Dalam hidup yang fana ini kita bisa mendapatkan banyak kebahagiaan, salah satu kebahagiaan terbesar adalah dititipi Yang Maha Ada seorang anak. Bagi ayah dan ibunya, Vari adalah anak yang luar biasa. Vari adalah permata yang tiap hari menunjukkan kecemerlangannya. Vari adalah oase yang sangat menyejukkan setelah menghadapi hari kerja yang berat. Bukan karena anak sendiri, namun pastinya setiap anak akan membawa kebahagiaan dan kebanggaan tertentu pada orangtuanya. Kebahagiaan bersama orang yang kita cintai, terutama anak, yang paling utama adalah melihatnya berkembang lebih baik, mengamatinya sang anak belajar kehidupan, mulai dari hal-hal kecil sampai hal-hal “besar” dan abstrak. Karena ayah sedikit tahu mengenai literasi media atau kecakapan bermedia, ayah jadi mengamati proses belajar membaca dan menulis dengan detail.
Literasi adalah kemampuan individu dalam memahami pesan media cetak dan dalam level tertentu juga memproduksi pesannya. Literasi berkaitan erat dengan tujuh kecakapan bermedia yaitu menganalisis, mengevaluasi, mengelompokkan, menginduksi, mendeduksi, menggabungkan, dan mengabstraksi. Ketujuh kecakapan bermedia tersebut disampaikan oleh James Potter. Bila dikaitkan dengan dua kecakapan utama yang lain, membaca dan menulis, Vari sudah cukup bagus memahami bacaan-bacaannya, juga secara umum aspek keberaksaraan, lisan maupun tulisan. Ayah dan ibu sungguh bahagia melihat Vari tumbuh menjadi individu yang baik dalam hal literasi. Untuk kisah Vari “berhadapan” dengan dua jenis literasi yang lain, antara lain literasi digital atau media baru, semoga juga bisa dikisahkan lain waktu.
Berikut ini ada empat pengalaman yang sempat dicatat oleh ayah berkaitan dengan literasi yang semakin dipahami oleh Vari:
Membacakan Cerita untuk Ayah
Pada suatu pagi yang terburu-buru seperti biasa, Vari berkata pada ayah “ayah, sudah baca buku ini belum?” Vari menunjukkan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah.
“ceritanya bagus lho Yah.” Vari membuka buku yang berjudul Hadiah Terbaik.
Sepintas ayah melihat buku itu namun karena terburu-buru ayah tidak bisa membacanya “Nanti ya sayang, ayah buru-buru karena ada kuliah pagi.”
“Kalau begitu Vari bacain untuk ayah ya…”
Ayah mengangguk mengiyakan dan tak lama kemudian Vari membaca. Vari membaca dengan lancar dan itu membuat ayah takjub. Untuk anak seusianya, kelas nol besar, kemampuan membaca Vari sangat baik. Ayah terus mendengarkan cerita yang dibacakan Vari. Benar, ceritanya sungguh bagus.
Sembari memakai sepatu ayah mengucapkan terima kasih, “makasih ya sayang ayah sudah dibacain. Ceritanya bagus sekali, apalagi Vari bacanya pas.” Ayah tersenyum kemudian memeluknya. Hal yang mengagetkan sekaligus membuat hati ayah berbunga-bunga adalah ucapan balasan dari Vari.
“Sama-sama ayah. Vari juga berterima-kasih karena ayah selalu membacakan buku sebelum Vari tidur.”
Sudah Nggak Ada
Tadi malam ayah berbincang dengan ibu. Ibu baru saja mendapat kabar bahwa anak temannya yang masih bayi, sekitar lima setengah bulan usianya, meninggal. Sedihnya, ini adalah anak keempat yang meninggal rata-rata dalam usia yang sama. Sambil mengobrol ayah juga bercerita bahwa ada kisah di suatu daerah di mana sebuah keluarga selalu kehilangan anak lelakinya ketika disunat. Kisah ini sepertinya berasal dari cerpen realis yang ditulis Hamsad Rangkuti yang pernah ayah baca.
