Senin, 09 Mei 2011

Terdengar Meruang dan Meraung


Album Themilo berjudul “Photograph” ini adalah salah satu album musik terbaik yang saya akses belakangan ini. Sejak pertama-kali mendengarkan, lagu-lagu di album ini langsung menarik minat indera dengar saya dan sekitar tiga lagunya membuat emosi saya “mencelos”, seperti ingin terlepas dari tubuh dan melanglang buana ke seantero Jakarta, ruang bernama kota tempat saya mengakses album ini. “Ruang” adalah isu penting di kumpulan lagu di album ini. Ruang yang muncul dari karya visual bernama foto dan ruang imajiner yang lahir bersama musik dan sedikit lirik yang kita dengarkan.



Mengapa mengambil judul “Photograph”? hal ini terungkap dalam pengantar album yang ditulis oleh Adib Hidayat bahwa Themilo memang berniat menangkap atau meng-capture obyek seperti kamera. Obyek Themilo adalah teman-teman mereka yang bercerita, suka dan duka, kemudian dituangkan ke dalam lagu dan kemudian dikembalikan menjadi sebuah “foto”. Upaya yang diambil oleh Ajie Gergaji (gitar, vokal), Upik (gitar), Suki (bass), Hendi Unyil (kibord, synth), dan Budi Cilsen (drum) ini bisa dikatakan sangat berhasil. Themilo hampir sempurna menuangkan imaji spasial dalam semua lagu yang berfungsi mirip foto di album ini.



Bila disingkat dalam dua kata, album ini benar-benar membuat semua lagu “meruang” dan “meraung”. Meruang karena kita dapat merasakan efek spasial yang dekat dan intim dari semua lagu walau juga terasa dingin dan misterius. Meraung dikarenakan musiknya yang unik, namun anehnya tidak membuat kita pendengarnya takut dan jeri. Kita malah ingin terus “mendekati” lagu-lagunya dengan mendengarnya berulang-kali karena ragam musik yang unik dan mengajak kita untuk terus meleburkan diri. Delapan komposisi lagu yang hadir mampu menjaga suasana hati kita untuk terus menubuh-ruang, semacam fantasma untuk melepaskan tubuh menuju dan menjadi ruang yang lebih besar. Entah itu bernama suasana, jalan-jalan, gedung, atau kota. Mendengarkan album ini berulang-kali membuat saya merasa diri ikut mengalun mengikuti musik menuju ruang-ruang yang lebih luas.



Ruang visual yang ingin disajikan melalui album ini, terefleksi dari judulnya, anehnya tidak lagi dua dimensi. Dibantu oleh balutan musik, ruang visual tersebut menjadi tiga dimensi atau bahkan lebih. Dimensi apa yang bisa kita gunakan untuk melukiskan menubuh-ruang? Semakin terbukti bagaimana musik bisa membubuhi dan melengkapi emosi atau imaji atau fantasma, bahkan tindakan. Mendengarkan musik dengan beragam tambahan sensasi inderawi itu berfungsi melengkapi sesuatu yang mungkin pada awalnya terasa sudah lengkap. Cobalah bila kita membaca atau memainkan game komputer, pesan yang kita akses menjadi lebih indah. Benar-benar indah, bukan hanya seolah-olah. Bacaan kita sepertinya benar-benar hadir di hadapan. Permainan kita menjadi lebih lebur dalam diri. Begitu juga bila kita menonton film. Film akan terasa lebih “menohok” bila kita juga mendengarkan OST-nya dengan utuh penuh. Misalnya saja kita menonton film “Up in the Air” kemudian mendengarkan pula OST-nya. Sensasi dan pengalaman inderawinya benar-benar berbeda bila kita hanya mengakses salah satunya saja.



Pengalaman mengakses pesan media apa pun bisa saja berbeda pada tiap pemakna. Walau begitu pemakna yang berani mengkreasi pesan baru miliknya sendiri setelah mengakses suatu pesan, adalah pemakna yang sebenar-benarnya. Untuk alasan itulah album ini saya anggap sangat bagus karena album ini potensial menjadikan pemakna “berani” untuk menghasilkan pesan atau teks baru, bahkan antusiasme untuk menghasilkan pesan baru oleh pemakna tersebut seperti muncul begitu saja dengan mekanis setelah mendengarkan album ini. Teks yang lahir dari album ini seperti milik pemakna sendiri yang juga intim, meruang, dan meraung. Ada yang mau mencobanya?





Penyanyi : Themilo

Judul : Photograph

Tahun : 2011



Daftar lagu:

1.Stethoscope
2.For All the Dreams that Wings Could Fly
3.So Regret
4.Get Into Your Mind
5.Dreams
6.Don't Worry for Being Alone
7.Daun dan Ranting Menuju Surga
8.Apart

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...