Rabu, 29 Juni 2011

Memahami Khalayak Lembaga Penyiaran Publik (Bagian 1)


Dengan berakhirnya Orde Baru yang juga berakhirnya sistem media yang otoriter masyarakat Indonesia dapat dikatakan memperoleh keberlimpahan informasi melalui beragamnya media dan teknologi informasi dan komunikasi. Sejak era keterbukaan dan demokrasi dirasakan oleh masyarakat Indonesia, yang menjadi penanda dari munculnya rejim baru, hampir semua jenis informasi dari semua jenis media bisa kita peroleh. Keadaan ini sesunguhnya adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, keberlimpahan informasi tersebut dapat membawa hal positif karena memberikan informasi yang berjumlah banyak dan beragam kepada kita. Namun, di sisi yang lain, keberlimpahan tersebut dapat membawa hal negatif di mana anggota masyarakat justru tenggelam di dalam lautan informasi tanpa bisa memanfaatkannya. Informasi tidak digunakan dengan baik sehingga menimbulkan kecemasan dan kebingungan untuk memilih dan memilah informasi yang tepat. Hal ini semakin diperparah dengan ketiadaan visi pengambil kebijakan yang bagus di dalam peraturan perundangan penyiaran untuk televisi dan radio. Sebaliknya, media yang bermotif komersial dan membawa kepentingan politik yang kental justru lebih terlihat dibandingkan dengan lembaga penyiaran publik.

Kedua jenis media tersebut, media yang bermotif terlalu komersial dan politis, memang masih berusaha diredam dan diawasi perkembangannya, tetapi dengan penegakan peraturan perundangan yang lemah dan regulasi yang tidak implementatif menjadikan sistem media yang berpihak pada publik sulit diwujudkan dalam waktu dekat ini. Oleh karena itu, kita memerlukan cara lain untuk memperbaiki kondisi bermedia masyarakat Indonesia. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah memperkuat kapasitas lembaga penyiaran publik. Pemahaman khalayak oleh lembaga penyiaran publik yang baik adalah salah satu cara untuk memperkuat kapasitas kelembagaan media penyiaran. Khalayak adalah elemen yang utama cara melihatnya sebagai bagian dari warga masyarakat bukan sebagai konsumen seperti pada media penyiaran komersial.

Khalayak adalah “wilayah” di mana kita dapat memperbaiki kondisi media penyiaran di Indonesia. Selain itu, bagi pengelola media, pemahaman yang baik atas khalayak akan menjadikan operasionalisasi atau eksistensi media juga baik. Singkatnya, khalayak adalah elemen yang penting bagi media. Posisi ini bahkan semakin penting setidaknya karena dua alasan. Pertama, kondisi demokrasi yang semakin menguat di masyarakat yang diikuti oleh kesadaran hak-hak politik mereka, termasuk hak atas informasi sesuai dengan konstitusi Indonesia. Kedua, tuntutan akan posisi media penyiaran publik yang netral dan independen, serta memenuhi keterbukaan informasi publik.

Khalayak yang semakin aktif mengakses media juga menjadi alasan yang penting mengapa khalayak perlu dipahami dengan lebih baik lagi. Teknologi informasi dan komunikasi yang ada sekarang ini menjadikan aktivitas mengakses media semakin personal sekaligus aktivitas bersama. Teknologi juga menjadikan penggabungan individu dengan kepentingan bersama menjadi lebih mudah sehingga kritik dan masukan kepada pihak pengambil kebijakan juga lebih mudah diartikulasikan. Berkat kemajuan teknologi, pihak pengambil dan pelaksana kebijakan tak lagi bisa semena-mena dan tertutup.

Faktor terakhir pentingnya pemahaman terhadap khalayak adalah semakin meningkatnya pengetahuan mereka yang semakin tinggi. Kini, sebagian anggota masyarakat memiliki tiga kecakapan bermedia, yaitu literasi untuk media cetak, literasi media untuk media audio visual, dan literasi digital atau literasi media baru. Khalayak relatif tidak lagi mudah diperdaya oleh media. Pemantauan media kini tidak hanya dilakukan oleh pihak berwenang, regulator media, tetapi juga dilakukan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat sipil. Walau masih memiliki kekurangan di sana-sini, kecakapan bermedia tersebut sudah berkontribusi positif atas pemahaman masyarakat terhadap media. Jika media menyediakan sesuatu yang kurang tepat atau kurang etis maka masyarakat akan cenderung mengajukan kritik saat sekarang ini.

Begitu pentingnya memahami khalayak, terutama bagi lembaga penyiaran publik, sehingga semacam pengantar yang membahas pengertian dasar dan aspek-aspek riset khalayak perlu untuk didiskusikan di dalam tulisan. Tulisan ini berusaha menjabarkan konsepsi khalayak bagi lembaga penyiaran publik. Pada bagian awal akan dijelaskan siapa sebenarnya khalayak tersebut. Berikutnya, akan coba didedahkan kedudukan riset khalayak dalam proses komunikasi. Uraian akan ditutup dengan menjelaskan klasifikasi khalayak melalui pemahaman tipologi riset yang digunakan oleh peneliti sampai masa sekarang ini.

Mendefinisikan Khalayak

Secara sederhana khalayak dapat diartikan sebagai siapa pun yang mengakses isi media. Khalayak juga seringkali disebut sebagai audiens walaupun pengertiannya sedikit berbeda. Bila audiens dipandang lebih netral, khalayak cenderung dimaknai lebih dekat dengan karakter massa, yang cenderung sangat luas, irasional, dan peyoratif. Setiap individu yang mengakses media disengaja atau pun tidak disebut khalayak. Khalayak sendiri akan memiliki nama yang berbeda bila dikaitkan dengan media yang diaksesnya, yaitu pembaca untuk media cetak. Ragam media cetak adalah buku, suratkabar, dan majalah. Khalayak disebut pemirsa atau pendengar untuk emdia audio, yaitu radio siaran dan musik rekaman. Khalayak bernama pemirsa atau penonton untuk media audio visual, yaitu film dan televisi. Terakhir, khalayak disebut pengakses atau pengguna bila berkaitan dengan media baru, yaitu bila individu menggunakan internet, game, dan handphone. Walau begitu, pengakses jarang sekali disebut khalayak karena mereka melakukan aktivitas yang aktif dan cenderung lebih personal.

Selain itu, khalayak juga bisa langsung mengakses informasi atau pesan tanpa termediasi atau tanpa menggunakan media. Contoh kegiatan mengakses informasi tanpa termediasi misalnya menonton langsung sebuah pentas musik, pertandingan olahraga, bahkan menyaksikan sebuah program acara langsung di sebuah stasiun televisi. Komunikasi di dalam sebuah kelompok sosial juga termasuk jenis komunikasi tanpa termediasi tersebut. Namun, khalayak yang menyaksikan sebuah pertunjukan secara langsung jauh lebih terbatas dan sedikit saja jumlahnya bila dibandingkan dengan khalayak yang mengakses pertunjukan tersebut melalui media. Khalayak jauh lebih sering mendapatkan informasi secara tak langsung atau termediasi melalui berbagai media, termasuk media baru. Media baru secara umum juga mengubah cara khalayak mengakses pesan media, dari sifatnya yang bersama-sama menjadi lebih personal. Selain itu, media baru melalui perkembangan teknologi terkini juga memperkuat relasi sosial. Khalayak media baru tidak lagi bersifat atomistik, yaitu karakter yang saling tidak mengetahui dan tak terangkai antar individu khalayak seperti dalam konsep khalayak sebagai massa.

Berdasarkan aktivitas bermedia yang dilakukan oleh khalayak, khalayak sendiri bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu khalayak pasif, khalayak aktif, dan khalayak partisipatif. Khalayak pasif adalah para individu yang mengakses pesan media secara “tidak sengaja” dan cenderung tak direncanakan dengan baik. Khalayak jenis ini juga menerima isi pesan media begitu saja seperti yang dibawa oleh media. Sebaliknya, khalayak aktif adalah jenis khalayak yang cenderung lebih mengakses isi pesan media dengan sengaja dan terencana. Khalayak jenis ini juga tidak dengan mudah “terintimidasi” oleh media. Khalayak aktif akan menciptakan realitas media yang kuat dan merupakan miliknya sendiri, yang bisa jadi berbeda atau bahkan merupakan kritik atas pesan media yang diterimanya. Bila pemahaman atas khalayak pasif secara implisit menunjukkan posisi media yang lebih kuat dibandingkan dengan khalayak, maka pemahaman atas khalayak aktif sebaliknya, khalayak aktif memiliki makna bahwa posisi khalayak lebih kuat bila dibandingkan dengan media. Khalayak aktif memiliki karakter yang kuat dan mampu “berhadapan” dengan isi pesan media.

