Betapa bahagianya dirimu,
memulai pagi dengan setangkai mawar.
Mengulasi hari dengan sekuntum hasrat.
Dalam kemasan kecil tentu saja.
Merah, kering, dan terekam dengan baik.
Betapa bahagianya dirimu,
mengakrabi citra dirinya dengan berdenting harpa
Meruapi senja bersama sedenting sayang.
Dalam renungan bergema pastinya.
Merdu, bersih, dan tersimpan dengan hati-hati.
Betapa bahagianya dia.
Kau cintai dengan sepenuh raga, melebihi cintamu pada segelas kopi dan berbait-bait puisi.
Tak ada yang berlebihan dalam menyayangi.
Betapa hampanya dirimu dan dia bila tak saling menyapa.
Dalam hidup ini tentu saja ada pengorbanan satu dua kali.
Tak ada ruang dan waktu dalam mencintai.
Betapa rapuhnya kita.
Semesta memberi banyak namun kita tak bisa menerima semuanya.
Dia, aku, atau siapa pun hanyalah mengada dalam fragmen-fragmen kecil.
Di hati, hanya di hatimu dia berubah menjadi narasi besar.
Bagaimana dia, terlihat atau berahasia, mengekspresikan cinta?
Tentunya bukan hanya melalui sekuntum mawar dan berdenting harpa.
Kita ini penyaksi dalam hidup yang profan dan sakral
Dia itu ada dan terus berharap
Apakah akan selamanya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar