Kamis, 03 September 2009

Bukan Sekadar Lirik Berbahasa Inggris (Resensi untuk album Slank – Anthem for the Broken Hearted)

Rasanya belum lama saya mengakses album OST Generasi Biru. Belum sampai setengah tahun. Sedikit lebih dulu, juga tidak sampai setengah tahun sebelumnya, saya juga membeli albumnya yang berjudul “Big Hip”. Album kolaborasi dengan band asal Jepang. Jadi, Slank memang termasuk band yang produktif. Mungkin termasuk yang terproduktif di Indonesia.

Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana mereka menyalurkan energi kreatifnya untuk terus-menerus membuat lagu dan dikumpulkan dalam rilisan album. Saya berharap seperti Slank tetapi tentu saja di dalam bidang yang saya bisa; menulis dan meneliti. Mungkin dengan mengikuti “sepak-terjang” mereka, saya bisa menjadi lebih produktif.

Tidak hanya Slank yang dapat memberi kita inspirasi seputar produktivitas karya. Ada band luar nagri, band dari Irlandia, yang juga dapat memberi inspirasi untuk hal yang sama. Nama band itu U2. Walau sama-sama konsisten produktif, Slank dan U2 sedikit berbeda.

Slank produktif dalam konteks yang linier alias biasa, yaitu produktif mengeluarkan album dengan masa waktu kurang dari setahun. Sayangnya, terkadang ada sedikit daur ulang dalam produktivitas mereka. Ini sah-sah saja, wong karya mereka sendiri…seperti di album ini. Walau begitu, produktivitas model begini tetap saja positif. Tetapi memang sebaiknya produktivitas merilis album juga dibarengi dengan lagu-lagu yang benar-benar baru.

Sementara itu, U2 berada di dalam produktivitas yang “beyond”, melampaui produksi album yang intens dan rutin. Mungkin mereka memproduksi album tidak setahun sekali. Walau demikian, setiap album U2 memberikan karakter tersendiri dan berkontribusi dalam dunia musik yang lebih luas. Fenomena ini terjadi bahkan untuk album U2 yang dinilai paling lemah, Pop, yang dirilis pada tahun 1997.

Selain itu, U2 selalu memikirkan album berikutnya, bahkan pada saat mereka sedang memproduksi album. Hal ini terlihat sewaktu mereka memproduksi dan kemudian merilis album ke-12 mereka, “No Line in the Horizon” pada tahun ini, mereka sudah bersiap untuk album berikutnya yang berjudul “Songs for Ascent”. Bukan hanya judul album, mereka pun sudah siap dengan konsep album yang solid.

Menurut saya kedua band ini bisa menjadi contoh yang baik bagi band lain dan juga bagi kita yang ingin lebih produktif dan kreatif. Saya kira hal ini lebih baik daripada sekadar “meniru” atau mengaku terinspirasi tetapi tidak mengambil yang esensial dari inspirasi tersebut. Karena bila kita meniru dan mengambil yang tidak esensial, berarti kita “menjiplak” atau sekadar menjadi epigon.

Hal ini terjadi pada band Indonesia yang mengaku terinspirasi dengan U2 bahkan memberi nama bandnya dengan salah satu judul lagu U2. Lagu-lagu mereka hanya menyuplik sana-sini dari lagu-lagu U2. Kini mereka pun tak terdengar, apalagi merilis album baru.

Kembali pada album Slank terbaru ini: album ini bagus tetapi tidak bagus-bagus amat. Semua liriknya berbahasa Inggris dan kebanyakan lagu lama yang diganti dengan lirik berbahasa Inggris. Tapi ya itu, hal yang terpenting justru bukan unjuk gigi Slank atas kemampuan berbahasa Inggris mereka. Hal terpenting justru kemungkinan inspirasi yang bisa mereka berikan.

Sayangnya, tidak ada informasi mana lagu Slank yang benar-benar baru dan mana lagu yang “berganti kulit”. Bagi saya yang baru saja menyenangi Slank, ketiadaan informasi ini cukup meresahkan saya sendiri.

Memang lamat-lamat saya seperti mengenal lagu-lagu tertentu, tetapi tidak semuanya. Lagu-lagu yang ada di album ini juga kebanyakan berbicara tentang patah hati seperti judulnya. Patah hati dalam artinya yang paling umum, yaitu pada lawan jenis. Menurut saya banyak lagu Slank yang berpotensi menjadi lagu “patah hati” tetapi patah hati atau hampir patah hati dengan kondisi sosial kita yang tidak berubah.

Semua lagu di album ini lumayan saya sukai, terutama “Too Sweet To Forget”, versi Inggris dari “Terlalu Manis” tetapi dengan musik dan interpretasi sedikir berbeda. Album yang lumayan bagus, terutama untuk mengenang-ngenang masa lalu dalam bahasa yang berbeda.

Daftar lagu:
1. Drug Me Up
2. Do Something
3. Since You’ve Been Gone
4. Love Cursed
5. Caricature
6. Devilinu
7. I Miss U But I Hate U
8. Wake Up Tonight
9. Virus
10. Too Sweet To Forget
Harga : Rp. 50.000,- dengan bonus VCD dokumenter dan t-shirt. Pada versi lain, VCD diganti dengan kaset.
Label : Virgo Ramayana Musik dan Slank Records

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...