Kamis, 03 September 2009

Modus Terbaru Penjualan Album: 2 for 1

Bila kita ke toko kaset dan cd belakangan ini dan kita memperhatikan dengan cermat, ada modus baru penjualan album barat. Modus atau cara baru tersebut adalah dengan “menjual” dua dalam satu album. Penyanyi atau band yang “dijual” 2 for 1 ini kebanyakan adalah penyanyi lama, semisal Dire Straits, The Police, Elton John, juga ada penyanyi “baru” semisal Keane.

Saya berpendapat, modus ini adalah strategi yang tepat karena pendengar atawa pencinta musik dapat mengakses album-album bagus dengan harga murah, Rp. 65.000,- untuk dua album. Untuk album berkualitas hebat seperti “Brother in Arms”, harga tersebut sangatlah layak.

Membeli album 2 for 1 ini tentu saja masih lebih baik daripada membeli cd bajakan. Bagaimana pun kualitasnya lebih bagus. Sebaiknya label juga mencari strategi lain untuk mendistribusikan atau menjual album daripada mengharapkan “campur tangan” pemerintah mengatasi pembajakan yang tak kunjung ada.

Compact disc audio bajakan tetap kita lihat di mana-mana, bahkan di acara yang disponsori oleh pemerintah, misalnya pada acara pameran hasil-hasil pembangunan. Apakah budaya membajak memang “hasil” pembangunan?

Barang-barang tersebut juga, ironisnya dijual di mal-mal ternama. Apakah mereka tidak tahu bahwa menjual barang bajakan berarti tidak menghargai hak cipta orang lain? Tapi itulah, seharusnya pembajakan ditindak dan diatasi dengan lebih serius.

Kembali pada modus baru penjualan cd. Sebelum modus 2 for 1, saya pernah mendapatkan cara lain penjualan yang cukup ciamik, yaitu penjualan album soft case. Harga cd soft case kira-kira Rp. 55.000,- . Harga normal cd album barat adalah Rp. 75.000,- sampai dengan Rp. 90.000,-.

Cara ini lumayan bagus. Kekurangannya adalah bagi penggemar fanatik, informasi dari album tidak banyak didapat dari edisi soft case, terutama untuk lirik lagu. Walau untuk mendapatkan lirik lagu, kita bisa mencarinya di internet, lirik yang tertulis di cover atau booklet album memiliki “keindahan” tersendiri.

Bagaimana dengan album Indonesia? Setahu saya, modus album soft case juga dilakukan. Untuk cd normal, harganya sekitar Rp. 50.000,-, sementara cd soft case, harganya sekitar Rp. 15.000,-. Tetapi modus ini kelihatannya sudah mulai ditinggalkan karena tidak banyak album soft case yang saya temukan di pasaran.

Modus 2 for 1 juga telah dilakukan, tetapi agak berbeda dengan penjualan album barat yang dikemas menjadi dua album. Album Indonesia tetap ada di dalam cd yang berbeda, hanya “disatukan” dan diberi label harga baru. Contoh ini dilakukan untuk dua album awal Padi dan album “Klakustik”.

Walau sudah ada dua modus itu, seringkali album Indonesia dijual secara “tidak pantas”. Mengapa tidak pantas? Karena biasanya modus yang digunakan adalah “pengemasan kembali”, nama kerennya “re-packed”. Cara ini adalah menambahkan satu dua lagu baru pada album yang telah dirilis sebelumnya. Cara ini merugikan kansumen yang bila membeli album versi lama dan album repacked-nya, berarti dia menghabiskan sumber dayanya sendiri. Sumber daya itu bisa dia manfaatkan untuk mengakses album dari penyanyi lain.

Usul saya sih, sebaiknya industri musik kita mulai menerapkan penjualan singles atau mini album. Cara ini masih lebih berkelas daripada mengemas ulang dengan menambah satu dua lagu baru. Alasan akan sulit laku sebenarnya tidak beralasan karena kasus lagu RBT saja dapat laku secara luar biasa. Intinya adalah apakah cara tersebut dilakukan dan “dibiasakan” pada masyarakat kita.

Sambil saya mendengarkan dua album Dire Straits, “Brothers in Arms” dan “On Every Street”, dengan puas, saya masih berharap musik Indonesia terus maju, antara lain dengan menerapkan strategi penjualan yang “terhormat” dan tepat.

1 komentar:

  1. setuju mas, sama pendapat mas wisnu. lebih baik dikeluarkan single atau mini album.
    kalo menurut saya mas sebagai orang yang lumayan ngikutin pasar musik indie walaupun cupu hehehe, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk ngeluarin E.P atau mini album dulu. alasannya emang untuk menekan biaya produksi dan recording, mereka juga ga harus jual CD mereka mahal-mahal.malah kebyakan mereka targetnya bukan untuk materi dulu mas, tapi untuk eksistensi mereka supaya orang-oang tau band mereka. toh lagunya yang orang tau juga baru itu-itu aja. apalagi sekarang kenyakan band indie promosinya jual merchandise gratis CD mas.
    semoga pendapat saya dapat diterima ya mas hehehe
    makasih

    BalasHapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...