Jumat, 27 Mei 2011

Jendela 2 (Sebagai Metafor Mediasi)

Pagi terlalu cerah sehingga kau bisa melepas lelah lebih awal

Menyesap kopi pelan-pelan dan tanpa prasangka

Menderitkan kenangan hampa-hampa

Untung saja pantulannya lengkap dan tak terhalang bagai layar



Pagi tak pernah menunggu siapa pun tentu saja

Meluangkan waktu untuk hal yang penting dan tak penting

Bagaimana ruang luka dan medan waktu bisa saling memantulkan imaji?

Tanpa peringatan tiba-tiba saja sebuah janji telah tertagih



Pagi menyeruak paksa-paksa dengan agak brutal

Siapa yang menyangka bukan forum yang tercipta

Hanya tanda-tanda sepanjang titian menyiangi utopia

Kau bilang melangkah saja karena sang pemandu telah menanti



Mungkinkah pagi tak pernah datang?

Lalu, siapa yang mengetuk pintu kuat-kuat membuatmu terjaga?

Kau enggan terbangun karena bagimu semua mimpi itu sama

Sebenarnya kenyataan pun bisa saja angan yang paling reflektif



Bukan seketika sebenarnya mentari melompati kau dan diriku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...