Selasa, 03 Mei 2011

Membincangkan Sepakbola Menjelang Akhir Musim


Sungguh mengasyikkan membicarakan sepakbola Eropa akhir-akhir ini. Sejumlah laga di akhir musim menunjukkan ketatnya liga. Tim yang memastikan gelar juara dalam minggu kemarin adalah Borussia Dortmund untuk liga Jerman. Dortmund adalah tim kedua yang merengkuh gelar juara di Eropa setelah Porto di liga Portugal. Dortmund yang merupakan kesebelasan muda ini mematahkan prediksi para pengamat yang tidak menempatkannya sebagai favorit juara. Mereka mematahkan prediksi dengan indah, menjadi juara dengan dua pertandingan sisa di liga. Pekan depan kita menunggu juara untuk liga Belanda. Juara akan diperebutkan oleh dua tim perangkat pertama, Twente dan Ajax, pada pekan terakhir! Dua liga menengah Eropa ini memberikan tontonan menarik sepanjang liga meskipun para pengamat sepakbola di Indonesia hanya bisa menyaksikan sedikit pertandingannya melalui cuplikan di berbagai program berita dan berita di media cetak.



Liga menengah yang juga akan menentukan juara pada pekan-pekan terakhir liga adalah liga Perancis, yang secara matematis bahkan masih diperebutkan oleh lima tim. Dominasi Lyon pada satu dekade terakhir sudah lama berakhir di liga yang menghasilkan banyak pemain hebat bila pindah ke liga-liga kelas atas Eropa ini. Setelah itu, barulah para penggila menatap liga-liga atas Eropa. Di Spanyol, perseteruan dua rival hebat, Barcelona dan Real Madrid, tidak hanya terjadi di liga negerinya sendiri, tetapi juga di liga Champion. Walau berselisih delapan poin, pertarungan keduanya masih bisa sampai di pekan depan sebelum juara ditentukan. Sementara itu, di liga Italia, AC Milan tinggal memerlukan satu nilai untuk menjadi juara dan sepertinya bisa direngkuh minggu ini. Terakhir, liga atas Eropa yang paling seru adalah liga Inggris. Manchester United, Chelsea, dan Arsenal masih berpeluang menjadi juara. Pertandingan pekan ke-36 antara Manchester United melawan Chelsea adalah puncak laga penentu gelar juara yang kemungkinan besar bakal sangat seru.



Demikianlah, liga-liga Eropa sangat menarik untuk diikuti. Kita tidak hanya menonton pertandingannya, langsung maupun tunda, melainkan juga mengakses hasil-hasil pertandingan dari semua media, membincangkan semua aspek sepakbola, di dalam dan luar lapangan. Animo masyarakat kita atas sepakbola memang luar biasa. Lihatlah pertandingan di liga-liga nasional yang selalu dipenuhi penonton. Terlepas dari seringnya terjadi bentrok antar suporter, animo yang besar tersebut menunjukkan minat yang sangat tinggi terhadap sepakbola. Jangankan pertandingan-pertandingan profesional, pertandingan antar kampung saja, animo masyarakat kita sangatlah tinggi. Animo tersebut juga diakomodir oleh media. Lihatlah pemberitaan sepakbola di berbagai program atau pun artikel berita olahraga di media cetak dan penyiaran. Berita tentang sepakbola mendominasi sekitar delapan puluh persen dari keseluruhan pemberitaan. Hal yang sama pun terjadi untuk media baru, antara lain game. Tengoklah persewaan konsol game di kampung-kampung sekitar kita, permainan yang paling digemari adalah sepakbola.



Melalui pemberitaan sepakbola kita pun bisa melihat cukup banyak hal, antara lain penerapan istilah yang seringkali digunakan, dan percobaan memaknainya dalam konten media. Misalnya saja istilah “bus”. Di dalam pemberitaan sepakbola di Eropa, istilah “memarkir bus” digunakan untuk tim yang bermain bertahan. Hal ini minggu kemarin disematkan untuk tim Jose Mourinho, Real Madrid, yang bermain defensif melawan Barcelona dalam final Copa del Rey. Walau pada akhirnya Madrid menang, istilah bermain dengan “memarkir bus” terus dilabelkan padahal Madrid adalah tim besar. Madrid juga dikaitkan dengan “bus” ketika piala Copa del Rey remuk terlindas bus karena keteledoran Sergio Ramos. Banyak juga kisah unik yang muncul dalam pemberitaan sepakbola. Terkadang kisah itu cukup membuat kita tersenyum karena terharu atau jenaka. Misalnya saja kisah Tamir Cohen, pemain Bolton Wanderers, yang memasang kaus dalam penghormatan untuk ayahnya yang meninggal dalam kecelakaan sepeda motor pada bulan Desember 2010 lalu. Kemenangan Bolton atas Arsenal, 2-1, pada pekan ke-34 tersebut punya arti khusus bagi Cohen karena ia mencetak gol. Pada akhirnya dia bisa mengangkat kausnya untuk mengapresiasi sang ayah. Saya memasang kaus dalam bergambar wajah ayah sejak Januari lalu. Sungguh suatu “perjuangan” memakai kaus dalam tersebut selama empat bulan sebelum terlihat. Bila Cohen berada di tim besar yang sangat mungkin sering mencetak gol membuka kaus untuk memperlihatkan “pesan” bukanlah masalah.



Saya juga hanya bertanya-tanya di dalam hati. Kira-kira masyarakat di negara-negara Eropa itu memperhatikan betul tidak pengurus asosiasi persepakbolaannya seperti kita di sini. Kita, sebagai masyarakat Indonesia dan pecinta sepakbola, dihadapkan pada “tontonan” tak menarik dan tak lucu dari orang-orang yang berkuasa dalam asosiasi sepakbola, PSSI. Setelah Nurdin Halid tidak diakui kepengurusannya di PSSI, kisruh bukannya berhenti atau berkurang tetapi malah bertambah. Saya pribadi sudah kurang berminat memantau atau mengamati siapa pengurus PSSI nantinya. Hal yang terpenting adalah cara pengurus menciptakan sistem pertandingan yang baik dan membuat masyarakat antusias menontonnya. Kemungkinan juga perhatian kita melalui media yang besar pada para “pejabat” adalah potret kepercayaan kita yang masih besar pada elit walau sebenarnya mereka tidak kunjung memenuhi kepercayaan tersebut.



Ah, cukup sudah membincangkan sepakbola nasional. Mari kita kembali mengamati liga Eropa, terutama dua laga semifinal liga Champion dua malam ini. Semoga tim yang berlaga di final adalah dua tim yang memperagakan sepakbola terbaik, seperti juga siapa pun yang memimpin PSSI nantinya, adalah insan pemimpin, manager, dan pecinta sepakbola yang tulus. Berfokus pada sepakbola tanpa mencoba mengait-ngaitkannya dengan politik terlalu jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...