Tipologi khalayak terakhir berdasarkan aktivitas bermedia adalah khalayak partisipatif. Khalayak jenis ini terutama dekat sekali degan media penyiaran publik di mana mereka tidak hanya memiliki pemaknaan yang berbeda atas pesan media yang diterima tetapi juga “bertindak” untuk berkontribusi dan mempengaruhi pesan media yang ada. Khalayak jenis ini bisa hadir secara aktif bila sebuah pesan media dihadiri oleh mereka secara langsung, misalnya program bincang-bincang di studio penyiaran. Bila pun tidak menghadiri secara langsung, mereka juga akan memberikan komentar atau masukan secara sukarela terhadap pesan media. Mereka juga bisa memproduksi dan mengkreasi pesan media yang baru yang merupakan respon atas pesan media yang mereka terima sebelumnya. Perbedaan khalayak partisipatif dengan khalayak aktif adalah pada tindakan. Pada khalayak partisipatif, tindakan mereka atas pesan media berusaha diwujudkan, sedangkan pada khalayak aktif “tindakan” tersebut lebih pada tataran pemaknaan yang berbeda dan berlangsung dalam pemikiran khalayak. Khalayak partisipatif terkadang pula berkumpul dengan sesamanya dan melakukan aktivitas bersama di luar aktivitas mengakses media, misalnya aktivitas off air pendengar untuk media radio, dan mereka juga sangat kritis memberikan masukan untuk program acara yang mereka gemari.

Selain dibedakan berdasarkan media dan apa yang dilakukannya, khalayak juga bisa diklasifikasikan dengan banyak cara. Ada empat tipologi khalayak sebagaimana dikemukakan oleh McQuail (1997:2). Pertama, khalayak berdasarkan tempat atau lokasi. Khalayak jenis ini terbagi menjadi dua, yaitu khalayak lokal dan khalayak nasional. Khalayak lokal sangat dekat dengan penguatan lokalisme yang positif walaupun persamaan bersama yang kuat tersebut relatif terbatas. Sementara khalayak nasional kemungkinan merupakan khalayak yang dibidik negara untuk memunculkan nasionalisme (lihat Dickinson, Harindranath, and Linne (ed), 1998: xiii). Di sini, terdapat relasi positif antara perkembangan media massa dengan nasionalisme di banyak negara pada awal abad keduapuluh dahulu. Pemerintah Orde Baru juga memanfaatkan media untuk memperkuat nasionalisme ketika berkuasa, terutarama media milik pemerintah, yang berada di bawah naungan sistem pers Pancasila dan Pembangunan.

Kedua, khalayak berdasarkan akumulasi personal, yang terdiri atas kelompok, berdasarkan gender, usia, pendapatan, dan sebagainya. Biasanya tipologi khalayak jenis ini berkaitan dengan kepentingan iklan bagi media komersial dan kepentingan pemberdayaan bagi media publik. Ketiga, khalayak berdasarkan isi pesan media. Khalayak jenis ini adalah khalayak untuk berita, hiburan, bahkan juga khalayak untuk iklan. Secara spesifik, khalayak memiliki keterkaitan tertentu atas jenis dan tipe pesan media disadari ataupun tidak. Keempat, khalayak berdasarkan waktu aksesnya pada pesan media, yaitu khalayak pada waktu utama (prime-time) atau khalayak pada siang hari (day-time) walaupun kini pemahaman tentang waktu utama sudah berubah, waktu utama juga tidak sama untuk tiap jenis media, misalnya untuk radio dan televisi. Kecenderungan khalayak juga banyak berubah sekarang ini, khalayak cenderung mengakses media sepanjang waktu, terutama untuk media baru.

Kita juga perlu memahami dua faktor besar dalam memahami khalayak, yaitu berbagai faktor yang ada di sisi khalayak dan berbagai faktor yang ada di sisi media (McQuail, 2005: 429 – 430). Kedua sisi tersebut, sisi khalayak dan sisi media, ibarat kedua sisi mata uang yang saling melengkapi. Tiap sisi hadir untuk melengkapi sisi yang lain. Terdapat delapan faktor yang harus kita ketahui berkenaan dengan sisi khalayak, yaitu: pertama, atribut personal seperti usia, gender, posisi dalam keluarga, situasi pendidikan dan kerja, tingkat pendapatan, juga gaya hidup (lifestyle), bila relevan. Terdapat beberapa indikasi perbedaan personalitas yang memainkan peran penting dalam telaah pesan media. Informasi pertama ini adalah informasi terpenting yang harus dimiliki atau diketahui oleh media sebelum memproduksi pesan.

Kedua, latar belakang sosial dan milieu, terutama direfleksikan sebagai kelas sosial, edukasi, agama, pandangan politik, budaya lingkungan kerja, dan budaya lokalitas tempat khalayak berdomisili. Di dalam konsep ini kita juga dapat merujuk pada konsep cultural capital, yaitu cita rasa dan kecakapan kultural yang dipelajari, yang seringkali ditransmisikan antargenerasi di dalam keluarga, sistem pendidikan, dan kelas sosial. Informasi jenis kedua ini sifatnya lebih cair, mikro, dan abstrak serta bisa didapatkan melalui riset etnografi. Ketiga, kebutuhan yang berkaitan dengan media (media-related needs), berbagai hal yang mirip dengan yang telah dijelaskan sebelumnya. Kebutuhan khalayak atas media bisa bersifat personal ataupun juga ditujukan untuk kelompok. Selain itu kebutuhan khalayak atas media bisa berkaitan erat dengan pihak pemberi informasi dan dapat berfungsi untuk mengalihkan perhatian masyarakat secara luas. Kebutuhan khalayak atas media ini dipahami secara luas sebagai keseimbangan antara kepentingan personal dengan latar belakang personal dan lingkungan sosial khalayak.

Keempat, cita rasa dan preferensi personal atas genre, format atau isi pesan media secara spesifik. Informasi keempat ini juga bisa didapatkan melalui riset khalayak yang sifatnya kultural. Belakangan ini, informasi mengenai cita rasa dan preferensi personal semakin diperlukan oleh media, terutama bagi media yang memfokuskan diri pada target khalayak yang spesifik. Kelima, kebiasaan umum dalam menghabiskan waktu luang dengan menggunakan media dan ketersediaan menjadi khalayak dalam waktu yang spesifik. Seiring dengan meningkatnya penggunaan media sepanjang waktu, kesediaan untuk menjadi khalayak juga berkaitan erat dengan lokasi untuk mengakses pesan. “Ketersediaan” khalayak juga berkaitan dengan potensi ekonomi, contohnya adalah kemampuan khalayak untuk membeli tiket menonton di bioskop dan biaya berlangganan saluran televisi kabel.

Keenam, apresiasi atas berbagai pilihan yang tersedia dan jenis informasi yang dimiliki juga memainkan peran penting dalam pembentukan khalayak. Anggota khalayak yang semakin aktif dan partisipatif dapat dimanfaatkan media untuk mengajak khalayak yang lain. Dengan demikian, khalayak jenis ini sebaiknya mendapatkan penghargaan yang lebih baik dari media. ketujuh, konteks penggunaan media yang spesifik. Keragaman ini terjadi berdasarkan media namun secara umum merujuk pada pada sosiabilitas dan lokasi penggunaan media. Hal yang paling relevan dalam dalam informasi ini adalah jawaban apakah seorang khalayak mengakses pesan media sendirian atau bersama-sama, entah bersama rekan sebaya, anggota keluarga yang lain, pasangan, dan sebagainya. Informasi tentang lokasi tempat media diakses juga penting, apakah media diakses di rumah, di tempat kerja, dalam perjalanan, ataupun di dalam bioskop. Untuk mendengarkan siaran radio misalnya, kebanyakan khalayak mendengarkannya sambil berkendaraan sehingga akses radio siaran di kota besar sangat mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan kota kecil. Kedua informasi ini dapat menunjukkan bahwa penggunaan media yang spesifik dapat digunakan untuk memahami pemilihan pesan media oleh khalayak.

