Jumat, 18 Maret 2011

Mawar dan Harpa

Betapa bahagianya dirimu,

memulai pagi dengan setangkai mawar.

Mengulasi hari dengan sekuntum hasrat.

Dalam kemasan kecil tentu saja.

Merah, kering, dan terekam dengan baik.



Betapa bahagianya dirimu,

mengakrabi citra dirinya dengan berdenting harpa

Meruapi senja bersama sedenting sayang.

Dalam renungan bergema pastinya.

Merdu, bersih, dan tersimpan dengan hati-hati.



Betapa bahagianya dia.

Kau cintai dengan sepenuh raga, melebihi cintamu pada segelas kopi dan berbait-bait puisi.

Tak ada yang berlebihan dalam menyayangi.



Betapa hampanya dirimu dan dia bila tak saling menyapa.

Dalam hidup ini tentu saja ada pengorbanan satu dua kali.

Tak ada ruang dan waktu dalam mencintai.



Betapa rapuhnya kita.

Semesta memberi banyak namun kita tak bisa menerima semuanya.

Dia, aku, atau siapa pun hanyalah mengada dalam fragmen-fragmen kecil.

Di hati, hanya di hatimu dia berubah menjadi narasi besar.

Bagaimana dia, terlihat atau berahasia, mengekspresikan cinta?

Tentunya bukan hanya melalui sekuntum mawar dan berdenting harpa.



Kita ini penyaksi dalam hidup yang profan dan sakral

Dia itu ada dan terus berharap

Apakah akan selamanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...