Senin, 01 November 2010

Manic Street Preachers - Postcards from A Young Man (2010): Kekaryaan dan Relasi Kuasa


Kita bisa marah dengan kondisi dan pada apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh orang lain, terutama pada pejabat publik negeri hebat ini. Negeri hebat namun para “pemimpin”-nya bertindak seenak perutnya sendiri dan tidak menjalankan apa yang sudah menjadi tugasnya sehingga negeri ini masih terpuruk dalam ketidakhebatan. Namun berkaitan dengan hidup kita sendiri dan apa-apa yang bisa dilakukan, kita wajib bertanya pada diri sendiri, apa yang sudah kulakukan? Apakah hasil tindakan atau karyaku bermakna bagi diriku sendiri dan orang lain?


Karya diri sendiri pun bisa diklasifikasikan menjadi dua. Karya yang terdokumentasi dan karya yang hilang begitu tindakan personal selesai dilakukan. Karya yang “hilang” atau tindakan personal yang menghablur di udara setelah dilakukan misalnya kata-kata yang terucap secara lisan. Sebagus apa pun kata-kata itu, sebernas apa pun ia dan kemudian mencerahkan hidup, kata-kata itu mudah dilupakan dan menghilang begitu saja bersama waktu.


Sementara, karya atau tindakan personal, terutama tindakan kreatif, yang terdokumentasi, adalah semua hasil olah jiwa dan raga yang mewujud dalam media yang melewati waktu dulu dan kini. Semua kata yang tertulis, lukisan, musik, dan pikiran, yang terekam termasuk dalam karya yang terdokumentasi. Karya itu tidak lekang oleh waktu, minimal sampai media penyimpannya bertahan.


Karya individu, atau kolektif seperti sebuah band misalnya, yang terekam sedikit banyak akan membuat penciptanya “ketagihan”. Bagi seseorang atau sekelompok orang yang sudah pernah merekam suatu karya dengan konsisten kemungkinan besar akan merasa mesti membuat suatu karya susulan. Inilah yang menjadikan karya, pencipta, dan konsistensi seperti memiliki relasi yang siklis, akan selalu ada upaya untuk menelurkan karya selanjutnya, dan bila upaya cukup kuat dan konsisten dilakukan, karya tersebut pada akhirnya akan terwujud.


Karya juga akan selalu merujuk secara internal, dan entah mengapa pada akhirnya akan menemukan daya hidupnya sendiri di luar sana. Seseorang yang mencipta karya sesungguhnya tidak akan bisa dan tidak akan ingin melakukan tindakan tak elok, baik secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan karya. Dengan demikian, seseorang yang berkarya dengan benar tidak akan menyombongkan karyanya sendiri. Misalnya, ada seseorang penulis yang membanggakan diri ia menghasilkan banyak karya kemudian dia menghina orang lain yang belum atau tidak bisa menulis. Dari tindakannya ini kita akan tahu bahwa sesungguhnya dia adalah penulis yang biasa saja dan cenderung sombong. Kebanyakan penulis hebat akan cenderung bersikap rendah hati dengan kekaryaannya.


Karena itulah, sebuah karya, pertama-tama dan utama, adalah wujud dari upaya mengalahkan diri sendiri, baru kemudian menjadikan karya tadi “politis”. Jadi, memang cukup unik bila ada segolongan orang yang dulu sekali menamakan kelompoknya golongan karya, yang jelas-jelas motif kekaryaannya adalah politis.


Pada posisi inilah, kita bisa menempatkan album terakhir dari Manic Street Preachers, “Postcards from A Young Man”, yang baru saja dirilis pada awal November 2010 ini. Album ini menunjukkan bahwa sebagai sebuah kelompok yang berkarya mereka menempatkan karya mereka sebagai alat kontemplasi ke dalam diri dan sebagai “senjata” untuk menyatakan pendapat dan ekspresi pada dunia di luar diri. Mereka menjadikan kemampuan mereka, menulis lirik dan membuat musik, sebagai alat hidup, dan setiap kali membuat daya hidup mereka lebih kuat. Menurut saya, Manics, bersama U2, Sonic Youth, dan Pearl Jam, selalu menghasilkan karya bagus, karena mereka tahu dan paham dengan kemampuan mereka sendiri.


Kemampuan untuk menghasilkan karya berupa lirik dan musik itu juga yang membuat mereka mampu berbicara dengan dunia. Berbicara tentang dunia dari dalam bisa kita sebut sebagai tindakan ekspresi, sementara berbicara tentang dan merujuk pada dunia atau sebuah isu bisalah kita sebut dengan beropini atau berpendapat. Keduanya, selalu bisa direngkuh oleh Manics. Mereka bisa berekspresi tentang keresahan diri mereka atas dunia yang dikuasai oleh kapitalisme dan liberalisme. Inilah yang membuat Manics unik. Bukan semata-mata karena karya mereka bagus, namun karena mereka selalu menyampaikan idealisme tentang kebersamaan, visi sosial, atau hal-hal lain yang berada dalam koridor sosialisme. Latar belakang mereka sebagai kelas pekerja di Wales membuat mereka seperti ini, dan di Amerika Serikat mereka kurang mendapatkan perhatian.


Manics sekali lagi menunjukkan bahwa kata adalah senjata untuk beropini atas relasi kuasa yang tidak seimbang di dunia secara umum. Mulai dari pihak kuasa yang semena-mena di lagu “(It's not War) Just the End of Love”. Pihak penguasa yang ketika berkonflik, atau berperang, bertindak semena-mena, namun ketika terdesak menyebutkan bahwa konflik tersebut sesungguhnya manifestasi dari cinta. Tiada keadilan dalam konflik, pihak yang berkuasa akan selalu diuntungkan, seperti ungkapan mereka berikut ini: it’s not war – just the end of love, you’ve got the looks, but I’ve got scars...