Kedelapan, kesempatan seringkali berperan penting dalam terpaan media. Informasi mengenai intervensi media mengurangi kemampuan untuk menjelaskan berbagai pilihan atau komposisi khalayak. Informasi tentang kesempatan khalayak dalam mengakses media mirip dengan informasi mengenai kondisi situasi spesifik khalayak mengakses media tapi sifatnya lebih cair. Siaran radio yang bagus tidak mungkin didengarkan oleh seorang khalayak yang sedang menghadapi ujian misalnya. Kesempatan bagi khalayak untuk mengakses isi pesan media bergantung pada aktivitas khalayak. Informasi semacam ini sangat penting dipahami oleh media.

Sementara itu, sisi yang kedua atau sisi yang melekat pada audiens, terdapat lima faktor yang harus kita perhatikan. Pertama, sistem media, yaitu tinjauan umum atas preferensi dan pilihan yang dipengaruhi oleh penataan dalam level nasional. Sistem media berkaitan dengan jumlah jangkauan dan tipe media yang tersedia bagi masyarakat. Kemampuan masyarakat juga dipengaruhi oleh karakteristik berbagai media yang ada. Sistem adalah setting paling makro di mana suatu media beroperasi. Untuk kasus Indonesia yang sistem medianya lebih terpaku pada media komersial, konsepsi mengenai khalayak lebih diarahkan sebagai konsumen daripada sebagai warga.

Kedua, struktur dari penataan media. Bila sistem merujuk pada penataan relasi dan hadir pada level konseptual, struktur lebih merujuk pada penataan prosedur dan ada pada level praksis. Struktur berkaitan erat dengan pola umum apa saja yang disediakan oleh media untuk masyarakat. Struktur juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ekspektasi khalayak. Struktur baru juga dapat terbentuk dalam jangka menengah atau jangka panjang. Faktor struktur media ini berbentuk informasi yang lebih riil dibandingkan dengan faktor sebelumnya. Contoh paling terlihat adalah penataan media bervisi kepublikan. Media dalam visi kepublikan yang tidak serius diwujudkan membuat media publik rentan sekali diintervensi oleh pemerintah.

Ketiga, pilihan isi pesan yang tersedia. Informasi ini meliputi format dan genre pesan media yang spesifik, yang ditawarkan pada khalayak pada waktu dan tempat yang spesifik. Semakin banyak pilihan pesan media yang tersedia bagi khalayak akan semakin baik, terutama menyangkut keberagaman isi. Jumlah pesan media pada kondisi tertentu tidak relevan dalam konteks keberagaman karena bisa saja secara kuantitas jumlah program acara media penyiaran berjumlah banyak namun ragamnya tidak terlalu banyak. Keempat, publisitas media. Informasi dalam aspek ini meliputi periklanan dan penciptaan imaji oleh media, sekaligus berarti juga kemampuan media untuk menciptakan pemasaran intensif dari berbagai produk media yang tersedia. Seringkali, khalayak lebih terpengaruh pada citra media yang bersangkutan bukan pada isi pesan media. Hal ini sebenarnya tidak selalu sejalan karena bisa jadi pesan yang berkualitas baik bisa muncul dari organisasi media yang tidak terlalu populer.

Kelima, waktu dan presentasi pesan. Seleksi dan penggunaan media dipengaruhi oleh strategi yang spesifik berkaitan dengan waktu penyampaian pesan, penjadwalan, penempatan, juga desain isi pesan. Semua itu berkaitan dengan jenis dan jumlah khalayak yang diharapkan terjangkau. Faktor terakhir ini berkaitan dengan strategi penyampaian pesan oleh media yang bersangkutan. Strategi media pada penataan dan penajdwalan pesan bisa berbeda untuk beberapa jenis media. Untuk media penyiaran penataan penyampaian pesan disebut programming, untuk media game diberi nama gameplay, sementara untuk media cetak dinamakan rubrikasi.

(lebih lengkapnya lihat buku "Panduan Riset Khalayak: Desain dan Metode untuk Lembaga Penyiaran Publik" (2011) karya Puji Rianto, Iwan Awalludin, Anna Susilaningtyas, dan Wisnu Martha)

Menulis Itu....


Ternyata memang tidak mudah menulis dengan baik secara teratur dan terus-menerus. Ada saja "gangguan" yang hadir yang membuat kita malas menulis atau bahkan tidak menulis sama sekali pada akhirnya. Saya pribadi berusaha semaksimal mungkin mencari resep menulis yang jitu walau harus saya akui dengan jujur sampai sekarang ini pun saya belum menemukannya kecuali saya berusaha menulis apa pun dengan kualitas seperti apa pun, yang penting menulis dan menulis saja, mana tahu suatu saat saya bisa menulis dengan relatif baik.

Banyak penulis di banyak buku memberikan cara menulis dengan baik, namun sedikit saja yang benar-benar berguna. Di antara yang sedikit itu, saya mencatat yang ditulis oleh Haruki Murakami sungguh memadai. Murakami menuliskan di buku memoar singkatnya "What I Talk about When I Talk about Running" bahwa menulis dengan baik itu memerlukan tiga hal, yaitu bakat, fokus, dan daya tahan. Tentu saja yang dia maksud adalah menulis dalam waktu yang relatif lama untuk menghasilkan novel atau tulisan panjang.

Aspek pertama, secara mengejutkan Murakami mengatakannya: bakat, sesuatu yang tidak saya percayai sebagai yang pertama. Namun setelah membacanya lebih mendalam barulah saya sadari bahwa bakat yang dia maksud bukanlah sesuatu yang sudah ada dari "sono"-nya di dalam diri kita. Bajat menurut Murakami adalah sesuatu yang kita perjuangkan terus di dalam diri. Bakat itu hadir bila kita memiliki kemampuan literer yang memadai, membaca dan menulis, menulis dan membaca, begitu seterusnya. Sebab orang yang tidak pernah membaca dengan baik tidak akan menghasilkan tulisan yang baik, begitu pula sebaliknya. Kemampuan menulis akan berkembang dengan baik bila kita bergelut dan bergulat dengan menulis. Ketika kita bergelut, kita akan menyadari bahwa menulis itu membahagiakan dan tidaklah menjemukan. Ketika kita bergulat, lama kelamaan kita akan tahu bahwa menulis itu ada "teman" dan "musuh"-nya. Bila kita terus menerus bergelut dan bergulat pada akhirnya kita akan mengetahui kelebihan dan kelemahan kita dalam menulis.

Kemampuan memfokuskan diri pada menulis adalah aspek yang kedua menurut Murakami. Bila kita sudah memiliki kemampuan beraksara atau literasi yang bagus namun kita tidak mampu fokus pada aktivitas menulis dan selalu terganggu dengan kesibukan lain, mungkin kita tidak akan menghasilkan tulisan yang baik kualitasnya. Aspek terakhir adalah daya tahan. Daya tahan menulis dalam waktu yang relatif lama diperlukan untuk menulis panjang. Daya tahan ini mesti hadir sampai tulisan benar-benar selesai. Bila kita berhenti sekali saja, kita tidak meneruskan tulisan itu di titik di mana kita berhenti. Katakanlah kita sudah menyelesaikan 75% tulisan. Bila kita berhenti dan kemudian suatu waktu melanjutkannya lagi. kita tidak berangkat mulai dari 76% dan seterusnya, melainkan mulai dari awal lagi. Dengan alasan inilah memiliki daya tahan sampai tulisan benar-benar selesai adalah keuntungan yang luar biasa. Hal yang menggembirakan adalah daya tahan ini bisa dipelajari dan dilatih seperti halnya dua aspek sebelumnya.

Bagaimana, apakah resep Murakami ini "manjur"? sungguh layak untuk kita coba. Ayo terus menulis. Belajar dan bergembiralah dengan aktivitas menulis yang kita lakukan....

