Kamis, 05 Mei 2011

Buaian Asmara - Bubi Chen


Mendengarkan Jazz Itu seperti Menulis Puisi

Bagi pembelajar media yang senang mendengarkan musik, lagu dan album, dan berniat meresensi atau menakarnya, kemungkinan akan menempuh dua jalan. Jalan pertama adalah mendengarkan kemudian menangkap kata-kata atau kalimat kunci yang berkesan. Di dalam jalan ini, musiknya sendiri menjadi pelengkap dan penguat impresi yang muncul. Bila lirik dianggap sebagai tindakan, musik adalah pembubuh emosinya. Lirik dan musik inilah yang membangun sebuah lagu. Jalan kedua sedikit berbeda, lirik tidak diperhatikan dengan penuh. Aspek yang diperhatikan dan coba diresapi adalah musiknya belaka. Pada jalan ini lirik bisa diabaikan atau bahkan tak ada. Kita sebagai penakar hanyalah mencoba menangkap imaji atau fantasma dari musik yang kita dengarkan.

Berdasarkan jalan kedua inilah saya mendengarkan jazz. Saya tidak berusaha untuk mendapatkan konsep kunci dari rangkaian lirik, judul, ataupun konsep besar lagu dan album yang muncul. Pengalaman mendengarkan jazz terutama bertujuan menarik manfaat murni dari musik. Itulah sebabnya saya tidak terlalu mudah teringat dengan lirik dan informasi-informasi di dalam lagu jazz. Hal yang sama ketika saya mendengarkan album “Buaian Asmara” oleh Bubi Chen ini. Saya sudah lama ingin mendengarkan dan juga memiliki album ini namun album ini sudah tidak tersedia di toko CD seantero Yogya. Untungnya, pada kunjungan ke Jakarta bulan lalu saya mendapatkan album ini di toko CD jalan Sabang.

Setelah memilikinya, sudah tak terhitung saya mendengarkan album ini. Singkat saja, album ini luar biasa. Sungguh beruntung saya bisa mendengarkan karya salah satu maestro Indonesia ini. Album ini pertama-kali dirilis pada tahun 1963 dalam format piringan hitam oleh perusahaan rekaman tertua di Indonesia, Lokananta. Kebetulan baru beberapa hari yang lalu saya mengunjungi Lokananta dan terkagum-kagum dengan koleksi mereka yang dahsyat. Sayangnya, Lokananta rupanya lebih memfokuskan dirinya pada musik tradisional sehingga gaungnya tidak terdengar di telinga penikmat musik anak muda yang lebih dekat dengan musik non-tradisional.

Album edisi remake ini dirilis pada tahun 2007 dan dari sisi pengemasan menjadi lebih bagus dengan hadirnya cover album yang baru. Beberapa lagu di album ini sudah pernah saya dengar sebelumnya. Sebagian yang lain adalah lagu baru dan sangatlah indah. Mendengarkan album ini membuat saya rindu dengan moment menulis puisi. Hanya mendengarkan, hanya meresapi, dan mencoba mengemas moment waktu dalam bentuk yang kecil dan padat dalam larik puisi. Kedelapan lagu ini memberi rasa indah yang unik pada masing-masing dirinya namun semuanya berpotensi menghadirkan aliran inspirasi untuk mencipta puisi, minimal bagi diri saya sendiri.

Bila pun ada kekurangan, kekurangan itu kecil walau cukup penting yaitu ketiadaan informasi musisi pendukung di album. Kekurangan jenis ini adalah hal yang umum di dalam album Indonesia. Informasi yang tidak lengkap berimplikasi kurang baik untuk dokumentasi musik Indonesia yang semestinya nanti dirintis. Di luar kekurangan tersebut, album ini adalah karya masterpiece dan sangat layak didengarkan dan diapreasi dengan mendalam.

Pemusik : Bubi Chen
Tahun : 2007
Label : DeMajors, Lokananta, dan Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara

Daftar lagu:
1. Buaian Asmara (composed & arranged by Bubi Chen)
2. Semalam (composed & arranged by Jack Lemmers)
3. Sri Ajuda (composed by Soetedjo, arranged by Bubi Chen)
4. Lajang Lajang (composed & arranged by Bubi Chen)
5. Merindu (composed & arranged by Jack Lemmers)
6. Kasih Aku S’lalu Disampingmu (composed by Soetedjo, arranged by Bubi Chen)
7. Hampa (composed & arranged by Bubi Chen)
8. Kenangan Mesra (composed & arranged by Jack Lemmers)

2 komentar:

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...