“Sedih sekali ya bu. Baru sehari dirayakan, esoknya anaknya sudah nggak ada,” ayah meneruskan cerita ayah. Sungguh kami merasa berempati dengan para orangtua yang kehilangan anaknya dengan cara seperti itu. Tidak kami duga, rupanya Vari mendengarkan percakapan ayah dan ibunya.
“Ayah, kenapa sih ayah mengatakan meninggal itu dengan nggak ada?” protes Vari.
Ayah hanya diam tak tahu mesti menjelaskan apa. Ayah hanya berpikir untuk menghaluskan kata supaya tidak membuat sedih.
“Kan nggak ada itu belum tentu sudah meninggal yah…” Vari menjelaskan bak seorang guru.
Ayah masih diam dan berpikir bagaimana percakapan malam dengan ibu dan Vari bisa memberikan pengalaman luar biasa seperti ini. Ayah mencoba menebak bacaan apa yang Vari akses sehingga bisa berdebat mengenai makna kata seperti itu.
Berkreasi
Vari berpura-pura sedang membaca sebuah pengumuman dalam permainan peran yang dilakukannya sendirian.
“Semua anak negeri Calicoc diperbolehkan menyumbang tarian, lagu, atau boleh berkreasi yang lain” Vari berkata sambil berdiri di kursi seolah-olah ada banyak anak lain yang sedang mendengarkan pengumumannya.
Ayah yang sedang membaca-baca buku agak kaget juga. Dari mana Vari mendapatkan kosa kata “berkreasi” itu? Apakah dia tahu arti kata berkreasi? Ayah penasaran dan bertanya: “Sayang, berkreasi itu apa sih?”
Sambil menunjukkan ketidaksukaannya karena permainannya dijeda, Vari berpendapat, “Ayah ini gimana sih masak gak tahu berkreasi? Kan kata itu ada dalam buku-buku Vari. Vari nggak ada waktu menjelaskannya! Perlu waktu lama menjelaskannya...” Vari agak merengut kemudian meneruskan permainannya kembali.
Ayah hanya tersenyum dan masih berpikir dan takjub dengan cara Pemilik Hidup memberikan ilmu membaca dan memahami kata pada seorang anak kecil.
Vari Menulis Puisi
Kemampuan menulis dalam literasi biasanya merujuk pada kemampuan menulis sesuatu yang berbasis kenyataan, katakanlah melaporkan suatu kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada perkembangannya, kemampuan menulis fiksi di dalam literasi menjadi penting. Salah satu penggiat literasi yang penting dan konsisten di Indonesia adalah majalah sastra Horison yang berupaya mengenalkan kemampuan membaca dan menulis fiksi sastra dengan lebih baik lagi pada anak muda Indonesia, terutama siswa SMA. Uniknya, Vari sudah bisa menulis puisi. Kalau menulis cerita faktual maupun fiksional sih Vari sudah sering melakukannya. Cara menulis puisi Vari juga unik. Vari tidak langsung menuliskannya tetapi hanya mengucapkannya, terutama dengan menguji rima pada akhir larik. Seteleh dilisankan itu barulah Vari meminta ibu atau ayah untuk menuliskannya, entah di handphone maupun di kertas. Sudah ada sekitar tujuh puisi yang ditulis oleh Vari. Berikut ini adalah puisi terbaru yang ditulis Vari tanggal 12 Mei 2011 kemarin:
Puisi Matahari
Matahari, sinarmu panas sekali
Cahayamu menerangi bumi
Bersinar sepanjang hari
Matahari pun tenggelam
Lalu gelap, datanglah malam
Bumi menjadi kelam
Oh Tuhan Maha Kuasa
Pencipta alam semesta dan isinya
Akan kusembah selama-lamanya
######
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar