Jumat, 04 November 2011

Tribute to KLa Project

Interpetasi dan Pengemasan Pesan

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita di situs berita musik bila the Upstairs mengintepretasi ulang lagu “Lantai Dansa” milik Kla Project. Selanjutnya, berita itu memberikan informasi akan dirilis album “Tribute to Kla”. Lagu yang dinyanyikan ulang oleh the Upstairs itu adalah salah satu yang akan dikompilasi dalam album tersebut. Namun beberapa hari setelahnya saya lupa dengan informasi tersebut, walau hampir bisa dipastikan saya akan mengakses album tersebut bila dirilis.

Hal yang agak mengejutkan saya adalah saya mendapatkan album “Tribute to Kla” ini di sebuah jaringan minimarket ketika secara tak sengaja mengakses beberapa produk di sana. Distribusi dengan menggunakan jalur di luar jalur konvensional adalah pilihan yang jamak bagi pelaku musik populer Indonesia belakangan ini. Contoh terbaik adalah Agnes Monica yang merilis album the best-nya, “Agnes is My Name” (2011) melalui jaringan makanan cepat saji, juga album Umay, “Pesta Sekolah” (2011), sebuah album untuk anak-anak yang bagus. Album musikal Laskar Pelangi yang didistribusikan melalui jaringan toko buku terbesar di Indonesia adalah contoh lainnya. Jaringan toko buku tersebut juga pernah membuat blunder dengan menyebarkan secara ekslusif album OST “Badai Pasti Berlalu” yang ternyata bermasalah dalam hak cipta. Album OST "Badai Pasti Berlalu" yang sudah terpajang kemudian ditarik kembali. Album "Badai Pasti Berlalu" tersebut memang kurang maksimal kualitasnya. Saya tahu karena saya sempat membelinya.

Semestinya kenyataan bahwa album "Tribute to KLa Project" dijual di jaringan mini market tidak mengejutkan karena saya sudah mengetahui fenomena distribusi album melalui jalur non konvensional. Hal yang mengejutkan saya adalah band legendaris sekaliber KLa Project memilih distribusi “tertutup” semacam ini. Kalau band-band bernama "aneh" semacam "Pemuda Idola", "Kuning Telur", atau "Galau Band", bisa dibilang sah melakukannya, masalahnya ini KLa Project. Mungkin ada pertimbangan lain yang belum diketahui publik pendengar. Hal yang kita tahu, walau kepastian penghasilan didapat melalui distribusi semacam ini, kemungkinan akses untuk pendengar yang lebih luas menjadi terbatas. Saya yakin album ini pasti menarik minat banyak orang bila didistribusikan terbuka.

Seperti saya duga, lagu “Lantai Dansa” oleh the Upstairs adalah lagu paling mengasyikkan di album ini. Interpretasi mereka atas lagu “Lantai Dansa” membuat lagu ini tidak terlalu mirip dengan lagu aslinya namun tetap bagus dan menjadi khas the Upstairs. Lagu-lagu lain yang menarik untuk dicermati adalah “Semoga”, yang dinyanyikan ulang oleh Vidi Aldiano, “Terpurukku Disini” oleh Ahmad Dhani, dan “Meski T’lah Jauh” oleh Pongki Barata. Ahmad Dhani seharusnya me-remake lagu-lagunya sendiri seperti me-remake lagu “Terpurukku Disini”. Ketujuh lagu lain "bermain aman" dengan interpretasi yang biasa. Untungnya ketujuh lagu itu adalah memang lagu-lagu yang bagus sehingga hasil daur-ulangnya pun tetap bagus.

Dalam melihat album “tribute to”, saya akan selalu membandingkan dengan album “If I were A Carpenter” (1994) yang menurut saya jenis album “tribute to” yang paling oke dari banyak sisi, pengemasan, interpretasi lagu, dan komposisi pesan. Bila mengkomparasi kualitas sebaiknya kita bandingkan dengan kualitas kelas satu. Sayangnya, album “Tribute to Kla Project” ini belum memenuhi ketiga kriteria tersebut dengan ciamik. Pengemasan pesan misalnya, judul album tidak ada, hanya ada istilah “tribute to” yang normal sekali.

Mestinya manajemen Kla, yang berinisiatif merilis album ini, bisa menyarankan judul utama, baru kemudian diembel-embeli dengan “tribute to”. Interpretasi lagu juga belum maksimal. Toh banyak judul lagu atau petikan lirik yang puitis dan keren dari KLa Project. Idealnya, para penginterperasi tidak “lebur” oleh teks awal (lagu dan penyanyi awalnya). Bila di album “If I were A Carpenter” para penafsir semuanya menyanyikan lagu-lagu lama Carpenter dengan sangat bagus, terutama Sonic Youth, pada album ini, tidak semua berdualitas dengan lagu dan penyanyi aslinya.

Terakhir, aspek komposisi pesan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Kla dan manajemennya dengan merilis album ini? Apakah ingin menunjukkan pada masyarakat pecinta musik bahwa mereka adalah band legendaris, yang memberi kontribusi lumayan besar pada musik populer Indonesia kontemporer? Atau agar masyarakat pecinta musik ingat dengan eksistensi mereka? Entahlah, tidak ada catatan yang memadai di album ini.

Mestinya memang ada catatan yang bisa disampaikan dari pihak Kla sendiri atau pun dari pakar musik Indonesia agar akses pesan yang didapat audiens bisa maksimal. Tradisi hadirnya catatan bersama album yang dirilis memang belum mentradisi di sini walau sudah seringkali digunakan oleh para penyanyi independen. Walau begitu, secara umum album tribute yang “hanya” berisi sepuluh lagu ini adalah album yang bagus. Mestinya, dengan menghitung banyaknya hits yang ditelurkan oleh Kla, jumlah lagu bisa lebih banyak. Di luar itu semua, tanpa harus menyampaikan pesannya dengan eksplisit, Kla sudah menunjukkan lewat karya bahwa mereka telah menjadi band legendaris dan berkontribusi untuk musik Indonesia.




Daftar Lagu:
1. RAN – Tentang Kita
2. The Upstairs – Lantai Dansa
3. Ungu – Yogyakarta
4. Vidi Aldiano – Semoga
5. Ahmad Dhani – Terpurukku Disini
6. Violet – Bahagia Tanpamu
7. Pongki Barata – Meski T’lah Jauh
8. Babas – Sudi Turun ke Bumi
9. Maliq & D'Essentials – Prasangka
10.Kerispatih – Menjemput Impian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...