Selasa, 14 Februari 2012

Luky Annash - 180 Derajat

Tahun lalu terdapat tiga album bagus yaitu "180 Derajat" karya Luky Annash, "Venomous" karya Burgerkill, dan "Love Life Wisdom" hasil karya LLW. Ketiga album tersebut masuk dalam jajaran album terbaik Indonesia karena musiknya yang bagus dan liriknya yang "menggedor" jiwa. Bahagia rasanya merasakan ketiga album ini hadir menghiasi indera pendengaran kita. Saya sendiri tidak memasukkan ketiga album ini dalam daftar 15 album Indonesia terbaik tahun 2011 karena terlambat mendengarkan ketiganya dengan intens.



Kali ini saya coba menakar album Luky Annash yang memang bagus dan solid dalam hal pemaparan perasaan dan pemikirannya melalui lirik. Rasanya belum lama kita "dihadiahi" Frau, penyanyi perempuan yang menghasilkan musik bagus yang didominasi piano, kini kita mendapatkan suguhan musik berkelas dari Luky Annash. Sejak lagu pertama kita dibuat kagum oleh kelincahan jari Luky melalui lagu tanpa lirik "Kaki Langit".

Lagu kedua berbincang tentang hal yang familiar bagi kita semua dalam hidup bermasyarakat dan berpolitik, "Kritik Tanpa Solusi". Dengan kalimat yang terus diucapkan dengan lantang pada bagian reffrain menjadikan kita "terwakili" atas rasa sebal yang kita rasakan belakangan ini. Lagu ketiga, "Musik", sepertinya merupakan manifesto diri memilih musik sebagai jalan hidup. Musik bagaimana pun bisa menjadi cara untuk lepas dari masa lalu yang mungkin kelam. Uniknya lirik lagu ini berbicara dengan cara sebaliknya dengan menceritakan bahwa musik adalah bukan dunia nyata.

Lagu berikutnya adalah lagu favorit saya. Selain musiknya yang bagus, lagu ini berkisah hal yang unik dan jarang diangkat dalam sebuah lagu. "Bahasa" adalah elemen penting dalam kontestasi kekuasaan. Simak petikan lirik berikut...aku dan kau berjuang dengan bahasa/...buat tinta membuka semua rahasia. Bongkahan bahasa lewat lirik lagu sekalipun adalah wilayah "pertarungan" seperti yang kita kenal dalam konsepsi wacana. Bahasa juga merupakan ujaran yang bisa dikemas dan "dialirkan" dalam pengertian "pembingkaian".

Walau tidak dengan mudah dipahami, lagu-lagu lain juga berbicara tentang kondisi kekinian kita hidup di perkotaan, orang urban yang "mengada" dalam menghadapi hidup sehari-hari, mulai dari "Pertunjukan Malam" yang berkisah sulitnya memilah dan memilih realita dan "pertunjukan" yang ada di kehidupan bermasyarakat, orang-orang yang tidak menyenangkan dalam "Disturbia" dan "Bajingan Ibukota", dan permintaan pada generasi yang terdahulu dan semacam doa dalam lagu "Dewasa". Sebuah permintaan tulus walau sulit diwujudkan di Indonesia saat ini...ajari aku cara lain untuk berdoa..., mungkin tidak melalui jalan kekerasan dan cara "mendaku" yang berlainan.


Kita pun sebagai pendengar oleh Luky Annash diberikan "cara lain" untuk mendengarkan melalui musik yang bagus dan lirik yang ringkas namun kuat bertenaga.

Daftar lagu:
  1. Kaki Langit
  2. Kritik Tanpa Solusi
  3. Musik
  4. Bahasa
  5. Pertunjukan Malam
  6. Bajingan Ibukota
  7. Dewasa
  8. Disturbia
  9. Jakarta
  10. Siksa
  11. Kaki Langit (Reprise)

2 komentar:

  1. bagaimana ya kalo ada gigs yang mempertemukan Frau dengan Luky Annash? komentarnya dong Mas Wisnu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, saya setuju sekali :) kemungkinan besar saya menontonnya jika gigs seperti itu benar-benar ada

      Hapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...