Sheila on 7 - Berlayar (2011) |
Sekitar
tiga hari yang lalu seorang pecinta Sheila on 7 meminta saya menulis tentang
lagu So7 yang paling berkesan bagi saya. Agar tidak dianggap “pejantan
tanggung” saya menerima tantangan tersebut :)
Sebelum
memaknai sebuah lagu So7 saya mesti berkisah dulu tentang interaksi saya
sebagai pemakna dan lagu-lagu So7 sebagai teks. Ketika awal kemunculan mereka
sebenarnya saya tidak memperhatikan sama halnya dengan musik Indonesia sebelum
tahun 2007. Saya baru memperhatikan musik Indonesia dengan lumayan mendalam dan
menyintainya dengan tulus pada tahun 2007.
Walau
tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, siapa yang tidak mengenal So7?
Pada tahun 2000 mereka sangat populer. Saya punya pengalaman menarik yang
menunjukkan So7 sangat populer. Ketika saya dan dua orang rekan sedang riset di
Pontianak pada tahun 2000, anak pemilik rumah di mana kami tinggal yang waktu
itu masih duduk di SMP meminta kami menyampaikan salam pada personel So7 karena
tahu kami juga berasal dari Yogyakarta. “Kalau
sudah pulang ke Yogya, salam sama So7 ya Bang...” kami hanya mengiyakan
demi melihat wajahnya yang polos dan begitu antusias.
Begitu
saya menyukai musik Indonesia pada tahun 2007, salah satu band yang langsung
saya akses seluruh albumnya adalah So7. Namun berbeda dengan album yang kita
akses pada konteks waktu yang sama ketika populer, album yang kita akses di
luar waktu rilisnya akan memberikan pengalaman memaknai yang berbeda. Saya tahu
lagu Sephia begitu populer di tahun
2000 bersama dengan albumnya “Kisah Klasik untuk Masa Depan”, sampai-sampai
secara generik Sephia menggantikan istilah gadis gebetan selain pacar pada
jaman itu. Saya juga tahu bahwa lagu-lagu dari album tahun 2004 “Pejantan
Tangguh”, terutama Itu Aku,
seringkali saya dengar pada tiap pentas musik di kampung pada jaman itu. Namun
untuk mendalami lagu-lagu sebelum tahun 2007 saya sepertinya kehilangan
“moment”.
Barulah
pada dua album So7 terakhir saya lumayan mendalami dan mengakses lagu-lagu
mereka. Memaknai lagu-lagu mereka secara otentik, langsung berelasi dengan
kehidupan yang saya jalani. Dari dua album terakhir mereka awalnya saya bingung
memilih lagu “ter-muaach” atau berkesan bagi saya. Ada tiga lagu yang mengena
di hati, yaitu Betapa dan Mudah
Saja dari album “Menentukan Arah” tahun 2008. Album yang menjadi semacam
manifesto personal mereka untuk terus berada pada jalur yang mereka pilih. Satu
lagu lagi adalah Hari Bersamanya dari
album terakhir tahun 2011, “Berlayar”. Lagu ini yang kemudian saya pilih karena
memang berkesan sekali bagi saya.
Ada
sebuah untai kata anonim yang menarik, “jangan pernah menyalahkan hari dalam
hidupmu! Hari baik memberikan kebahagiaan. Hari buruk memberikan pengalaman.
Hari terburuk memberikan pelajaran. Dan, hari terbaik memberikan kenangan”.
Hari-hari terbaik antara lain adalah hari di mana kita bersama dengan orang
yang kita cintai dengan mendalam. Hari di mana kita bisa antusias atau gugup
ketika bertemu dengan pujaan hati, namun hari-hari itu semestinya ada pada tiap
orang yang saling mengiyakan untuk bersama.
Syair
lagu ini memang tidak menunjukkan diri yang optimis ketika mencintai orang lain
seperti pada lagu Itu Aku atau diri
yang sedikit ragu-ragu namun tetap bernuansa yakin dengan diri seperti pada
lagu Seberapa Pantas. Atau bahkan
sangat meyakinkan namun tetap “gagap” seperti dalam salah satu lagu kesukaan
saya sepanjang masa, Romeo and Juliet
dari Dire Straits. Petikan liriknya begini: you
and me babe, how about it? Jaman memang berubah, kita bisa berharap
pada relasi cinta namun mari kita serahkan pada hari atau konteks waktu di mana
relasi itu berada. Lirik lagu Hari
Bersamanya terasa pas ketika saya mendengarkannya. Bagi saya ketika
mendengarkan lagu Hari Bersamanya adalah
pengalaman tekstual dan kontekstual yang bertemu.
Hal
lain yang menarik di dalam lagu Hari
Bersamanya ini adalah bahwa dalam relasi dengan orang yang kita cinta dalam
wahana bernama hari. Simak petikan berikut ini: Mohon Tuhan untuk kali ini saja, beri aku kekuatan, tuk menatap
matanya. Mohon Tuhan untuk kali ini saja, lancarkan hariku, hari bersamanya. Jarang
sekali, atau mungkin tak ada, lagu cinta ciamik yang membawa-bawa Sang
Pencipta. Biasanya orang-orang yang berelasi dalam konteks cinta cenderung
melupakan Tuhan. Religiusitas yang mendalam memang asyiknya dibawa ke dalam
relasi, bukan pada konflik.
Ketika
menulis ini saya mendengarkan lagu-lagu So7 dan berharap dapat memaknai ragam
teks dengan makna lain. Seperti kita ketahui, dalam kajian teks media
harapannya kita memiliki polysemia pada akhirnya, yaitu kualitas keberagaman
pemaknaan yang membantu kita dalam hidup. Memahami banyak teks musik populer
membantu saya mendalami profesi saya. Untuk itu saya berterima kasih pada So7
sebagai salah satu produsen teks. Terima kasih dan selamat ulang tahun ke-17.
Masa sedang mekar-mekarnya untuk berkarya. Teruslah berkarya dan memperkaya
khazanah musik Indonesia..
Salam hangat dan sukses selalu untuk S07!