Kamis, 02 Mei 2013

VA - Frekuensi Perangkap Tikus, Kompilasi Musik Anti Korupsi (2013)

Various Artist - Frekuensi Perangkap Tikus, Kompilasi Musik Anti Korupsi (2013)



Korupsi adalah problem yang sangat akut di Indonesia. Korupsi sudah menggerogoti seluruh kehidupan berbangsa, mulai dari sogokan pengurusan surat-surat keterangan personal sampai masalah lingkungan hidup, bahkan bidang yang mestinya “steril” dari korupsi tak luput dicemari juga, bagian pemerintah yang mengurusi agama. Kita pasti ingat kasus korupsi Al Quran yang kini sedang ditelisik itu.

Bidang lain yang juga mestinya jauh dari korupsi juga mengalami hal yang sama, bidang pendidikan. Menjadi ironis ketika kita memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei ini, kita dikagetkan dengan maraknya korupsi di kampus-kampus, baik yang sudah berdiri maupun akan didirikan.

Dalam situasi yang sulit semacam ini ragam perlawanan terhadap korupsi memang mesti dilakukan. Selain tindakan-tindakan riil dalam mencegah dan mengadili korupsi, diperlukan pula distribusi pesan ke masyarakat agar mereka mengenal korupsi dan menyadari konsekuensi hukum dari tindakan tersebut.

Tahun lalu Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia telah merilis film anti korupsi berjudul “Kita Vs Korupsi” yang menyasar generasi muda agar memahami tindakan korupsi. Rupanya film saja belum cukup, KPK bekerja sama dengan penyanyi dari beragam genre merilis album kompilasi “Frekuensi Perangkap Tikus”. Media musik populer juga berpotensi memberikan penyadaran betapa membahayakannya korupsi.

Kelebihan dari album ini adalah ragam musik dan tema yang diusung. Musiknya mulai dari alternatif sampai techno, temanya pun begitu, walau ada dalam koridor besar korupsi namun korupsi tersebut ada dalam berbagai bidang, lingkungan hidup, pendidikan, dan politik riil.
Kekurangannya, album ini tidak bisa menjangkau audiens yang luas karena penyanyi dan musik yang diusung bukan dari kalangan arus utama. Target audiens dari album ini betul-betul spesifik, padahal sebenarnya korupsi sudah begitu masif. Atau paling tidak bisa dirilis kompilasi serupa yang diisi para penyanyi arus utama, daripada mereka hanya tampil lipsinc dan joget-joget tak jelas di televisi.

Semua lagu di album ini bagus, namun saya sangat menikmati lagu dari Morfem, Kami Bosan Jadi Negara Dunia Ketiga, yang iramanya enak dan liriknya menohok sekali. Lagu Suap Suap  dari Harlan juga menarik karena memplesetkan kata suap dengan lirik lumrah backing vocal…suap suap. Saya tak bisa berhenti tertawa mendengarkan lagu ini dan lagu dari Iksan Skuter. Tawa lepas untuk lagu pertama dan tawa miris untuk lagu yang kedua. Jangan lupakan pula lagu Partai Anjing dari Iksan Skuter, yang penuh metafor sekaligus jenaka. Lagu kritik terpedas yang saya dengarkan belakangan ini dan setidaknya menunjukkan bahwa lagu kritik belum mati di Indonesia.

Daftar lagu:
1. Adrian - Di Sekolah-Sekolah
2. Morfem - Kami Bosan Jadi Negara Dunia Ketiga
3. Harlan - Suap Suap
4. Iksan Skuter - Partai Anjing
5. Risky Summerbee and the Honey Thief – Subterfuge
6. Eyefeelsix feat. Orgue Vanguard - Mimpi Basah Pembangkang Sipil
7. Navicula - Mafia Hukum
8. Simponi – Vonis
9. Zeke Khaseli - Julius Alpha
10. Sajama Cut - Kings & Barbarians


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...