Jumat, 03 Desember 2010

Media Penyiaran: Organisasi dan Programming



Pengelompokan sumber daya, terutama sumber daya manusia, berdasarkan fungsinya dalam produksi atau kreasi pesan media disebut pengorganisasian. Istilah “pengorganisasian” sangat dekat sub-bidang manajemen media, namun sebenarnya istilah ini bisa menjadi pintu masuk untuk mendedah berbagai hal lain di dalam institusi media, terutama media penyiaran yang kita diskusikan di kelas sekarang ini. Pengorganisasian tidak hanya identik dengan ranah manajemen media melainkan juga wilayah lain dalam studi media.

Organisasi media penyiaran bisa sangat beragam dan ditentukan oleh ukuran organisasinya. Cara sumber daya manusia diorganisasikan bisa berdasarkan format organisasinya, komersial atau non-komersial. Atau dalam konteks Indonesia, pengorganisasian sumber daya bisa berdasarkan jenis penyiaran, yaitu penyiaran swasta, publik, atau pun komunitas. Organisasi RRI misalnya, akan berbeda dengan media penyiaran swasta di mana pun di Indonesia. Begitu juga organisasi penyiaran komunitas yang kecil dan bervisi sosiokultural tidak bisa dikomparasikan dengan bentuk penyiaran swasta sekecil apa pun.

Organisasi radio juga berbeda dengan televisi. Perbedaan ini terutama pada proses produksinya, di mana televisi menjalankan proses yang lebih kompleks dan panjang dibandingkan dengan radio. Di dalam sebuah stasiun radio paling tidak terdapat empat bagian, yaitu: departemen operasional (operations), programming, pemasaran (sales), dan teknik (engineering). Sementara pengorganisasian stasiun televisi biasanya dikelompokkan ke dalam lima bagian, yaitu: departemen pemasaran, teknik, bisnis, programming, dan berita.

Berikut ini sedikit penjelasan untuk tiap departemen pada media radio dan televisi. Departemen operasional di dalam radio seringkali disebut juga traffic departement, yaitu departemen yang bertanggung-jawab atas penempatan iklan yg telah disepakati ke dalam jadwal program. Departemen ini juga bertanggungjawab atas kontinuitas rangkaian program. Bagian ini penting untuk menjaga audiens tetap bertahan menonton atau mendengarkan media penyiaran.

Departemen program adalah bagian yang bertanggung-jawab dgn apa pun yang “terdengar” dari sebuah stasiun radio, yang meliputi musik, berita, atau pun hal-hal yang berkaitan dengan publik. Sementara itu, departemen pemasaran adalah bagian yg mendatangkan dana ke stasiun. Di dalam media penyiaran komersial dana adalah oksigen untuk terus memproduksi dan mengakuisisi program. Pada radio publik bagian ini bernama unit pengumpul dana (fund-raising unit) yang juga turut menentukan kelangsungan institusi media walau koridor motifnya bukanlah mencari profit.

Terakhir, departemen teknik adalah bagian yg hanya memiliki satu fungsi utama: menjaga stasiun pada kemungkinan sinyal terbaik. Bagian ini memastikan gelombang siaran sampai dengan jelas pada pesawat radio atau televisi milik audiens.

Sementara penjelasan untuk organisasi televisi mirip dengan radio, perbedaannya terutama pada proses yang lebih panjang dan dimensi organisasi yang lebih besar, terutama stasiun televisi yang beroperasi dalam level nasional seperti yang ada di Indonesia. Bagian yang pertama dibahas adalah departemen bisnis. Departemen bisnis adalah bagian yang bertugas mengurusi dana, baik di internal maupun eksternal organisasi. Sementara departemen operasional, pemasaran, dan teknik mirip dengan departemen-departemen yang sama di media radio. Hal yang paling berbeda di antara keduanya adalah bagian program. Bagian yang bertanggung-jawab atas ketersediaan program acara di televisi ini adalah bagian terpenting di dalam media televisi. Bagian ini, selain memproduksi program, juga “mengakuisisi” atau membeli program dari luar. Untuk program acara hiburan, terutama film, stasiun televisi biasanya membeli dari pihak luar untuk ditayangkan dalam frekuensi dan masa waktu tertentu.

