Senin, 21 Maret 2011

Collapse Into Now: Memaknai Kondisi Sekarang Sekali Lagi



Beberapa minggu belakangan ini saya bahagia sekali berkaitan dengan media musik rekaman yang saya dengar. Bagaimana tidak bahagia bila tiga band kesukaan saya sejak dulu merilis album baru, yang semuanya bagus sekali. Ketiga album tersebut adalah Duran Duran, “All We Need is Now”, Radiohead, “King of Limbs”, dan satu yang akan coba saya takar, REM, “Collapse Into Now”. Rasa bahagia itu bertambah karena melalui ketiga album yang dirilis di tiga bulan pertama tahun 2011 ini saya bisa mempelajari pimikiran yang mendedah “sekarang” dengan lebih mendalam. Apa yang paling membahagiakan dari aktivitas memaknai teks selain melaluinya kita bisa belajar konsep-konsep besar?



Terdapat dua ide “besar” yang berupaya mengeksplorasi konsep “sekarang” dengan baik, yaitu eksistensialisme dan fenomenologi. Dalam hidup yang indah namun serba permukaan ini, banyak orang berusaha apa yang akan dilakukan nanti dan juga cara mimpi-mimpi diwujudkan. Hal ini dengan mudah kita temui dalam berbagai acara televisi yang sibuk berbicara tentang impian yang mesti dicapai walau sebagaian besar adalah utopia, harapan yang tak mungkin terwujud. Contohnya adalah menjadi kaya dengan cepat dan menjadi orang yang berkulit putih. Atau pembahasan tersebut berada pada sisi sebaliknya, merutuki apa yang terjadi pada masa lalu. Tindakan-tindakan yang dilakukan kemarin ditinjau kembali, bahkan disesali berlebihan. Kondisi sekarang memang tak pernah lepas dari masa lalu atau juga menjadi refleksi atas masa depan namun telaah berlebihan pada keduanya seringkali membuat kita lengah dan abai terhadap kondisi sekarang.



Pada titik ini eksistensialisme dan fenomenologi bermakna banyak. Eksistensialisme membuat kita lebih memahami kondisi “mengada” diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Kemudian keadaan “mengada” itu transenden tentang eksistensi pihak lain. Hal inilah yang membedakan “mengada” dalam pengertian faham eksistensialisme dengan konsepsi cogito ergo sum yang jauh sebelumnya dilansir oleh Rene Descartes. Fenomenologi berawal dari hal yang sedikit berbeda. Walau sama-sama berlokus dalam kedirian, fenomenologi adalah cara personal dan intim dalam menakar kenyataan dan menyampaikannya pada pihak lain. Fenomenologi adalah versi lain dari eksistensialisme yang antara lain mengutamakan pengisahan pada dunia.



Duran Duran dan REM secara eksplisit menyatakan bahwa kondisi sekaranglah yang paling penting dalam memaknai kehidupan. Duran Duran menyampaikan kita tak perlu apa-apa lagi, tidak perlu kemarin atau esok hari. Hal yang kita perlukan adalah sekarang. Tak kurang dan tak lebih. Sementara REM lebih ekstrem lagi. Mereka tergugu dalam kondisi kekinian. Hidup betul dalam kondisi sekarang. Pada titik ini, REM tidak lagi menganggap kondisi kekinian sebagai bagian yang menyedihkan seperti yang dipahami oleh awam dalam eksistensialisme walau mereka juga tidak terlalu mengelu-elukan kondisi sekarang dan mikro sebagai hal yang sangat penting seperti kesalahkaprahan atas fenomenologi bagi sebagian orang.



Album ini dibuka dengan lagu cepat dan sangat dekat dengan eksistensialisme, “Discoverer”. Mengapa kita tidak menjelajahi dunia dengan baik, tak takut, dan lebih sering tertawa mengeksplorasinya? On the city and your skin now, I didn't have to be afraid, I didn't have to feel so stupid, I can see myself , I can feel… Laughing, Discover. Lagu kedua membicarakan hal yang membahagiakan dalam kekinian. Seringkali yang membuat bahagia itu adalah sesuatu yang sederhana, misalnya membunyikan rima dalam sebuah lagu… I think I'll sing in a rhyme, I'll give it one more time, I'll show the kid, how to do it fine, fine fine fine.



