Selasa, 08 November 2011

Foster the People – Torches



Pada suatu sore di akhir September di sebuah toko CD di Jakarta, saya mendengarkan sebuah lagu yang langsung membetot indera pendengaran. Ketika lagu itu diputar dan membahana di pengeras suara, langsung saja saya suka dengan lagu itu sejak pertama-kali mendengarnya. Bila ada cinta pada pandangan pertama pada seseorang atau sesuatu, saya meyakini ada juga cinta pada “pendengaran” pertama.

Kejadian seperti ini sudah beberapa kali saya alami, namun kejadian terakhir sudah sangat lama: jatuh hati pada pendengaran pertama untuk sebuah lagu yang dinyanyikan band baru. Terakhir kali saya mendengar sebuah lagu dan langsung menyukainya adalah lagu “Closing Time” oleh Semisonic pada tahun 1998. Nama bandnya baru saya dengar pada waktu itu namun lagunya langsung “nampol” dan menempel terus di indera pendengaran. Lagu itu kemudian menjadi semacam lagu favorit kolektif bagi saya dan rekan-rekan menjelang masa akhir kuliah apalagi kemudian lagu ini seringkali muncul di program acara MTV yang pasti disukai kaum muda penikmat musik, “Alternative Nation”.

Sebelumnya lagi, lagu yang langsung menempel dan saya ingat adalah lagu “Unbelieveable” yang dinyanyikan oleh EMF pada tahun 1991. Waktu itu saya mendengar dan melihatnya pertama-kali di sebuah acara TVRI bernama “Music Trax” ketika saya masih duduk di SMA. Dulu itu musik yang disukai pemuda dan pemudi adalah sebangsa slow rock dan lagu “Unbelieveable” terdengar sangat unik di tengah samudera lagu slow rock yang sangat banyak.

Lagu yang saya dengarkan dan langsung membuat saya tertarik tersebut adalah “Pumped Up Kicks” dari band baru bernama “Foster the People”. Tidak perlu telinga terlatih untuk menyukai lagu ini. Telinga pendengar musik biasa seperti saya saja bisa langsung menyukainya. Lagu “Pumped Up Kicks” memang enak didengar dan beat-nya bisa digunakan untuk teman menari pelan. Lagu ini kemudian menjadi semakin akrab ketika tiap setengah jam saya tonton klipnya di kamar hotel tempat saya menginap di Jakarta.

Formula satu lagu bagus dan langsung menarik perhatian memang sudah sering digunakan secara sengaja atau tak sengaja oleh band. Namun, tentu saja, diperlukan konsistensi dalam waktu cukup lama untuk menjadi besar. Dua band yang telah saya sebut sebelumnya adalah contoh yang baik. Kemana EMF dan Semisonic setelah hit pertama mereka itu? EMF masih menghasilkan album-album yang bagus, terutama “Cha Cha Cha” (1995), selain Schubert Dip (1991) yang ada “Unbelieveable”. Semisonic juga masih punya album bagus selain album “Feeling Strangely Fine” (1998) yang memuat “Closing Time”, yaitu “All About Chemistry” (2001), namun keduanya lebih dikenal karena hit pertama mereka.

Semoga hal tersebut tidak terjadi pada “Foster for People”, terkenal sekali setelah itu “mati”. Hal yang menyenangkan adalah indikasi tersebut tidak terpantau di album debut mereka ini. Album “Torches” (2011) ini bagus. Walau tidak sangat bagus, album ini merupakan modal dasar yang bagus sebagai album pertama. Selain “Pumped Up Kicks” yang memang sangat disukai penikmat musik, lagu-lagu lain di album ini enak didengar dan menarik dimaknai teksnya. Semua lagu berkisah tentang kehidupan anak muda usia 20-an dan bukan saja kisah spesial para personelnya, Mark Foster, Cubbie Fink, dan Mark Pontius, narasi yang tertera pada lagu-lagu di album ini adalah pengalaman yang umum bagi kaum muda. Bisa dikatakan topik utama dari album ini adalah menyikapi hidup dengan lebih baik. Pesan itu mudah terlihat di lagu “Helena Beat” dan “Waste”. Bukan pesan motivasi yang eksplisit memang, tetapi tetap memberikan semangat untuk mengarungi hidup yang berat. Tentu saja, seperti halnya konten media untuk anak muda yang lain, ada juga lagu yang berkisah tentang relasi cinta dan kerinduan seperti termaktub di lagu “Miss You”.

Teks media dari album ini memang tidak liat dan relatif mudah ditaklukkan. Inilah lapis aktivitas memaknai yang secara sengaja dibawa oleh produsen kontennya dan sungguh bukan sebuah masalah. Tidak ada pretensi untuk bersulit-sulit dengan musik dan lirik yang ditampilkan di album ini. “Penaklukan” teks yang mudah oleh pendengar mungkin memang merupakan suatu kelebihan, namun di sisi lain merupakan kelemahan jua. Kecuali ada momen berkesan yang diikat oleh album ini, lagu-lagu atau teksnya tidak akan melekat lama di hati dan di pikiran karena tidak ada isu dan “konsep” kuat yang diangkat. Album ini tetap bagus sebagai sebuah kesatuan walau misalnya kita melepaskan single atau hit pertamanya. Nikmati dan dengarkan saja “Torches” dengan utuh penuh untuk menemani hari yang kita jalani.

Daftar lagu:
1. Helena Beat
2. Pumped Up Kicks
3. Call It What You Want
4. Don’t Stop (Color on the Walls)
5. Waste
6. I Would Do Anything for You
7. Houdini
8. Life on the Nickel
9. Miss You
10.Warrant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...