Jumat, 19 November 2010

That's What Friends are for


Aktivitas yang paling disukainya di pagi hari adalah memilih dan memutar lagu. Ia memiliki keleluasaan memilih lagu yang disukai, merangkaikannya dalam sebuah "playlist" untuk membantunya memasuki hari. Seringkali pilihan acak atas lagu yang diputar mendatangkan kejutan bagi dirinya sendiri. Kejutan yang dibawa sebuah lagu itu antara lain kenangan-kenangan yang tersimpan atasnya. Seringkali kenangan itu sudah hampir ia lupakan di hati dan ingatannya. Bila diibaratkan sungai, kenangan itu sudah berubah menjadi sungai yang kecil alirannya bersama waktu. Namun dengan mendengarkan sebuah lagu, "sungai kecil" itu bisa deras lagi dan membuat kenangan menjadi lebih jelas. Bukan apa-apa, kenangan itu berfungsi untuk dirayakan bila indah dan jadi sarana belajar bila merupakan sebuah kesalahan di masa lalu.



Memutar sebuah lagu, terutama secara acak, di pagi hari baginya juga sebuah metafor. Lagu-lagu itu seperti orang-orang yang memiliki karakter dan "kepribadian". Ada memang orang-orang lain yang secara bersengaja ditemuinya karena memang orang-orang itu berbagi hidup dengannya. Ini dimetaforkan oleh lagu yang memang sengaja dia pilih. Ada juga orang-orang yang tidak terduga yang nantinya bisa ditemui. Biasanya hal ini bisa dimetaforkan oleh lagu yang muncul secara acak dari koleksi lagu yang dia miliki. Putar software pemutar lagu dengan mode shuffle adalah cara terbaik untuk "menemukan" dan menikmati lagu tak terduga. Dalam kehidupan nyata, baik secara langsung maupun dengan media baru, secara tak terduga kita akan bertemu dengan orang-orang tak terduga, terutama teman-teman lama.



Itulah yang dia rasakan ketika secara tak sengaja dia mendengarkan lagu ini, "That's What Friends are for". Lamat-lamat lagu ini sebenarnya telah dia dengar beberapa hari sebelumnya ketika sebuah program televisi memutarnya berkaitan dengan erupsi Merapi. Lagu lagu ini tiba-tiba muncul dalam ingatannya ketika dia membaca novel Haruki Murakami yang berjudul "Sputnik Sweetheart", yang menyoal relasi antar manusia; relasi sebagai teman atau kekasih atau idola. Dia yakin bahwa media lain dan waktu adalah penginsepsi penting bagi kenangan, sementara lagu adalah yang terutama.



Apa itu teman? konsep ini benar-benar unik. Teman adalah orang lain yang bermakna bagi diri. Begitu pikirnya. Namun segera dia bantah sendiri pendapat itu dari benaknya. Musuh juga bisa bermakna bagi diri, antara lain mengingatkan pada hal-hal negatif. Begitu simpulan dalam pikirannya. Teman adalah orang-orang lain di seputar diri kita dengan tanpa memaksa kita menjadi dirinya. Teman selalu membiarkan kita apa adanya, saling mendukung di kala hati lara dan saling mencerahkan hati di saat bahagia. Namun dia sadar teman lebih luas dari itu. Identitas yang kita beri pada kata "teman" juga selalu berubah. Orang-orang lain bisa menjadi teman baik, teman biasa, sekadar kenal, teman yang tidak baik, bahkan musuh pada waktu yang berbeda. Dia tak ingin menafsir lebih dalam lagi. Dia hanya mendengar lagu yang dahulu pernah lekat dengannya.



Lagu ini mengingatkannya pada masa indah di kampung halamannya. Sore yang tenang, hidup yang sederhana, kaset-kaset berbentuk "kotak" yang tidak pas di tangan namun memberikan lirik lagu lengkap. Kaset-kaset bertuliskan "20 Love Songs" yang banyak memuat lagu bagus. Dia tersenyum dan tetap kaget bagaimana kenangan indah bisa teringat kembali hanya oleh sebuah lagu. Kenangan pada pertengahan dekade 1980-an. Lagu ini dinyanyikan oleh Dionne Warwick and Friends. "Friends" itu pun bukan penyanyi biasa karena mereka adalah tiga penyanyi kugiran, Gladys Knight, Elton John dan Stevie Wonder. Lagu yang merupakan cover version dari lagu berjudul sama yang dinyanyikan oleh Rod Stewart pada tahun 1982. Namun lagu versi Dionne Warwick dan teman-teman inilah yang lebih populer.



Lagu ini juga menunjukkan semangat pada orang-orang dekade 1980-an, yang merasa lebih optimis dengan hidup dibandingkan era sekarang. Optimismes bahwa kita bisa saling membantu sesama tanpa melihat faktor-faktor pembeda identitas; agama, ras, ideologi, kelas, gender, etnis, dan umur. Hal yang sama teramati di lagu "We are the World" yang disuarakan oleh USA for Africa dan "Let It Be" yang dinyanyikan oleh Live Aid. Optimisme itu kemudian meredup jauh pada akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an ketika konflik warga dunia semakin mengeras. Tak ada humanisme yang memadai, yang ada hanya perhatian pada faktor-faktor pembeda yang seringkali mematikan.



Dia hanya tersenyum teringat pada kenangan itu, dan juga teringat pada kejadian beberapa hari yang lalu. Sudah lama sekali dia tidak mendengar khutbah yang menyejukkan. Kali ini dia mendengar dan merenunginya dari khutbah Idul Adha yang mencerahkan. Dia juga terinspirasi dari begitu banyak orang yang berkorban untuk sesama pada erupsi Merapi. Sesungguhnya tiap orang berkorban untuk visi hidupnya, untuk orang-orang yg dicintainya, termasuk teman-temannya, dan Sang Pencipta, disadari ataupun tidak, diakui atau pun disembunyikan. Pengorbanan itu pun tak akan sia-sia. Ada ''balasan''-nya, kini atau pun nanti, sedikit atau pun banyak, sepadan atau pun tidak.



Siapa yg tahu satu detik ke depan? Siapa yang tahu apa "balasan" yang akan diberikan teman? dari teman, tanpa balasan tindakan pun pastinya tak apa karena semua didasari oleh hati yang terbuka.



That’s What Friends are for

Dinyanyikan oleh Dionne Warwick and Friends



Verse 1

And I

Never thought I'd feel this way

And as far as I'm concerned I'm glad

I got the chance to say

That I do believe I love you



And if I should ever go away

Well then close your eyes and try to feel the way we do today

And than if you can't remember.....





Chorus

Keep smilin'

Keep shinin'



Knowin' you can always count on me for sure

that's what friends are for



In good times

And bad times

I'll be on your side forever more

That's what friends are for



Verse 2

Well you came and open me

And now there's so much more I see

And so by the way I thank you....





Ohhh and then

For the times when we're apart

Well just close your eyes and know

These words are comming from my heart

And then if you can't remember....Ohhhhh



(Repeat chorus 3x)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...