Aspek lain, selain pengorganisasian, yang juga penting di dalam media penyiaran adalah programming. Programming atau cara media penyiaran menata dan mendistribusikan isi media dalam waktu tertentu. Programming sama pentingnya dengan memproduksi atau mengakuisisi program karena program acara yang baik akan tidak berarti banyak bila “ditempatkan” pada waktu yang salah. Programming untuk media radio sangatlah penting karena strategi programming menentukan format stasiun. Sementara untuk televisi, karena audiens yang dituju biasanya lebih luas dari media radio, programming tidaklah sangat menentukan format stasiun.

Programming memiliki dua tujuan utama, yaitu: menempatkan media sesuai dengan audiens yang dituju dan pada pengiklan, terutama untuk media penyiaran komersial. Sementara untuk media non-komersial, pihak “penyumbang” dana juga akan melihat program yang disiarkan dan audiens yang dituju, apakah sesuai dengan motif sosial yang mereka bidik pada masyarakat. Selain itu, programming juga disesuaikan dengan visi yang ingin dicapai oleh organisasi media penyiaran tersebut.

Sebenarnya masih terdapat satu konsep lagi yang menunjukkan cara media penyiaran “mengelola” pesan yang akan disiarkan, yaitu flowing. Flowing berbeda dengan programming, di mana slot acara ditentukan oleh satuan waktu, misalnya per tiga puluh menit. Sementara flowing tidak terpaku pada slot waktu dan sifatnya lebih cair dan fleksibel untuk diubah. Flowing biasanya diterapkan pada format stasiun berita. Karena referensi untuk konsep flowing ini tidak memadai, diskusi mengenainya ditunda terlebih dahulu.

Departemen yang dibahas selanjutnya adalah departemen program. Bagian ini biasanya terdiri dari direktur programming, manajer produksi, manajer operasional, para penyiar, dan direktur seni, serta para produser yang memproduksi tiap program. Direktur program sendiri dibantu oleh manajer produksi, direktur community relations, petugas dokumentasi untuk program terdahulu dan program yang diakuisisi. Setiap sumber daya manusia di bagian ini memiliki tugasnya masing-masing.

Di dalam programming, media penyiaran berelasi dengan berbagai institusi lain, terutama dengan sesama media. Media radio misalnya, sangat tergantung dengan industri musik populer dalam memproduksi program dan programming. Pun media musik rekaman, mereka bergantung juga dengan media radio untuk berpromosi. Relasi ini saling menguntungkan dan berbentuk simbiosis mutalisme walau belakangan ini industri musik rekaman terpuruk dan banyak format news untuk stasiun yang muncul.

Relasi dengan negara, terutama pemerintah, juga penting dan seharusnya tidak ada intervensi “politis” atas programming. Intervensi pemerintah atas programming radio misalnya terjadi pada masa Orde Baru lalu, di mana semua stasiun harus merelai siaran berita RRI sebanyak minimal 14 kali dalam sehari dan juga tidak dibolehkan memproduksi program news. Tentu saja keharusan ini sangat menyulitkan media penyiaran karena programming adalah esensi dari media penyiaran.

Programming radio sendiri dari diklasifikasikan berdasarkan dua hal, yaitu tipe program dan sumber program. Tipe program hanya ada dua, yaitu musik dan news atau talk. Sementara berdasarkan sumber program, programming bisa dibagi menjadi tiga, yaitu lokal, prerecorded atau sindikasi, dan jaringan. Sumber program lokal adalah semua program yang berasal dari studio radio sendiri, baik yang disiarkan secara langsung maupun direkam terlebih dahulu. Sumber dari sindikasi mengandung arti program tersebut berasal dari luar stasiun dan biasanya dibeli dari pihak lain. Sementara sumber yang terakhir berasal dari jaringan, yaitu bagi stasiun radio yang merupakan bagian dari korporasi yang lebih besar.

