Kamis, 19 April 2012

OST - The Hunger Games (2012)

#Belajar Ekonomi Politik Media - Kasus 4#



Beberapa hari terakhir ini film The Hunger Games ramai dibicarakan. Selain menjadi film box office, film ini dinilai bagus oleh para peresensi film. Saya belum menonton filmnya namun saya sudah membaca novel The Hunger Games serta dua novel susulannya Catching Fire dan Mockingjay. Menurut saya novel trilogi tersebut termasuk karya yang bagus, terutama novel pertamanya, The Hunger Games. Walau begitu, saya kira menerjemahkannya ke dalam film bukanlah perkara yang mudah karena penulis novel ini, Suzanne Collins, menyampaikan kisahnya dengan banyak flashback agar informasi mengenai setting cerita terbangun dengan baik. Tanpa alur mundur-maju tersebut pasti sulit mendeskripsikan kondisi Panem yang porak-poranda karena perang antara ibukotanya, Capitol dengan tiga belas distrik yang ada. Juga akan sulit menjabarkan Capitol yang otoriter dalam menjalankan kekuasaan. Wujud langsung dari kekuasaan yang otoriter tersebut adalah permainan hidup-mati yang diikuti dua anak, lelaki dan perempuan, dari dua belas distrik. Distrik ke-13, distrik terakhir, kabarnya dibumihanguskan oleh Capitol dalam era Kegelapan, ketika mereka berperang habis-habisan. The Hunger Games adalah pengingat utama bagi seluruh masyarakat Panem betapa Capitol begitu berkuasa.


Namun saya tidak akan membicarakan filmnya, bukan pula novelnya. Pesan media yang ingin saya takar adalah Original Soundtrack-nya. Walau begitu, sebenarnya cara terbaik untuk menakar pesan media The Hunger Games adalah mendedah seluruh bentuk pesan atau teks media yang muncul, yaitu novel, film, OST, dan juga game-nya, bila ada, karena narasi yang mengalir ke dalam banyak pesan media adalah bukti sahih dari tindakan komunikatif suatu pihak, dalam hal ini produsen pesan. Kali ini saya mencoba menakar satu jenis pesan tersendiri, yaitu OST, sesuai dengan ketertarikan saya pada media musik rekaman atau musik populer.


Awalnya saya tidak tahu sama sekali dengan album ini. Namun suatu hari saya melihatnya di toko CD secara tak sengaja ketika mencari album-album musik Indonesia. Ketika saya lihat daftar lagunya dan salah satu band bagus, Arcade Fire, menyumbangkan lagu, tanpa berpikir panjang saya membelinya. Sayangnya, lagu Arcade Fire di album OST ini, Abraham's Daughter, tidak sebagus harapannya saya seperti lagu-lagu yang ada di tiga album mereka. Lagu ini muncul di teks film sebagai lagu nasional Panem yang diputar setiap acara The Hunger Games disiarkan untuk seluruh penduduk Panem, termasuk Distrik 12 tempat Katniss Everdeen sang tokoh utama tinggal. Karena itulah judul lengkap album ini adalah The Hunger Games: Songs from District 12 and Beyond. Album OST ini juga "murah hati" dengan memberikan enam belas lagu dalam masa putar hampir satu jam.


Lagu-lagu lain yang menarik disimak adalah lagu di mana Taylor Swift hadir, yaitu Safe & Sound, yang dinyanyikan bersama Civil Wars, dan Eyes Open. Melalui kehadiran Taylor Swift sebagai kontributor di album ini kita bisa mengimplementasikan satu konsep ekonomi politik, strukturasi. Strukturasi adalah merelasikan tindakan bermedia dengan "struktur" sosial yang ada. Vincent Mosco, penulis yang merilis konsep strukturasi untuk media di dalam bukunya The Political Economy of Communication, menjelaskan bahwa yang termasuk struktur sosial adalah kelas, gender, ras, gerakan sosial, dan hegemoni yang terimplementasi dalam praktek bermedia. Kita segera melihat di sini gender dan ras adalah dua elemen utama yang diangkat dalam tindakan strukturasi. Inilah film untuk remaja di mana tokoh utamanya seorang perempuan dan cenderung sendirian, tidak seperti Harry Potter dan Eragon misalnya. Isu ras juga menjadi perdebatan menarik seiring semakin terkenalnya film The Hunger Games. Thresh dan Rue, dua orang peserta Hunger Games yang berkulit hitam, padahal di dalam novelnya tidak dijelaskan secara spesifik ras mereka.


Apa yang dibayangkan produsen OST ini tentang audiens mereka? apakah sama seperti pembuat filmnya yang menjadikan film untuk remaja ini cenderung sadis seperti yang terdapat di novel. Bagaimana mereka menerjemahkan ide di dalam film untuk memilih dan mempublikasi untaian lagu di album ini? adalah dua dari banyak pertanyaan yang menarik untuk dianalisis, terutama bagi pembelajar ilmu komunikasi yang sedang meneliti. Mungkin memang diperlukan waktu dan upaya untuk menjelaskannya. Namun, menurut saya album OST ini mampu menerjemahkan narasi dengan mengambil esensi fiksinya (terutama melalui novelnya): Hunger Games yang kejam, dunia politik yang otoriter dari sudut pandang seorang gadis, kebingungan dan keputusasaan tokoh utama, dan tak lupa relasi cinta dan benci dengan tokoh-tokoh pendukung pria.


Daftar lagu:
1. Arcade Fire - Abraham's Daughter
2. The Secret Sisters - Tommorow will be Kinder
3. Neko Case - 03 - Nothing to Remember
4. Taylor Swift feat. the Civil Wars - Safe & Sound
5. Kid Cudi - The Ruler and the Killer
6. Punch Brothers - Dark Eyes
7. The Decemberists - One Engine
8. The Carolina Chocolate Drops - Daughter's Lament
9. The Civil Wars - Kingdom Come
10. Glen Hansard - Take the Heartland
11. Maroon 5 feat Rozzi Crane - Come Away to the Water
12. Miranda Lambert feat Pistol Annies - Run Daddy Run
13. Jayme Dee - Rules
14. Taylor Swift - Eyes Open
15. The Low Anthem - Lover is Childlike
16. Birdy - Just A Game

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...