Relasi kuasa dari contoh di atas merujuk pada kuasa fisikal, artinya kekuasaan yang diwujudkan melalui penguasaan sumber daya dan tindakan yang lebih mungkin dilakukan oleh pihak pemilik kuasa. Relasi kuasa tidak hanya merujuk pada kekuatan fisikal tetapi juga merujuk pada kekuatan yang lain, entah itu bernama hegemoni, seperti yang pernah diutarakan oleh Gramsci, ataupun itu pada ”pengetahuan” seperti diselatankan oleh Foucault. Kuasa jenis terakhir ini tidak terlihat melalui tindakan anggota badan, melainkan tindakan lisan dan tertulis (wacana). Kuasa tersebut bisa tidak terasa dan bahkan bisa menyenangkan dan dihargai oleh pihak yang dikuasai. Oleh karena itulah, pemilik kuasa mesti berhati-hati agar kuasa yang dipegangnya tidak disalah-gunakan atau tersalah-gunakan.


Satu contoh dari kuasa yang dimiliki untuk mengubah keadaan adalah pada lagu lain di album ini, “Postcards from A Young Man”. Lagu ini bercerita tentang seorang anak muda fans sebuah band yang mengirimkan kartu pos pada band yang dicintainya. Band itu (mungkin saja Manics sendiri) mengartikan tindakan mengirim tersebut sebagai sebuah tindakan yang bermakna mendalam, they may never be written or posted again...I’ll send you postcards every single day just to prove I still exist, this world will not impose it’s will...Sebagai pihak yang memiliki kuasa berjenis hegemoni pada fans-nya mereka tidak mau menghilangkan semangat “anak-anak muda” tersebut. Lagu ini juga merujuk pengalaman Nicky Wire, pentolan Manics, yang ketika masih muda rutin mengirim kartu pos kepada para idolanya, termasuk Morrissey.


Walau begitu, kuasa fisikal dan kuasa hegemonik, tidak sepenuhnya menguasai diri kita. Kita sebagai individu akan selalu memiliki “ruang” yang tak terkuasai oleh siapa pun sekalipun seringkali pihak lain menyebutnya sebagai kegilaan atau kehampaan. Makna ini termaktub dalam lagu “Some Kind of Nothingness”...remember you – stretched out in the sun, all alone 4 ever conclusions forgone...Lagu ini bagus juga karena kehadiran vokal Ian McCullogh yang merupakan vokalis band kugiran Echo and the Bunnymen. Kombinasi vokal Dean Bradfield dan McCullogh sungguh ciamik walau terkesan tidak optimal karena “tertutup” paduan suara.


Lagu-lagu yang lain juga bicara tentang situasi dikuasai secara hegemonik tersebut, misalnya saja “Golden Platitutes” yang bicara tentang banalitas dari rujukan dan tindakan “penguasa”. Dalam hal ini Partai Buruh, “Hazelton Avenue” yang bicara tentang gaya hidup konsumtif yang membius, dan juga “All We Make is Entertainment”, yang mengritik habis media komersial di Barat. Kritik sana-sini, terutama pada kapitaslisme dan liberalisme a la Amerika Serikat, adalah kesukaan Manics sejak awal.


Manics juga tidak hanya memerahkan telinga berbagai pihak pemilik kuasa politik, ekonomi, dan kultural, mereka juga mengritik diri sendiri, media, dan kaumnya, kaum pesohor nan kaya, pada lagu “A Billion Balconies Facing the Sun”.... A billion faces turned to their screens, the perfect antidote to answer our screams, a billions lies becoming the truth, an ecstasy of the eye, as wide as eternity tonight. Lagu ini juga menghadirkan Duff McKagan, basis era emas Gun N Roses dulu. Cabikan Duff terdengar kentara sekali di lagu ini. Efek lebih lanjut adalah keinginan saya yang sangat kuat untuk mendengarkan album-album lama era Duff muncul kembali. Saya jadi semakin paham alasan saya menyukai G N R era Use Your Illusions adalah karena permainan bas Duff ini. Begitu juga karena McCullogh, keinginan saya untuk mendengarklan album-album Echo and the Bunnymen juga sangatlah mengemuka.


Album ini berkualitas sangat bagus karena menjadi bisa “vitamin” bagi otak dan hati. Lirik lagu yang kembali garang seperti album mereka terdahulu “Know Your Enemy” (2001), kritik sosial liris dan membangun seperti album “This is My Truth Tell Me Yours” (1996), optimisme tindakan sosial kolaboratif “Everything Must Go” (1996), dan lirik yang tidak terlalu “gelap” dan abstrak seperti album sebelumnya, “Journal for Plague Lovers” (2009).


Manics menunjukkan bahwa kekaryaan adalah persoalan eksistensial. Manics sekali lagi juga menunjukkan kemampuan mereka bahwa kata-kata, karya secara umum, adalah senjata. Senjata yang akan terus “menghajar” para pemilik kuasa yang menjalankan kuasanya secara berlebihan dan tak layak.


Penyanyi : Manic Street Preachers

Judul : Postcards from A Young Man

Tahun : 2010

Label : Sony Music


Daftar lagu:

1. (It's not War) Just the End of Love
2. Postcards from A Young Man
3. Some Kind of Nothingness
4. The Descent (Pages 1 & 2)
5. Hazelton Avenue
6. Auto-Intoxication
7. Golden Platitutes
8. I Think I Found It
9. A Billion Balconies Facing the Sun
10. All We Make is Entertainment
11. The Future has been Here 4ever
12. Don't be Evil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...