Arms Around The World".
Di dalam klip lagu “The Fly” misalnya, sang vokalis, Bono, berperan menjadi lalat yang “menempel” ke sana ke mari. Postmodernisme bisa diibaratkan demikian karena dia bisa menempel dan coba menjelaskan banyak hal pada banyak bidang ilmu. Tetapi apa yang terjadi pada posmo bila pada akhirnya dia sendiri telah menjadi metanarasi? Namun lagu ini menjadi agak menurun kadar bagusnya ketika ada band Indonesia yang menjadi epigon U2 yang jauh lebih banal memilih nama “The Fly” sebagai nama bandnya. Kalimat …“and a woman needs a man like a fish needs a bicycle” dalam lagu “Tryin' To Throw Your Arms Around The World” sejak awal sudah membuat saya tersenyum dan menyadari sulitnya berelasi dalam artian positif, terutama relasi antar gender. Bila diibaratkan manusia lain, album ini bagi saya adalah teman akrab yang bisa menjadi mitra untuk pikiran dan hati. Sahabat yang berdualitas dengan kita tanpa berhenti.




Terakhir, album adikarya yang dirilis pada tahun 1991, yang berperan dalam aktivitas mengakses pesan media musik rekaman bagi saya adalah “Out of Time” dari REM. Awalnya, album ini terlewati oleh saya karena rekan-rekan tidak membicarakan sebelumnya. Namun ketika beberapa hari yang lalu REM mengumumkan pembubaran dirinya, album ini langsung teringat. Apalagi, beberapa teman penggemar REM berduka karena pembubaran band legendaris ini. Saya pun bersedih, namun apa yang abadi di dunia ini? Yang fana selalu tak kekal. Kita hanya bersyukur karena pernah mendapat lagu-lagu dan banyak album yang bagus dari REM. Secara tak langsung album “Nevermind” berperan pada teraksesnya album ini karena saya mendapatkan album ini dari barter dengan album “Nevermind”. Saya memiliki dua album “Nevermind” karena secara tak sengaja membelinya kembali ketika tak ada pilihan kaset untuk dibeli. Walau kaset populasinya lebih banyak dibandingkan sekarang di toko-toko, tetap saja kita mesti menunggu lama bila satu rilisan telah habis. Karena itulah, tawaran rekan saya untuk bertukar dengan kaset “Out of Time” langsung saya terima. Siapa yang bisa melupakan lagu “Losing My Religion”, “Near Wild Heaven”, dan “Shiny Happy People”? bukan hanya ketiga lagu ini saja sebenarnya yang bagus, secara keseluruhan album ini berisi lagu-lagu yang solid. Album ini membicarakan banyak hal, namun tafsir atas religiusitas adalah salah satu hal utama. Bila diibaratkan teman, album ini mirip dengan album “Achtung Baby” bagi saya: Sahabat yang berdualitas dengan kita tak henti.




Begitulah, untuk merayakan dua dekade kelima album ini saya memutar lagi kelimanya seharian penuh. Ajaibnya, waktu seperti berputar dan membuat saya merasakan keindahan kenangan dua puluh tahun terakhir. Masa yang lumayan panjang, dan saya masih ingin yang Maha Ada mengijinkan saya terpukau lagi dengan album-album bagus yang bertahan dalam waktu yang lama, terpukau lagi dengan seluruh kehidupan dan karya-karya luar biasa yang ada di dalamnya. Bukan hanya musik populer tetapi semua jenis pesan media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...