Minggu, 26 Juni 2011

Grow Old with You

Tidak ada yang lebih indah selain menghadapi hidup ini berdua. Untuk hidup yang baik dan buruk, kita akan menghadapi bersama. Kita bisa saling belajar dan mengisi hidup bersama, bukan hanya memenuhi hidup sendiri. Aku hanya ingin bertambah tua bersamamu dengan pengalaman dan pengetahuan yang berpusat padamu. Menuju hidup yang penuh dan bukannya hidup yang hampa. Mari saling menjaga untuk menjadi tua bersama....

Grow Old with You
oleh Adam Sandler



Billy idol (speaking): good afternoon everyone. we’re flying at 26,000 feet,
Moving
Up to thirty thousand feet, and then we’ve got clear skies
All the way to las vegas, and right now we’re bringin you some in-flight
Entertainment. one of our first-class passengers would like to sing you a song
Inspired by one of our coach passenger, and since we let our first-class
Passengers do pretty much whatever they want, here he is.

Robbie hart (singing):
I wanna make you smile whenever you’re sad
Carry you around when your arthritis is bad
All I wanna do is grow old with you

I’ll get your medicine when your tummy aches
Build you a fire if the furnace breaks
Oh it could be so nice, growing old with you

I’ll miss you
I’ll kiss you
Give you my coat when you are cold

I’ll need you
I’ll feed you
Even let ya hold the remote control

So let me do the dishes in our kitchen sink
Put you to bed if you’ve had too much to drink
I could be the man who grows old with you
I wanna grow old with you

Twice if You're Lucky

Sungguh, tidak ada yang lebih kusyukuri selain adanya kesempatan kedua untuk merevisi hubungan kita. Mungkin bila tak ada kesempatan kedua waktu itu, hidupku akan sangat kesepian dan tak indah seperti sekarang. Sungguh, aku merasa beruntung dan berterima-kasih pada Pemberi Hidup, kesempatan kedua dihadirkan dan kita akan terus memulas lukisan hidup kita ke depan seindah-indahnya.

Terinsprasi oleh lagu ini:

Twice if You're Lucky
oleh Crowded House



Breathe it out, I can hear you now
You think reality's shut you down
And you're locked away where you can't get out
Spent awhile on your back

But you know what it means to me, babe
In the course of a history, hey
It all makes sense to me somehow

And it's not what it used to be, no
We're suddenly free to let go
Look what's happening now

You will love this one
You will love this one
'Cause if we create
Something magical, honey

There are times that come
These are times that come
Only once in your life
Or twice like mine

Do you wish to love? Can you give enough?
Use your saving graces
In the heavy light, till the sky falls down
He can pray all he likes

But you know what it means to me, babe
In the course of a history, hey
It all makes sense to me somehow

It's a course in philosophy, yeah
What is life is it just a dream, no
A perfect mystery but somehow I know

You will love this one
You will love this one
'Cause if we create
Something magical, honey

There are times that come
These are times that come
Only once in your life
Or twice if you're lucky

If the chance it comes around
Another time
You risk it all, you take the fall
For what you like

And sure enough before your love
Has taken flight
You make the revelation

You will love this one
Love this one

You will love this one
You will love this one
Dream in my head
Something magical, honey

There are times that come
These are times that come
Only once in your life
Or twice if you're lucky

All I Want is You

Bukan, bukan pada apa yang kau punya ataupun tingginya posisi sosialmu
Aku hanya menginginkan dirimu apa adanya. Eksistensimu. Tak kurang tak lebih.
Bukan, bukan pada apa yang kau lisankan ataupun tindakanmu.
Kau diam atau berbicara. Kau bersantai saja atau bergerak dinamis. Tidak masalah bagiku

Aku hanya menginginkan dirimu. Seutuhnya atau bahkan hanya konsepsi tentangmu
Tidak perlu berjanji, tidak perlu mengritik apalagi memuji.

Datang saja dengan keberadaanmu yang asali. Itu sudah cukup untuk kehidupan yang tak sempurna ini.

All I Want is You
oleh U2

You say you want
Diamonds on a ring of gold
You say you want
Your story to remain untold

But all the promises we make
From the cradle to the grave
When all I want is you

You say you'll give me
A highway with no one on it
Treasure just to look upon it
All the riches in the night

You say you'll give me
Eyes in a moon of blindness
A river in a time of dryness
A harbour in the tempest
But all the promises we make
From the cradle to the grave
When all I want is you

You say you want
Your love to work out right
To last with me through the night

You say you want
Diamonds on a ring of gold
Your story to remain untold
Your love not to grow cold

All the promises we break
From the cradle to the grave
When all I want is you

You...all I want is...
You...all I want is...
You...all I want is...
You...


Ocean Deep

Sedalam apa palung hati itu?

Kau tak akan pernah mengetahui kecuali ketika kau terjebak di dalamnya

Ketika kau terjebak mencintainya, kau akan kesepian
Kau pastinya tahu, cinta adalah kesepian, kesepian adalah cinta

Kau bisa mengulang lagi sedari awalnnya


Ocean Deep
oleh Cliff Richard



Love , can't you see I'm alone
Can't you give this fool a chance
A little love is all I ask
A little kindness in the night
Please don't leave me behind
No , don't tell me love is blind
A little love is all I ask
And that is all
Ooh love , I've been searchin' so long
I've been searchin' high and low
And little love is all I ask
A little sadness when you go
Maybe you'll need a friend
Only please don't let's pretend
A little love is all I ask
And that is all


-I-
I wanna spread my wings
But I just can't fly
As a string of pearls
The pretty girls go sailin' by


-II-
Ocean deep
I'm so afraid to show my feelings
I have sailed a million ceilings
Solitary room

Ocean deep


Will I ever find a lover
Maybe she has found another
And as I cry myself to sleep
I know this love of mine I'll keep
Ocean deep


Now , can't you hear when I call
Can't you hear the word I say
A little love is all I ask
A little feelin' when we touch


Why am I still alone
I've got a heart without a home
A little love is all I ask
And that is all


Repeat -I-
Repeat -II-
I'm so lonely , lonely , lonely (Ocean deep)
On my own in my room
I'm so lonely
(Ocean deep)
I'm so lonely , I'm so lonely ...

Fix You

Siapa kau yang merasa berhak dan mampu memperbaikiku?
Terimalah aku apa adanya atau tinggalkan saja aku
Semudah itu, sehampa ini...


Fix You
oleh Coldplay



When you try your best but you don't succeed
When you get what you want but not what you need
When you feel so tired but you can't sleep
Stuck in reverse

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down your face
And I

Tears stream down your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down your face
And I

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Wise Up

Bijaklah, mereka tak akan pernah berubah.
Walau kau berusaha merendam dendam, dia akan bangkit lagi
Kenangan itu tetap ada dan menghantui
Mereka akan selalu menstigmamu tak berguna dan penuh kehampaan
Walau begitu, jangan pernah mendendam. Dendam kesumat hanya milik orang-orang kalah


Menyerahlah, tempatmu bukanlah di sini
Menyerahlah, kau tak akan pernah mendapatkan apa-apa lagi


Wise Up
oleh Aimee Mann

It's not
What you thought
When you first began it
You got
What you want
Now you can hardly stand it though,
By now you know
It's not going to stop
It's not going to stop
It's not going to stop
'Til you wise up

You're sure
There's a cure
And you have finally found it
You think
One drink
Will shrink you 'til you're underground
And living down
But it's not going to stop
It's not going to stop
It's not going to stop
'Til you wise up

Prepare a list of what you need
Before you sign away the deed
'Cause it's not going to stop
It's not going to stop
It's not going to stop
'Til you wise up
No, it's not going to stop
'Til you wise up
No, it's not going to stop
So just...give up


Runaway Train

Siapa bilang kita tak bisa meninggalkan segala sesal? aku berlari meninggalkan semua yang membuatku tak hidup. Siapa bilang kita tak bisa mendapatkan kebahagiaan di tempat yang kita tuju? siapa yang tahu bahwa berjuta masalah ini akan menghilang dengan cepat? kebebasan itu ada di depan. Jalan keluar itu mungkin masih jauh, mungkin pula tak terjangkau, namun apa salahnya dicoba walau itu berarti kita tak punya jalan pulang.


