Jumat, 16 April 2010
Media Terbuka dan Musuh-musuhnya (Bagian 2)
Kita tidak perlu mempersoalkan siapa yang “menemukan” blog pertama-kali. Sejarah lebih mencatat John Barger sebagai orang yang memulai “membuka” blog pertama-kali pada bulan Desember 1997. Dialah yang pertama-kali menggunakan istilah “weblog” untuk mencatat aktivitasnya ketika mengakses internet. Walau begitu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa “penemu” blog adalah Dave Winer. Winer mengembangkan software yang bisa digunakan untuk “ngeblog” yang digunakan oleh Barger. Jadi Winerlah sebenarnya yang pertama-kali menjalankan aplikasi yang bernama “blog”.
Satu orang lagi yang bisa disebut pioner dalam dunia blog adalah Steve Garfield. Ia bahkan memulainya lebih dulu dibandingkan Barger. Garfield memulainya bulan Agustus 1997. Garfield mempunyai “status” lain yang bisa disematkan padanya, ia adalah pioner untuk vblog, atau blog berbasis video (sumber: Blogging Heroes oleh Michael A. Banks, 2008, Indianapolis: Wiley).
Kini tidak penting siapa yang memulai blog pertama-kali. Blog sudah menjadi wabah yang melanda para pengguna internet di seluruh dunia. Hal ini diperkuat dengan hadirnya banyak situs gratis yang menyediakan fasilitas blog. Komunitas blog menjadi komunitas baru yang mulai diperhitungkan. Di Indonesia pengguna blog atau disebut juga blogger, semakin marak lima tahun terakhir.
Lalu, apa sebenarnya definisi blog?
Secara umum blog dapat dianggap sebagai aktivitas individu yang tercatat di internet. Ini sesuai dengan nama awalnya, weblog. Kemudian blog berkembang tidak hanya sebagai alat pencatat aktivitas di internet tetapi juga sebagai “pelengkap” bagi aktivitas. Melalui blog seseorang bercerita mengenai hidupnya.
Apa pun kemudian dikisahkan di dalam blog. Kisah sepele tentang kehidupan seorang blogger, sampai dengan reportase mengenai serangan terorisme di Mumbai. Singkatnya, kita bisa bercerita apa pun di blog. Melalui blog kita bisa bercerita tanpa rasa takut tentang jamur maupun umur peradaban.
Basis dari blog adalah cerita atau kisah, yang bisa ditampilkan melalui tulisan, gambar, suara, dan juga video. Bila kisah tersebut bernilai dan mengikuti prinsip-prinsip jurnalistik, blog kemudian dapat menjadi basis bagi jurnalisme warga.
Untuk mengapresiasi aktivitas “ngeblog” atau yang juga dikenal dengan nama “blogging”, Angkringan Gayam, sebuah program di Geronimo FM membahasnya. Saya beruntung, bersama host-nya Sondy Garcia, berbincang dengan blogger asal Yogyakarta yang bloggingnya sudah diakui, Nico Wijaya. Acara ini sendiri adalah kali kedua saya hadir sebagai co-host. Acara ini diudarakan tanggal 1 Maret 2010.
Nico adalah blogger yang sekaligus juga anggota Cah Andong, komunitas blogger yang berbasis di Yogyakarta dan telah melakukan banyak aktivitas sosial, antara lain bersih-bersih pantai di Pandasari. Cah Andong memiliki slogan “Blogging for Society”, yang rupanya berusaha mereka wujudkan dengan “terjun” langsung ke masyarakat.
Nico adalah blogger yang aktif. Ini bisa dilihat dari aktivitas blognya yang seolah tanpa henti. Di blognya, sekarduside.com, Nico berbagi cerita kepada banyak orang. Melalui blognya, Nico mendapat status “juara” dalam Microsof Bloggership 2010 dan juga berkeliling Indonesia bersama Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden tahun lalu.
Bila sekadar bercerita mungkin aktivitas ngeblog tidak akan mencapai tingkat popularitas seperti sekarang. Melalui blog kita tidak hanya bercerita sendirian tetapi bersama banyak orang lain. Ibaratnya diary atau buku harian jaman dulu yang bisa disebarkan pada orang lain. Bila kita mau, kita bisa menulis di blog untuk kita sendiri dan hal ini boleh-boleh saja. Hal yang luar biasa adalah bagaimana banyak orang saling bercerita dan saling berkomentar dengan waktu yang relatif bersamaan. Kemudian blog berkembang menjadi forum diskusi. Seringkali forum-forum tersebut lebih informatif dan mencerahkan dibandingkan forum di dunia riil karena orang akan lebih bebas beropini sekaligus berekspresi.
Nico memberi saran bagi para calon blogger atau pun blogger yang belum terlalu aktif. Ia menyarankan agar tetap mempublikasikan atau posting apa pun dari diri kita asalkan tidak melanggar etika dan hukum tentunya. Kita bisa bercerita tentang keseharian kita. Kita bisa berbagi informasi mengenai hal-hal unik di sekitar tempat tinggal kita. Kita bisa membicarakan apa pun. Dan dunia di luar sana entah bagaimana akan membaca dan bahkan meresponsnya. Ada “teori” yang menyebutkan bahwa dari satu orang yang berkomentar berarti dia mewakili minimal sepuluh kali orang yang membaca atau mengakses blog kita.
Blog menuntun kita pada keterbukaan. Kita akan menjadi “musuh” bagi media terbuka bila kita menutup diri dari perkembangan blog. Kita juga kurang menghargai media terbuka, dalam blog terutama, bila kita menggunakan identitas palsu atau pun tidak “menegur” blogger dan bertegur-sapa dengan blogger lain. Singkatnya, blog memperluas eksistensi kita sebagai manusia.
Pertanyaannya, maupun kita membuka pikiran dan hati kita untuk lebih terbuka? Semestinya kita mau, karena melalui blog kita bisa meningkatkan kapasitas diri, berinteraksi dengan banyak orang baru dan saling belajar, dan mana tahu, berkontribusi langsung pada kehidupan bersama.
(Didedikasikan untuk Sondy, Nico, Sasha, Nilu, Mere, Simson, dan Auf, serta semua pendengar Angkringan Gayam, Geronimo FM. Terima kasih telah saling berbagi dan mencerahkan!)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar