Jumat, 09 April 2010

Internet sebagai Media Terbuka


Sekitar dua minggu ini bangsa kita dikejutkan dengan kasus seorang petugas pajak, Gayus Tambunan. Gayus adalah seseorang yang diduga termasuk dalam sindikat makelar kasus pajak. Hal ini semakin problematik bagi pemerintah karena berdekatan dengan penyerahan pajak tahunan. Dengan begitu sudah bisa diduga, kasus tersebut kemudian memicu lahirnya berbagai kelompok (thread) di Facebook yang menolak membayar pajak. Mereka yang tergabung di dalam berbagai thread tersebut menolak membayar pajak bila pajak ternyata dicuri untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan bersama. Apa kata dunia bila begitu?

Kasus ini adalah bentuk perlawanan politis oleh masyarakat. Internet digunakan untuk melakukan “perjuangan” masyarakat, apalagi bila saluran politik formal dinilai tidak akomodatif terhadap masyarakat. Kasus ini identik dengan gerakan “Coin for Prita” dan “Satu juta Facebookers untuk Bibit-Chandra”. Internet digunakan oleh masyarakat secara politis untuk melawan pihak pemilik kuasa, kuasa politik dan ekonomi. Masyarakat sipil menemukan kembali sarana “berpolitik” melalui internet.

Ada juga jenis pemanfaatan internet atau Facebook secara politis yang lain, terutama sewaktu Pemilu presiden tahun 2009 kemarin. Beragam thread-nya bernama “Say No to…”. Thread yang ditujukan pada tokoh kandidat presiden tertentu yang tidak disukai. Tetapi jenis yang ini bukanlah yang terpenting dalam pemanfaatan internet secara politis.

Kemudian di Facebook muncul pula gerakan yang sedikit berbeda dengan gerakan via Facebook di atas, namanya “Coin for Bilqis”. Gerakan ini lebih bersifat sosiokultural. Walau diinspirasikan dari gerakan “Coin for Prita”, gerakan “Coin for Bilqis” tidak bersifat politis, melainkan bertujuan untuk membantu seorang anak bernama Bilqis yang memiliki kelainan hati.

Banyak kelompok masyarakat yang bersimpati oleh gerakan yang antara lain dibangun lewat Facebook tersebut. Gerakan ini pun sebenarnya bisa menjadi gerakan politis bila ditujukan untuk pemerintah. Pemerintah yang lalai dalam menjalankan tugasnya menyediakan fasilitas kesehatan yang murah dan mudah diakses oleh warga.

Selain itu, ada juga pemanfaatan yang bermotif ekonomi. Internet digunakan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang efektif. Banyak kelompok usaha yang menggunakan internet untuk membentuk komunitas bagi produk dan jasa yang ditawarkan. Seringkali penggunaan internet bermotif untuk ekonomi ini juga dekat dengan fungsi sosiokultural. Hal ini ditunjukkan dengan pemasaran produk dan jasa yang sebenarnya menolak bekerja sama dengan mekanisme pasar dan korporasi besar. Dalam hal ini internet membantu mendistribusikan produk yang unik, langka, dan bermotif politis tersebut.

Inilah yang disebut internet sebagai media terbuka. Apa itu media terbuka? Keterbukaan adalah esensi yang sebenarnya menjadi bagian inheren dari media baru. Media baru, terutama internet, adalah media terbuka. Terbuka terhadap beragam isu adalah keterbukaan yang utama. Terbuka terhadap pelibatan kreasi pesan dan akses adalah jenis keterbukaan yang lain.

Media baru paling tidak lekat dengan tiga karakter. Hal ini diungkapkan oleh Henry Jenkins, Marshall MacLuhan-nya abad ke-21. Sebagaimana kita ketahui, MacLuhan adalah pemikir media utama abad ke-20. Apa saja karakter itu? Tiga karakter utama tersebut adalah konvergensi, partisipasi dan intelektualitas kolektif.

Konvergensi adalah karakter media terbuka yang utama dan penting. Konvergensi bukan hanya berarti satu pesan bisa didistribusikan melalui beragam format, melainkan juga ide di dalam pesan dan isu yang diperbincangkan secara umum. Internet sebagai media terbuka “mengkonvergenkan” diskusi pada isu tertentu pada fokus yang satu “format”.

Konvergensi menjadikan sifat interaktif dan simultan dalam proses komunikasi melalui internet menjadi lebih mungkin muncul. Internet menjadikan komunikator dan komunikan bisa berganti peran, bahkan bisa saling berkolaborasi mengkreasi pesan. Banyak pihak bisa berkomunikasi secara bersamaan di dalam internet. Internet membuat banyak pihak berkomunikasi memperbincangkan topik tertentu dalam waktu yang sama.

Kedua, partipasi kolektif adalah wujud dari media terbuka. Internet yang berbasis web 2.0 mendorong untuk menyatukan kehidupan online dan offline. Internet selain memfasilitasi komunikasi virtual juga mengajak para penggunanya untuk berkomunikasi secara fisikal. Contohnya adalah komunitas blogger di banyak tempat di Indonesia yang tidak hanya berinteraksi lewat blog tetapi juga melalui “kopi darat”, bertemu secara langsung, dan menjalankan berbagai aktivitas sosial.

Terakhir, karakter kecerdasan kolektif. Contoh paling riil dari karakter ini adalah Wikipedia. Internet dijadikan sarana oleh penggunanya untuk bekerja sama menyusun ensiklopedia terbesar di dunia tempat jutaan kata dijelaskan. Wikipedia menjadikan berbagai orang dari seluruh dunia dengan berbagai profesi berkolaborasi untuk “kecerdasan bersama”. Perkembangan wikipedia yang pesat membuat salah satu ensiklopedia terbesar tutup akhir tahun kemarin. Hal yang serupa juga dapat kita lihat dari perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang bererjasama kolektif melalui internet, juga perkembangan karya kreatif yang dikerjakan secara bersama-sama, semisal program komputer dan games.

Demikianlah, internet memberikan kesempatan besar untuk dimanfaatkan oleh warga secara terbuka. Terbuka terhadap potensi-potensi positif. Terbuka terhadap partisipasi dan kolaborasi. Pada level individu, keterbukaan itu semestinya diikuti dengan keterbukaan pikiran dan hati. Keterbukaan tersebut, pada level sosial, juga semestinya selalu diikuti oleh pelibatan sebanyak mungkin warga dan tertuju pada kepentingan publik.

(Tulisan ini diniatkan untuk memicu diskusi yang lebih intens. Tulisan ini dengan judul yang berbeda, "Internet, Media Terbuka Berpotensi Positif", dimuat di harian Kedaulatan Rakyat tanggal 7 April 2010. Tulisan ini juga bisa dibaca-baca di duniakreatif.multiply.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...