Runaway Train
oleh Soul Asylum



Call you up in the middle of the night
Like a firefly without a light
You were there like a blowtorch burning
I was a key that could use a little turning

So tired that I couldn't even sleep
So many secrets I couldn't keep
Promised myself I wouldn't weep
One more promise I couldn't keep

It seems no one can help me now
I'm in too deep there's no way out
This time I have really led myself astray

Runaway train, never going back
Wrong way on a one-way track
Seems like I should be getting somewhere
Somehow I'm neither here nor there

Can you help me remember how to smile?
Make it somehow all seem worthwhile
How on earth did I get so jaded?
Life's mystery seems so faded

I can go where no one else can go
I know what no one else knows
Here I am just a-drownin' in the rain
With a ticket for a runaway train

And everything seems cut and dried
Day and night, earth and sky
Somehow I just don't believe it

Runaway train, never going back
Wrong way on a one-way track
Seems like I should be getting somewhere
Somehow I'm neither here nor there

Bought a ticket for a runaway train
Like a madman laughing at the rain
A little out of touch, a little insane
It's just easier than dealing with the pain

Runaway train, never going back
Wrong way on a one-way track
Seems like I should be getting somewhere
Somehow I'm neither here nor there

Runaway train, never coming back
Runaway train, tearing up the track
Runaway train, burning in my veins
I run away but it always seems the same

Jumat, 24 Juni 2011

Wonderful

Kau begitu mengagumkan sebagai ciptaan yang Maha Ada. Bagaimana mungkin makhluk hidup seindah ini bisa hadir di kehidupan? aku tentu saja mengagumi Sang Pencipta dan ciptaan-Nya, namun untuk hidup yang fana ini, ciptaan-Nya itulah yang membuatku merasa bahagai di dalam hidup. Walau bentuk interaksi itu hanya memandangnya sahaja. Bagiku, kau indah hanya dengan eksistensimu dan tak memerlukan apa pun yang lain...bagaimana mungkin aku mendekatimu bila aku tak mengetahui rahasia kecil menyumbumu dengan santun?



Wonderful
Oleh Adam Ant

Did I tell you how much I miss
Your sweet kiss?
Did I tell you I didn't cry?
Well I lied
I lie lie lied
Over real over
When I nearly hit the face I loved
So tired of packaging the anger
Always pushing you away

Did I tell you you're wonderful?
I miss you yes I do
Did I tell you that I was wrong?
I was wrong
Cos you're wonderful yeah

Did I tell you how much I miss
Your smile?
Did I tell you I was okay?
Well no way
No way way way

You're wonderful yeah yeah

Now now now each and every day
I realize the price I have to pay
You you're wonderful
And now for your information
I'm walking around like an arm decoration

You you're wonderful
So high I can't get over it
So deep I can't get under it
You
You're wonderful yeah
You're wonderful yeah yeah
You're wonderful yeah yeah
You're wonderful yeah yeah
Wonderful

Did I tell you you're wonderful?
I miss you yes I do
Did I tell you that I was wrong?
I was wrong
For so long long long

You Come To My Senses

Bagiku sekarang tidak ada yang lebih nyata selain ketidakhadiran. Aku mengingatmu dan sepertinya kau selalu ada di hadapanku. Inilah paradoks interaksi antara yang ada dan tiada. Ketika kau ada aku cenderung tak memperhatikanmu. Ketika kau tak ada, kau malah begitu nyata hadir di dalam hati dan ingatanku. Di mana sekarang kau berada? apakah bersama angin dan burung-burung yang beterbangan di pantai sepi ini? apakah bersama pepohonan dan jurang yang sepi di sepanjang bukit Manoreh yang kukunjungi sehari sebelumnya?

Bagiku sekarang ini selalu ada yang menetap di kenangan: kau yang telah pergi untuk selamanya bertahun lalu.


You Come To My Senses
Oleh Chicago

I picture you on the beach
Lying in the sand
Out of reach of my trembling hands
I picture you in the car
Blonde hair in the wind
I picture you in my arms
And the touch of your skin
The smile on your face
The way that you taste

You come to my senses
Every time I close my eyes
I have no defenses
Driving home in the cold
January rain
I've got to find my way out of this pain
I reached for you in the night
I dreamed of your kiss
I woke before it got light
With your name on m lips
Alone in my bed
Your voice in my head

I picture you in my arms
And the touch of your skin
The smile on your face
The way that you taste
You come to my senses
I can't stop this ache inside
Oh, I have no defenses
You come to my senses
Ah...

Rabu, 22 Juni 2011

Low

Di dalam interaksi dengan manusia lain kita tetap akan selalu memiliki dua kemungkinan, saling mencerahkan atau saling menguasai, baik secara langsung melalui dominasi, maupun secara tak langsung atau wacana, melalui hegemoni. Tentu saja ada gradasi di antaranya, namun kita sangat mungkin tidak bisa menghindari interaksi yang "menjemukan" seperti itu. Manusia lain yang awalnya kita kira oke, ternyata teruk adanya: membuat kita tertekan, merasa berguna, bahkan terendahkan sebagai manusia. Semoga kita tidak menjadi orang yang tidak beruntung seperti itu.

Kira-kira dilema interaksi dengan manusia lain yang tidak mengenakkan termaktub dalam lagu ini:

Low
oleh Cracker



Sometimes I wanna take you down
Sometime I wanna get you low
I brush your hair back from your eyes
I take you down let the river flow

Sometimes I go and walk the street
Behind the green sheet of glass
A million miles below their feet
A million miles, a million miles

I'll be with you girl
Like being low
hey hey hey like being stoned
I'll be with you girl
Like being low
hey hey hey like being stoned.

A million poppies gonna make me sleep
But just one rose it knows your name
The fruit is rusting on the vine
The fruit is calling from the trees

Hey don't you wanna go down
Like some junkie cosmonaut
A million miles below their feet
A million miles a million miles

Blue blue is the sun
Brown brown is the sky
Green green are her eyes
A million miles a million miles

Hey don't you wanna go down
Like some disgraced cosmonaut
A million miles below their feet
A million miles a million miles

Selasa, 21 Juni 2011

Manifesto Menulis Terkini


Baru saja antusiasme menulis saya kembali setelah sekitar dua minggu memudar. Hal yang saya takutkan adalah antusiasme tersebut tambah memudar dan lama-kelamaan hilang. Gambaran itu menakutkan sekali bagi saya. Saya sendiri baru mendapatkan antusiasme menulis dengan relatif konsisten dua tahun terakhir. Mempertahankannya saya tahu pasti adalah pekerjaan yang sulit. Saya yang pernah merasakan hal itu sebelumnya tak ingin kembali pada masa "jahiliyah" seperti dulu itu. Hal yang paling saya inginkan adalah kemampuan dan antusiasme menulis itu tidak menghilang, dan pada akhirnya menulis benar-benar menjadikan saya lebih baik lagi, sebagai profesional atau pun sebagai individu. Bila Miyamoto Musashi menjadikan "jalan pedang" sebagai hidupnya, saya ingin menjadikan keyboard jalan hidup. Saya ingin benar-benar bisa menulis dengan baik dan menghasilkan karya-karya yang bagus atau semaksimal yang saya mampu.

Kehilangan 408 tulisan di Facebook menyebabkan saya sangat sedih kemarin, tapi kini tidak lagi. Tidak ada lagi yang membuat saya sedih sejak tahun 2007 sampai sekarang, apalagi hanya "sekadar" hilang tulisan-tulisan biasa. Kemungkinan kehilangan orang-orang yang dicintai, antara lain para sahabat sepanjang membuat saya betul-betul takut. Syukurlah, semua orang yang saya sayangi itu tetap ada di samping saya sampai sekarang dan orang-orang yang "teruk" bagi hidup saya, pelan tapi pasti telah saya singkirkan. Kehilangan tulisan di notes FB tidak akan membuat saya sangat sedih. Lagipula saya memiliki salinan semua tulisan tersebut, namun yang saya sedih adalah kehilangan komentar dari rekan-rekan yang rata-rata positif. Semua komentar dan masukan tersebut memang tak tertera lagi di Facebook namun saya yakin semua saya catat dengan baik di ingatan dan hati saya. Semua komentar itu tanpa terkecuali membuat saya terus optimis dalam menulis. Saya telah belajar banyak melalui menulis. Menulis bersama di mana rekan-rekan yang lain saling membantu dengan kolaboratif.

"Cara" untuk memudarkan kesedihan tersebut juga datang tak sengaja, tak direncanakan. Saya membaca kembali karya dari salah satu penulis favorit saya, Haruki Murakami, "What I Talk about When I Talk about Running"(2008), dan seperti biasa, membaca karya Murakami berarti kita akan mendapatkan pencerahan. Kali kedua saya baca buku ini saya tetap terinspirasi dengan untaian kata-kata di tiap paragraf yang dia tulis. Dia mengatakan dengan langsung bahwa baginya menulis adalah jalan hidup. Jalan hidup yang berurusan dengan diri kita sendiri bukan orang lain. Orang lain ada untuk berinteraksi dengan karya kita, namun dalam hal proses mengkreasinya, kita mesti bergantung dengan diri sendiri.

Ini yang dituliskan oleh Murakami dengan agak panjang di halaman 10 buku tersebut ketika membandingkan berlari dan menulis (novel):... The same can be said about my profession. In the novelist's profession, as far as I'm concerned, there's no such thing as winning or losing. Maybe numbers of copies sold, awards won, and critics' praise serve as outward standars for accomplishment in literature, but none of them really matter. What's crucial is whether your writing attains the standards you've set for yourself. Failure to reach that bar is not something you can easily explain away. When it comes to other people, you can always come up with a reasonable explanation, but you can't fool yourself. In this sense, writing novels and running full marathons are very much alike. Basically a writer has a quiet, inner motivation, and doesn't seek validation in the outwardly visible.

Karena itulah, demi antusiasme menulis yang terus terjaga, demi langkah ke depan yang sekiranya bagus bila diupayakan maksimal, dan demi masa lalu, terutama keburukan-keburukannya yang telah saya lupakan dan maafkan, saya ingin menulis setiap hari tanpa berhenti di blog ini selama minimal setahun. Sampai tanggal 21 Juni 2012 saya akan menulis minimal satu tulisan di sini. Saya tahu bahwa menulis adalah salah satu jalan terbaik bagi saya untuk meningkatkan diri. Saya ingin belajar sekeras mungkin melalui menulis. Saya ingin mencapai banyak hal dengan menulis. Semoga sang Pemberi Hidup menyertai....

Senin, 20 Juni 2011

BBB (Belajar Bermedia Bersama) 20-21

Dalam waktu dua minggu ini paling tidak ada tiga kejadian yang cukup layak dikomentari. Tiga kejadian itu adalah kasus promosi peti mati oleh seorang penulis buku, sebuah stasiun radio yang tidak mau memutar lagu “Indonesia Raya”, dan tertangkapnya ratusan warga asing, Taiwan dan Cina, yang melakukan kejahatan dunia maya di Indonesia. Pertama, kasus promosi sebuah buku melalui pengiriman peti mati ke beberapa pihak, antara lain perusahaan media terkemuka, oleh salah seorang penulis buku yang juga berprofesi sebagai konsultan pemasaran, segera menimbulkan polemik: apakah promosi melalui peti mati itu bentuk kreativitas atau pelanggaran etika, bahkan pelanggaran hukum? Menurut saya promosi itu adalah pelanggaran etika karena bagaimana pun juga yang namanya kreativitas tetaplah berada dalam bingkai etika. Etika yang dilanggar yang utama adalah “etika” sosial, di mana peti mati masih dianggap sebagai barang yang sakral dan menimbulkan efek menakutkan karena merupakan simbol kematian. Perusahaan media yang dikirim peti mati tersebut wajar langsung melaporkannya ke polisi. Mereka pasti kaget, apalagi baru-baru saja terjadi tindakan pengiriman bom buku yang telah dibongkar oleh polisi tersebut. Perusahaan media juga pantas “sedih” karena menganggap peti mati tersebut adalah simbol “kematian” media dalam menjalankan fungsinya sebagai “anjing penjaga” demokrasi.

Kedua, ketidaktegasan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai regulator media. Sudah jelas ditentukan bahwa setiap institusi media penyiaran mesti mesti membuka dan menutup siarannya dengan lagu “Indonesia Raya” sebagai wujud pengakuan bahwa media penyiaran merupakan bagian dari negara kesatuan Indonesia. Salah satu stasiun radio ternyata tidak mau memutar lagu “Indonesia Raya” karena format stasiun mereka memang tidak memutar lagu. Anehnya, salah seorang komisioner KPI dengan entengnya memaklumi hal tersebut dan menjadi “juru bicara” stasiun radio tadi tanpa memberikan argumentasi yang kuat padahal untuk pelanggaran di bidang yang lain, KPI bisa sangat “galak”. Bagaimana mungkin KPI bisa menjalankan tugas dengan baik dan dihargai oleh pihak lain bila melakukan standar ganda seperti itu?

Terakhir, adalah penangkapan sekitar 300 orang warga negara RRC dan Taiwan di Indonesia karena melakukan kejahatan di dunia maya. Kemungkinan besar mereka yang mengirim sms dan email penipuan yang sangat marak belakangan ini. Penangkapan ini bersamaan dengan beberapa penangkapan lain di negara-negara ASEAN. Pemerintah Cina berkoordinasi dengan negara-negara Asia Tenggara untuk melakukan penangkapan yang serentak agar kejahatan dunia maya tersebut benar-benar terbongkar. Sayangnya, kita sebagai khalayak media tidak mendapatkan informasi berapa kerugian yang diderita warga negara kita dan cara sindikat kejahatan itu bekerja. Hal lain yang juga penting adalah bagaimana cara pihak berwenang meningkatkan pemahaman literasi media baru di masyarakat. Bila masyarakat paham dengan baik, kerugian bisa diminimalisir.

Hal lain yang tidak muncul di media belakangan ini namun sangat penting untuk didiskusikan adalah rencana penyiaran digital yang dilakukan oleh pemerintah. Saya jadi agak tahu urusan ini karena saya membantu rekan-rekan dari pemerintah (Kominfo) mencoba memahami kesiapan stasiun-stasiun televisi lokal dalam digitalisasi penyiaran televisi. Ada dua hal sementara ini yang dapat saya pahami. Pertama, sosialisasi penyiaran digital belum cukup bagus dan implementatif di lapangan sehingga masih ada ketidaksamaan pemahaman atas kebijakan tersebut. Kedua, informasi tentang penyiaran digital tidak menyentuh salah satu hak warga yang paling dasar, hak atas informasi dan berkomunikasi, sesuai amanat konstitusi. Warga yang menjadi “sasaran” dari kebijakan tersebut nyaris tidak mendapatkan informasi yang mudah didapat dan dicerna berkaitan dengan digitalisasi penyiaran, bahkan dengan sistem penyiaran yang sekarang pun tidak semua warga terfasilitasi untuk mendapatkan informasi melalui media penyiaran dengan memadai.
Negara ini memang mesti banyak berbenah. Kita semua mesti berusaha menegakkan hak warga untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan baik.

Minggu, 19 Juni 2011

Closing Time


Rasanya menyedihkan juga kehilangan sesuatu atau seseorang padahal dia bertahun-tahun berusaha kuat dan terbiasa dengan kehilangan. Namun rasa kehilangan memang tak mudah dihadapi. Sepanjang kita hidup rasa kehilangan pasti hadir, diakui ataupun tidak. Itulah yang terjadi pada dirinya ketika kira-kira dua minggu lalu 408 tulisan yang dipublikasi di FB-nya hilang tak berbekas, bahkan tanggal persis kejadian tersebut tidak dia ingat-ingat sebagai cara melupakan kehilangan itu. Dia telah mengirim email ke administrator situs jejaring sosial itu namun hanya ada satu balasan formal yang sepertinya berasal dari “mesin penjawab” email otomatis. Kesedihannya pun menipis oleh beberapa penghiburan dari rekan-rekannya.