Kondisi yang “mengada” yang personal dan transenden muncul dalam lagu yang mengingatkan kita bahwa REM masihlah besar, “Uberlin”, … I know, I know, I know what I am chasing, I know, I know, I know that this is changing me, kesadaran bahwa diri selalu berubah. Kesadaran bahwa diri selalu mengejar sesuatu. Namun kita tak pernah lepas dari orang lain, manusia “mengada” yang lain…Hey now, take the U-Bahn, five stops, change the station, Hey now, don't forget that change will save you, Hey now, count a thousand-million people, that's astounding, Chasing through the city with their stars on bright. Lagu yang mirip adalah lagu “That Someone Is You”. Lagu yang menunjukkan orang lain adalah penting, berlawanan dengan manifesto yang seringkali dikutip dari Jean Paul Sartre, "neraka adalah orang lain",…. That someone is you, That someone is you, That someone has pulled me up and out of cartoon quicksand, Pulled me up and out of me!



“Mengada”-nya diri tidak akan dapat dilepaskan dari tempat. Kita berdiri dan berubah diawali dari suatu tempat…this place needs me here to start this place is the beat of my heart….storm didn't kill me, the government changed, hear the answer call, hear the song rearranged, hear the tress, the ghosts and the buildings sing, with the wisdom to reconcile this thing. Bahkan dalam beberapa kasus telaah eksistensialisme menganggap tubuh sebagai "lokasi" terkecil diri. Lagu kelima adalah lagu terbagus di album ini menurut saya. Menunjukkan bagaimana mereka masih belum kehilangan taji. Lagu ini mengingatkan pada lagu-lagu mereka sampai era “Out of Time” (1991), yang bernuansa akustik dan harmonisasi vokal. Apa lagi yang membahagiakan selain sesuatu yang terjadi, sesuatu yang terwujud… It happened today. Hooray! Hooray!, It happened. Hip, hip, hooray!



Sementara itu kesadaran “mengada” akan waktu terpermanai secara jelas di lagu “Every Day Is Yours to Win”. Setiap hari adalah momen yang mesti kita “menangkan” dalam level diri. Hari ini, bukan kemarin atau esok. Kita adalah “pahlawan” untuk diri masing-masing… Every day is new again, Every day is yours to win, And that's how heroes are made, I wanted (I wanted) to win (to win), so I'd said it again: That's how heroes are made. Walau begitu, tak apa bila kita ingin mengamati lagi masa lalu, namun kita gunakan dalam konteks kekinian. Hal ini tersirat dalam lagu “Walk It Back”… Time reversing me why erasing me vice and tried to start again… Time, time, time it cannot revive, You, you can't turn away, You asked me to stay, but something needs to change.



Lagu “Alligator Aviator Autopilot Antimatter” adalah contoh jenis “mengada” yang lain, yaitu “mengada” dalam hal memaknai sesuatu. Lagu ini lagu yang paling sulit dicerna maknanya dan musiknya seperti berasal dari album “New Adventure in Hi-Fi” (1996). Itulah sebabnya beberapa review melihat album ini merupakan akumulasi dari beberapa album di masa lalu REM. Di dalam menjelajahi hidup, seringkali kita mengalami kontradiksi dalam “mengada”… I feel like a contradiction, I'm a walking science-fiction, I don't know which way to turn, I've got a lot to learn, I've got a lot of lot to learn.



Album ini sangat bagus. Pada akhirnya tidak hanya membuat kita belajar dan berusaha menjelajahi hidup dengan berani dan sebaik-baiknya, sekali pun misalnya hidup kita sendiri bisa teruk. Album ini juga menunjukkan bahwa masa lalu, juga masa depan, bisa didamaikan untuk kedalaman hari ini, keutamaan sekarang. Album ini membuat rangkaian pikiran dan perasaan dalam mendengarkan semua album REM tergambar dengan oke. Kembali pada karakter eksistensialisme: album yang bagus ketika dimaknai “mengada” sendirian, sekaligus bagus ketika dimaknai “transenden” dalam sebuah kumpulan album.



Penyanyi : R.E.M.

Judul : Collapse Into Now

Tahun : 2011



Daftar lagu:

1. Discoverer

2. All the Best

3. Überlin

4. Oh My Heart

5. It Happened Today

6. Every Day Is Yours to Win

7. Mine Smell Like Honey

8. Walk It Back

9. Alligator Aviator Autopilot Antimatter

10. That Someone Is You

11. Me, Marlon Brando, Marlon Brando and I

12. Blue

2 komentar:

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...