Rabu, 15 Mei 2013

Memaknai Hari Bersamanya

Sheila on 7 - Berlayar (2011)



Sekitar tiga hari yang lalu seorang pecinta Sheila on 7 meminta saya menulis tentang lagu So7 yang paling berkesan bagi saya. Agar tidak dianggap “pejantan tanggung” saya menerima tantangan tersebut :)

Sebelum memaknai sebuah lagu So7 saya mesti berkisah dulu tentang interaksi saya sebagai pemakna dan lagu-lagu So7 sebagai teks. Ketika awal kemunculan mereka sebenarnya saya tidak memperhatikan sama halnya dengan musik Indonesia sebelum tahun 2007. Saya baru memperhatikan musik Indonesia dengan lumayan mendalam dan menyintainya dengan tulus pada tahun 2007.

Walau tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, siapa yang tidak mengenal So7? Pada tahun 2000 mereka sangat populer. Saya punya pengalaman menarik yang menunjukkan So7 sangat populer. Ketika saya dan dua orang rekan sedang riset di Pontianak pada tahun 2000, anak pemilik rumah di mana kami tinggal yang waktu itu masih duduk di SMP meminta kami menyampaikan salam pada personel So7 karena tahu kami juga berasal dari Yogyakarta. “Kalau sudah pulang ke Yogya, salam sama So7 ya Bang...” kami hanya mengiyakan demi melihat wajahnya yang polos dan begitu antusias.

Begitu saya menyukai musik Indonesia pada tahun 2007, salah satu band yang langsung saya akses seluruh albumnya adalah So7. Namun berbeda dengan album yang kita akses pada konteks waktu yang sama ketika populer, album yang kita akses di luar waktu rilisnya akan memberikan pengalaman memaknai yang berbeda. Saya tahu lagu Sephia begitu populer di tahun 2000 bersama dengan albumnya “Kisah Klasik untuk Masa Depan”, sampai-sampai secara generik Sephia menggantikan istilah gadis gebetan selain pacar pada jaman itu. Saya juga tahu bahwa lagu-lagu dari album tahun 2004 “Pejantan Tangguh”, terutama Itu Aku, seringkali saya dengar pada tiap pentas musik di kampung pada jaman itu. Namun untuk mendalami lagu-lagu sebelum tahun 2007 saya sepertinya kehilangan “moment”.

Barulah pada dua album So7 terakhir saya lumayan mendalami dan mengakses lagu-lagu mereka. Memaknai lagu-lagu mereka secara otentik, langsung berelasi dengan kehidupan yang saya jalani. Dari dua album terakhir mereka awalnya saya bingung memilih lagu “ter-muaach” atau berkesan bagi saya. Ada tiga lagu yang mengena di hati, yaitu Betapa  dan Mudah Saja dari album “Menentukan Arah” tahun 2008. Album yang menjadi semacam manifesto personal mereka untuk terus berada pada jalur yang mereka pilih. Satu lagu lagi adalah Hari Bersamanya dari album terakhir tahun 2011, “Berlayar”. Lagu ini yang kemudian saya pilih karena memang berkesan sekali bagi saya.

Ada sebuah untai kata anonim yang menarik, “jangan pernah menyalahkan hari dalam hidupmu! Hari baik memberikan kebahagiaan. Hari buruk memberikan pengalaman. Hari terburuk memberikan pelajaran. Dan, hari terbaik memberikan kenangan”. Hari-hari terbaik antara lain adalah hari di mana kita bersama dengan orang yang kita cintai dengan mendalam. Hari di mana kita bisa antusias atau gugup ketika bertemu dengan pujaan hati, namun hari-hari itu semestinya ada pada tiap orang yang saling mengiyakan untuk bersama.

Syair lagu ini memang tidak menunjukkan diri yang optimis ketika mencintai orang lain seperti pada lagu Itu Aku atau diri yang sedikit ragu-ragu namun tetap bernuansa yakin dengan diri seperti pada lagu Seberapa Pantas. Atau bahkan sangat meyakinkan namun tetap “gagap” seperti dalam salah satu lagu kesukaan saya sepanjang masa, Romeo and Juliet dari Dire Straits. Petikan liriknya begini: you and me babe, how about it?  Jaman memang berubah, kita bisa berharap pada relasi cinta namun mari kita serahkan pada hari atau konteks waktu di mana relasi itu berada. Lirik lagu Hari Bersamanya terasa pas ketika saya mendengarkannya. Bagi saya ketika mendengarkan lagu Hari Bersamanya adalah pengalaman tekstual dan kontekstual yang bertemu.
  
Hal lain yang menarik di dalam lagu Hari Bersamanya ini adalah bahwa dalam relasi dengan orang yang kita cinta dalam wahana bernama hari. Simak petikan berikut ini: Mohon Tuhan untuk kali ini saja, beri aku kekuatan, tuk menatap matanya. Mohon Tuhan untuk kali ini saja, lancarkan hariku, hari bersamanya. Jarang sekali, atau mungkin tak ada, lagu cinta ciamik yang membawa-bawa Sang Pencipta. Biasanya orang-orang yang berelasi dalam konteks cinta cenderung melupakan Tuhan. Religiusitas yang mendalam memang asyiknya dibawa ke dalam relasi, bukan pada konflik.

Ketika menulis ini saya mendengarkan lagu-lagu So7 dan berharap dapat memaknai ragam teks dengan makna lain. Seperti kita ketahui, dalam kajian teks media harapannya kita memiliki polysemia pada akhirnya, yaitu kualitas keberagaman pemaknaan yang membantu kita dalam hidup. Memahami banyak teks musik populer membantu saya mendalami profesi saya. Untuk itu saya berterima kasih pada So7 sebagai salah satu produsen teks. Terima kasih dan selamat ulang tahun ke-17. Masa sedang mekar-mekarnya untuk berkarya. Teruslah berkarya dan memperkaya khazanah musik Indonesia..
Salam hangat dan sukses selalu untuk S07!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...