Semua tulisannya sudah di-backup, namun yang menyedihkan adalah kehilangan komentar rekan-rekan yang ada di semua tulisan itu (notes), komentar yang baik atau pun buruk. Detik ini dia tidak begitu sedih lagi. Efek yang masih tersisa adalah keengganannya untuk menulis cepat dan rutin belakangan ini, padahal cukup banyak yang bisa ditulis, dikomentari, diulas, dan “dihampai”. Namun pada akhirnya dia tetap harus menulis juga. Menulis itu harus terus-menerus. Bila pun berhenti, pemberhentian itu sebaiknya sebentar saja agar kemampuan menulis tidak tergerus pelan-pelan. Setiap kecakapan bagaimana pun juga akan berkurang dan pada akhirnya menghilang bila tak digunakan.

Kini baginya menulis bukan hanya berfungsi untuk berpendapat dan berekspresi atas sesuatu yang nyata dan tak nyata, namun juga untuk menghilangkan duka, atau paling tidak mengurangi dampak kesedihan dan luka. Dengan menulis, hati bisa hampa atau netral kembali dan siap kembali menghadapi hidup, untuk yang baik atau pun yang buruk. Dia selalu percaya, suka dan duka itu tidak berurutan, ada yang menjembataninya: kehampaan. Sehabis bahagia atau pun sedih pasti ada fase ini agar kita bersiap lagi pada sesuatu yang lain, kebahagiaan atau kesedihan yang sama atau sebaliknya, sesuatu yang berbeda.

Kini dia sudah siap lagi menulis kembali. Menulis yang walaupun hasilnya masih biasa-biasa saja, tetaplah dia jalani dengan antusias. Tidak ada sesal berlebihan pada sesuatu yang sudah lewat kemarin. Hanya ada antusiasme dan optimisme baru untuk tiap langkah ke depan. Memang apa lagi yang bisa kita lakukan selain menghadapi hidup dengan sebaik-baiknya? Menulis adalah salah satu kemampuan yang dia miliki dan sumber kebahagiaannya, tak mungkin dia tinggalkan begitu saja.

Dia justru menikmati fase “kehampaan” itu. Fase jeda tipis di antara kebahagiaan dan kesedihan. Rasa yang paling mencerahkan bukan pada salah satu rasa yang jelas namun transisi di antaranya. Apa pun yang terjadi nanti dia hanya ingin berbuat dengan sebaik-baiknya yang dia mampu. Kini saatnya menutup kemarin rapat-rapat dan mengambil pelajaran dari semua kesalahan dan inspirasi dari sedikit kesuksesan. Dia tersenyum sambil menulis, kesadaran tipis dia dapati, “every new beginning comes from some other beginning's end” seperti yang dilisankan salah satu band favoritnya di masa lalu, Semisonic dari album mereka tahun 1998, Feeling Strangely Fine. Pemahaman yang sebenarnya biasa namun kali ini dia rasakan begitu bermakna. Dia benar-benar siap untuk menutup masa lalu dan “membuka” berbagai kemungkinan pada tiap jangkauan ruang dan waktu ke depan.

#####

Closing Time
Oleh Semisonic
Closing time
Open all the doors and let you out into the world
Closing time
Turn all of the lights on over every boy and every girl
Closing time
One last call for alcohol so finish your whiskey or beer
Closing time
You don't have to go home but you can't stay here
I know who I want to take me home
I know who I want to take me home
I know who I want to take me home
Closing time
Time for you to go out to the places you will be from
Closing time
This room won't be open till your brothers or your sisters come
So gather up your jackets, move it to the exits
I hope you have found a friend
Closing time
Every new beginning comes from some other beginning's end
I know who I want to take me home
I know who I want to take me home
I know who I want to take me home
Take me home

Rabu, 15 Juni 2011

Tiny Dancer


Aku mencintaimu, dan itu belum menjelaskan banyak hal. Aku membencinya, dan hal itu telah menjelaskan semuanya. Bila benci adalah oposisi biner-nya cinta, apa oposisi biner-nya hampa? Aku merindukanmu sungguh kini. Kau tak pernah ada dalam semua perjalanan yang kutempuh. Aku tak pernah lagi bisa menemukanmu.

Kau pasti tahu dunia baru yang muncul ketika kita bersama. Dunia baru seutuhnya hanya ada kita berdua. Bukannya manusia lain tak ada, namun sungguh bila kau ada, aku tak peduli apakah mereka semua ada atau tiada. Dunia ketika kasmaran adalah dunia yang dibentuk oleh kekaguman, cinta, dan optimisme berlebih. Kau pasti tahu itu karena dahulu dunia itu kita bangun bersama.

Kau tahu dunia yang terbangun dari dualisme oposisi biner pasti saling menisbikan yang lain. Dunia kita tidak. Dunia kita itu dualitas. Satu dalam dua. Dua dalam satu. Mirip dengan filosofi dua pedangnya Miyamoto Musashi. Dua adalah satu karena sumbernya tunggal. Eksistensi kita melengkapi satu sama lain karena kita berasal dari sumber yang sama. Ketiadaanmu dirimu kini membuat duniaku tak penuh lagi. Pada titik ini dualitas jadi mematikan karena ketiadaan agen lain. Kau adalah agen yang menghidupkan diriku dan duniaku.

Suatu kali dulu itu kita pernah mengobrol atau tepatnya meracau. Kau lelaki aku perempuan. Kau kaya aku papa. Kau pintar aku biasa. Kau negara kaya aku negara berkembang. Kau kapitalis aku imbas imbis. Kau seseorang aku bukan siapa-siapa. Kau tahu aku tak tahu. Kita bisa terus merentengkan oposisi biner sebanyak kata benda dan kata sifat yang ada, sampai pada satu titik, kau mengatakan aku adalah kehampaan dan dirimu pun kau akui adalah kehampaan yang lain. Pada titik ini kita adalah kehampaan yang sama. Menghampar tak bertepi seperti kerinduanku padamu kini.

Kau tahu dunia kini tak sama lagi ketika kau tak ada. Semua sama semua rata. Lagu-lagu indah tak lagi berasa. Kalimat-kalimat puitis muncul tak manis. Hanya satu teks media yang tetap bagus. Film “Almost Famous” kesukaanmu. Semua informasi dan tafsirannya terasa indah dan menghajar sukma, terutama lagu “Tiny Dancer” yang menjadi salah satu lagu OST film yang dirilis tahun 2000 itu. Namun keindahan itu pun semakin memudar seiring dengan waktu. Seiring semakin lamanya kau menghilang.

Kau pastinya tahu dunia tak lagi sama tanpa dirimu. Namun bukankah aku tetap harus menjalani hidup? Hidup sekalipun tak indah dan tak menarik seperti sekarang ini tetaplah layak dijalani. Sekalipun kau protes sangat keras pada Pemberi Hidup, kau tidak dapat melakukan apa pun selain tetap hidup. Memangnya ada kehidupan lain yang bisa kau jalani?

Ketika aku menyintaimu, sangat banyak hal ingin kuceritakan, begitu banyak soal ingin kubagi. Seakan hal-hal indah tak bisa habis kita jalani bersama. Namu ketika aku membenci dirinya, itu telah cukup untuk semuanya. Aku tidak ingin membagi secuil apa pun dari diriku padamu. Malah, aku menyesal pernah berbagi banyak hal pada masa kemarin itu. Dirinya itu adalah dirimu dalam versi yang lain. Dirimu ketika tidak ada cinta untukku di sana. Diri yang tidak bisa didualitaskan pada diriku. Walau begitu, tidak ada yang perlu disesali. Beginilah hidup yang fana, ada lautan manusia yang saling menyinta, ada juga yang saling membenci, dan ada juga yang saling menghampa dengan atau tanpa prahara. Diriku sendiri adalah yang pertama dan utama untuk tempat bergantung. Tiada ada manusia lain yang terlalu penting bila ingin berhadapan dengan hidup yang kita jalani. Dalam hidup dualisme dan dualitas pun selalu ber-oposisi biner.

Selamanya.

