Rabu, 10 Maret 2010

Manajemen Media dan Media tentang Sepakbola


Sebuah media cetak olahraga terkemuka, tabloid Bola, Sabtu 6 Maret 2010 kemarin merilis edisi yang mereka sebut “edisi hattrick”. Bola mengeluarkan edisi ketiga setelah Senin dan Kamis. Bila mau jujur, Bola “bukan” berisi berita olahraga secara umum. Media ini diisi berita tentang sepakbola secara dominan. Sekitar enam puluh persen isinya adalah tentang sepakbola.

Sepakbola memang unik, sampai sekarang prestasi nyata sepakbola Indonesia tidaklah bagus, tetapi media, terutama media cetak, tentang sepakbola lahir bak jamur di musim hujan. Bila kita mengunjungi lapak-lapak penjual media cetak atau ke bagian majalah di toko buku dan supermarket, media cetak tentang sepakbola dengan mudah kita lihat. Ada yang seperti Bola, berformat tabloid. Ada pula yang berformat majalah, juga suratkabar harian. Format majalah lebih banyak jumlahnya, sebagian besar adalah franchise dari majalah yang telah terbit di luar negeri, bahkan ada majalah sepakbola yang didedikasikan hanya untuk satu klub.

Tulisan ini akan mencoba mendiskusikan alasan maraknya media cetak tentang sepakbola belakangan ini dari sudut pandang manajemen media. Manajemen media, seperti kita ketahui bersama, adalah sub bagian di dalam kajian media yang membahas aspek “tengahan” atau meso dari media. Manajemen media tidak hanya mempelajari kecakapan dalam memproduksi media, juga tidak hanya mempelajari hal yang “seharusnya” dari media. Kedua aspek tersebut dipelajari, pemahaman tentang aspek produksi dan konteks dari sebuah media beroperasi.

Manajemen media berurusan dengan sumber daya dan output dari organisasi media. Sumber daya meliputi dana, pekerja media, informasi yang telah dimiliki, juga teknologi, sementara output adalah pesan yang dihasilkan oleh media. Keduanya harus saling berhubungan. Bila hanya membahas pesan, mungkin hanya menjadi kajian pesan media atau kecakapan motorik yang diutamakan. Bila hanya membahas semata-mata mengelola sumber daya, kemungkinan lebih dekat dengan kajian ekonomi.

Pada aras lain, kajian manajemen media berurusan dengan implementasi fungsi manajemen di dalam organisasi media. Ia tidak berkaitan langsung dengan keadaan di luar atau “lingkungan” media walau pembelajar media mesti memikirkan juga pengaruh konteks dalam rangka pengelolaan sumber daya dengan efisien untuk menghasilkan pesan yang efektif. Pada gilirannya manajemen media berupaya untuk menciptakan media yang berkinerja dengan baik, salah satu indikatornya adalah profit yang didapat. Profit adalah salah satu aspek saja karena kemunculan media bermotif sosiokultural belakangan ini marak. Ada yang tetap bermotif profit uang walau sedikit. Ada pula yang tidak sama sekali, misalnya zine yang kebanyakan digagas anak muda.

Dengan demikian, penerbitan Bola edisi Sabtu adalah hal yang baik dari perspektif manajemen media walau mungkin tidak dari sudut pandang ekonomi politik. Pengelola Bola memiliki banyak sumber daya informasi mengenai sepakbola. Informasi yang menurut saya berlebihan bagi masyarakat Indonesia. Informasi tersebut bisa diolah dalam format analisis yang memang direncanakan muncul di dalam edisi Sabtu tersebut. Walau dibanderol kurang dari setengah harga kedua edisi lainnya, harga Bola edisi Sabtu Rp 2.500,- sementara kedua edisi lainnya Rp 6.000, - kecuali bila berformat khusus (menghadirkan poster berwarna), Bola edisi Sabtu akan tetap diakses penggemar sepakbola yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam.

Selain itu dalam konteks yang lebih luas, animo masyarakat pada tahun ini diperkirakan meningkat drastis. Tahun ini adalah tahun penyelenggaraan Piala Dunia. Sudah sangat terlihat bagaimana sepakbola digunakan habis-habisan untuk menarik perhatian masyarakat, antara lain pada pesan iklan. Ceruk pasar baru juga tercipta bagi penggemar bola setiap tahun karena pemberitaan tentang sepakbola yang sangat intens, terutama liga-liga Eropa. Program di luar siaran, off air, juga sangat marak nantinya. Keuntungan yang didapat kemungkinan malah lebih tinggi dari siarang program on air sendiri.

Dari sisi sumber daya manusia, terutama pekerja media, produksi berita tentang sepakbola tidaklah seproblematik pemberitaan politik misalnya. Di Indonesia kita bisa memilih untuk mengakses berita tentang sepakbola dalam semua “olahannya”, mulai dari informasi hasil pertandingan sampai telaah pertandingan yang sangat mendalam, dikaitkan dengan filsafat dan politik internasional misalnya. Hal ini bisa dilihat dari tulisan para pakar atau akademisi atau budayawan. Katakanlah tulisannya Sindhunata.
Dengan demikian, bukan hanya sedang menarik perhatian, berita sepakbola secara teknis manajerial lebih mudah untuk diproduksi dan kurang memiliki potensi menimbulkan kontrovesi. Hal ini sedikit berbeda bila media memproduksi pesan tentang politik misalnya, atau tentang sepakbola nasional.

Kenyataannya, pesan tentang sepakbola nasional hanyalah menjadi sampiran. Kebanyakan pembaca kemungkinan malas membacanya karena pemberitaan kebanyakan bukan pada pertandingan sepakbola itu sendiri, melainkan pada konflik tanpa akhir, untuk PSSI, dan tanpa prestasi dari sepakbola Indonesia. Sepakbola luar negeri lebih menarik diakses karena bercerita tentang pertandingannya dan tentang drama dalam kehidupan manusia.

Permasalahannya, di mana kepentingan publik dengan begitu maraknya media tentang sepakbola ini? juga harapan kita akan kondisi persepakbolaan negeri tercinta ini? Apakah semua format pesan media tentang sepakbola tersebut sudah benar-benar menuntun kita menciptakan kondisi persepakbolaan yang kondusif dan berprestasi baik? Walau manajemen media tidak seperti kajian ekonomi politik media yang secara inheren mengharuskan terpenuhinya “filsafat moral publik”, walau “realitas “ yang muncul dalam media relatif sangat lengkap, harapan kita tentunya merupakan akumulasi asa kita bersama akan sepakbola nasional, bahwa segala wacana dan segala realitas media mewujud dalam realitas empiris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...