#####

Fiksi singkat ini sangat bergantung pada lagu indah ini:

Tiny Dancer
Oleh Elton John

Blue jean baby, L.A. lady, seamstress for the band
Pretty eyed, pirate smile, you'll marry a music man
Ballerina, you must have seen her dancing in the sand
And now she's in me, always with me, tiny dancer in my hand

Jesus freaks out in the street
Handing tickets out for God
Turning back she just laughs
The boulevard is not that bad

Piano man he makes his stand
In the auditorium
Looking on she sings the songs
The words she knows, the tune she hums

But oh how it feels so real
Lying here with no one near
Only you, and you can hear me
When I say softly, slowly

Hold me closer tiny dancer
Count the headlights on the highway
Lay me down in sheets of linen
you had a busy day today

Blue jean baby, L.A. lady, seamstress for the band
Pretty eyed, pirate smile, you'll marry a music man
Ballerina, you must have seen her dancing in the sand
And now she's in me, always with me, tiny dancer in my hand

But oh how it feels so real
Lying here with no one near
Only you, and you can hear me
When I say softly, slowly

Rabu, 01 Juni 2011

Menuju Pintu

Hari baru saja dimulai ketika kita berdebat:

Ruang hampa di antara dua manusia mungkin saja ruam luka

Habitus itu cara kita mensyukuri dan merapalkan interaksi

Dualitas itu semu bila kita selalu berpikir hirarkis antagonistik



Kita ini adalah hati yang bebas

Kita ini berbicara namun sebenarnya tak berdialog

Kita ini di sini berusaha mendaku hidup sendiri-sendiri

Kesimpulan dan saran baru diputuskan kala hari nyaris selesai



Hanya sepi menghujam di dalam tak ada lain ketika sore yang panjang

Apa lagi yang kita punya selain beberapa langkah ke depan, keputusan akhir, dan harapan-harapan tak kosong?

Sebuah jalan keluar

Menuju bukan "kita"

BBB (Belajar Bermedia Bersama) 20


Sepakbola selalu menjadi obyek yang menarik bagi media kita. Di minggu terakhir di bulan Mei 2011 atau minggu ke-20 di tahun ini berita tentang sepakbola sangat mendominasi. Mulai dari berita-berita tentang laga akhir liga-liga Eropa sampai pemberitaan menjelang final Piala Champions. Seminggu penuh berita tentang partai puncak kejuaran antar klub nomor wahid di Eropa itu mendominasi berita. Para penggemar sepakbola sangat antusias menyambut partai final tersebut dan media kemudian memberikan informasi dan berita yang sangat lengkap. Mungkin karena terlalu antusias beberapa media online langsung menasbihkan partai final antara Manchester United versus Barcelona adalah partai final terbaik dekade ini. Hal ini aneh sekali karena penilaian sebuah partai terbaik atau bukan pastinya post-factum, setelah pertandingan terjadi. Terbukti, partai final kemarin yang dimenangkan oleh Barcelona 3 – 1 bukanlah pertandingan yang “bagus” melainkan pertandingan tak seimbang dan didominasi oleh Barcelona.
Berita tentang kisruhnya PSSI juga masih mengemuka namun media sepertinya sudah “lelah” dan posisinya tidak sekuat sewaktu “menurunkan” Nurdin Halid. Satu lagi pemberitaan sepakbola yang relatif luput dari media adalah lolosnya Persiba Bantul ke ISL (Indonesian Super League). Hal ini juga menunjukkan bagaimana media lokal berpotensi menjadi media yang penting untuk kejadian lokal. Ketiadaan berita yang memadai tentang lolosnya Persiba Bantul di media nasional, kecuali sebuah tabloid olahraga, sungguh unik. Ternyata ketersediaan berita yang mirip muncul di media lokal, terutama suratkabar. Saya membaca tiga suratkabar lokal Yogya dan tidak ada berita yang memadai yang memberikan informasi yang lengkap dan disampaikan dengan asyik. Jumlah informasinya memang lebih banyak dari suratkabar nasional, namun berita lolosnya Persiba Bantul tersebut disampaikan dengan “kaku” dan tidak intim.
Ketiadaan informasi yang memadai di media massa berlanjut ketika saya coba mengulik informasi lebih jauh mengenai Persiba Bantul, misalnya saja seperti apa skuadnya, bagaimana dengan hasil pertandingan menuju tangga juara, siara pencetak gol dan pemberi assist terbanyak. Informasi yang ada di internet memang lumayan memadai. Saya mendapatkan situs yang mendokumentasikan perjalanan Persiba Bantul menjadi juara. Sayangnya informasi tersebut hanya berupa skor bukan reportase jalannya pertandingan. Satu situs lagi, paserbumi, yang dirilis oleh pecinta Persiba Bantul memang sangat informatif. Saya kita ini sumber informasi terbaik untuk melihat perjalanan Persiba Bantul musim ini. Namun tetap disayangkan bila Persiba Bantul tidak memiliki situs resminya sendiri. Selain itu secara mengejutkan saya mendapatkan informasi yang cukup banyak di sebuah game komputer bernama Football Manager 2011. Game memang bentuk pesannya “fiksional” namun database game tersebut sangat bagus. Saya mengetahui skuad atau formasi pemain Persiba Bantul di awal tahun dari game ini. Informasi yang bagus karena saya paling tidak tahu sejarah karir seorang pemain (walau perlu diklarifikasi). Aspek historis pemain ini tidak ada di situs paserbumi. Informasi mengenai pemain yang ada adalah informasi yang statis dan kurang kaya. Melalui game tersebut sebagai sumber informasi “terakhir”, paling tidak ada informasi yang bisa saya akses dan memperkuat struktur pengetahuan sendiri mengenai Persiba Bantul. Saya mencoba menggerakkan “mesin” literasi di pikiran, hati, dan laku mengakses pesan.
Satu peristiwa lain yang sayang untuk dilewatkan berkaitan dengan fenomena media baru dan respon atasnya yang benar-benar “aneh”. Kemarin, mungkin baru pertama-kali terjadi di Indonesia, seorang presiden memberikan klarifikasi atas SMS yang tidak jelas kebenarannya dengan emosional. Hal ini semakin memperkuat label bahwa sang presiden adalah presiden “menye-menye”, yang lebih mengutamakan hal-hal tak penting semisal perasaan personal dan citranya namun tak begitu peduli dengan bencana lumpur Lapindo yang sudah berlangsung selama lima tahun. Apa ada konferensi darinya berkaitan dengan bencana yang sudah terjadi selama setengah dekade itu?
Saya sebagai salah satu warga negara jengah dengan isi SMS itu, yaitu pada bagian terakhir yang mengada-ada namun mengenai korupsi dan hal-hal penting lainnya layaklah diungkap oleh polisi. Presiden menjalankan tindakan komunikasi pemerintahan yang buruk karena justru merespon isu, desas-desus, dan gosip, bukannya merespon hal-hal riil dan melakukan tindakan nyata. Pemberitaan di media, terutama istilah “penjemputan” ke Singapura sebenarnya menunjukkan ada sesuatu yang tersembunyi namun terlihat dengan jelas di media bila informasi tersebut dirangkai dengan baik karena pernyataan-pernyataan dari partai sang presiden tidak konsisten pada kejadian. Bila saja presiden tidak emosional dan bertindak komunikasi secara proporsional kita, warga negara, akan belajar bahwa menggunakan media baru itu semestinya berhati-hati. Bahwa penggunaan media baru tidak boleh merugikan pihak lain seperti yang termaktub dalam UU ITE. UU ITE semestinya tidak hanya mengurusi “cara” mengekang warga namun semestinya pada pemenuhan hak warga untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi. Sungguh, kasus ini berharga bila dikaitkan dengan konteks yang lebih luas, bukannya aspek emosional yang sudah cukup dituangkan dalam lagu-lagu.
Kita tunggu saja bagaimana “drama” politik ini terus berjalan. Akting pihak mana yang lebih mempan bagi masyarakat. Hal yang jelas adalah politik “teraniaya” tidak bisa lagi digunakan karena penguasa kok teraniaya. Entahlah, saya menunggu kelanjutannya dengan biasa saja, tak terlalu antusias. Saya malah sangat antusias menunggu beberapa bulan ke depan ketika Persiba Bantul tampil di kompetisi tertinggi di Indonesia, syukur-syukur bisa mentransfer Irfan Bachdim dan atau Boaz Salossa…hehe…saya juga sedang menghitung kemungkinan untuk mengakses tiket terusan untuk pertandingan kandang Persiba Bantul dan musim depan berusaha mendokumentasikan perjalanan Persiba Bantul melalui tulisan. Hari-hari ke depan sungguh mengasyikkan.

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...