Lalu bagaimana sebuah stasiun radio melakukan strategi programming? Langkah pertama adalah dengan menentukan format hole berdasarkan dua jenis analisis, eksternal atau internal. Analisis internal berasal dari pemahaman yang baik atas sumber daya di dalam organisasi sendiri, sementara analisis eksternal adalah cara memahami konteks di luar organisasi media penyiaran. Walau salah satu bentuk analisis mesti dipilih, biasanya keduanya digunakan secara bersamaan.

Kedua, melakuan seleksi format. Seleksi ini adalah memilih salah satu posisi, format yang unik tersendiri dan tidak berkaitan dengan organisasi penyiaran serupa. Atau pilihan yang lain adalah “bertarung” (head-to-head) dengan organisasi penyiaran yang telah ada, melalui format yang sama. Ketiga, dengan melakukan analisis audiens, yaitu melihat audiens yang ada maupun yang potensial melalui cara pandang demografis atau psikografis. Informasi mengenai audiens secara demokratis biasanya diperoleh melalui riset survei, sementara informasi audiens secara psikografis didapatkan melalui pengamatan dan wawancara mendalam sesuai dengan metodologi riset etnografi atau yang seringkali disebut juga analisis resepsi audiens.

Langkah keempat adalah menentukan “roda” format (format wheel) stasiun radio. Terdapat empat “putaran”, yaitu: personalitas, musik, talk, dan iklan. Personalitas stasiun contohnya, terutama dibentuk oleh para penyiarnya dalam bersiaran, ditentukan untuk mengerucut pada isi siaran. Kelima, adalah melakukan evaluasi format. Evaluasi ini bisa dilakukan secara informal maupun formal. Langkah yang terakhir adalah dengan melakukan penyempurnaan programming (fine-tuning). Penyempurnaan ini bisa dilakukan dengan dua cara, secara bertahap (tweaking) atau menyeluruh dan langsung (turnover).

Bagaimana dengan programming untuk televisi? Secara umum format untuk stasiun televisi ada dua, yaitu berita dan hiburan (entertainment) walau pada kenyataannya, terutama di Indonesia, tidak ada yang menetapkan format secara utuh penuh. Walau begitu, hal yang menarik adalah berkembangnya format berita di seluruh dunia sejak dekade 1990-an, yang pertama-kali dirintis oleh CNN di Amerika Serikat. Kini stasiun televisi berformat berita sudah relatif umum kita temui dan berperan cukup penting bagi kehidupan bersama.

Program berita sendiri di dalam produksinya terbagi menjadi dua, yaitu saat perencanaan dan ketika diproduksi, terutama saat di studio. Dalam perencaan produksi program berita, pekerja media yang terlibat adalah news director, news producer, assignment editor, field producer, reporter, writer, dan editor. Sementara untuk produksi di studio akan melibatkan the director, the studio production team, dan the anchors. Semua elemen berperan penting, terutama bagi pekerja yang terlihat di layar televisi, karena merekalah yang terkena imbas bila berita yang disampaikan dianggap bermasalah.

Untuk stasiun televisi yang berformat hiburan, mereka melakukan pembelian program dan juga memproduksinya sendiri. Program hiburan televisi yang paling mahal adalah film yang khusus dibuat untuk televisi. Sementara program televisi yang paling murah adalah program komedi situasi dan program reality. Itulah sebabnya mengapa program jenis ini banyak sekali diproduksi oleh media televisi.

Bagaimana stasiun televisi melakukan strategi program? Strategi programming televisi ada tiga, yaitu: audience flow, counter programming, challenge programming. Strategi “aliran audiens” adalah mengikuti pola menonton audiens untuk televisi, misalnya waktu tayang utama (prime time) akan ditonton oleh seluruh anggota keluarga kecuali para orang-tua yang menentukan waktu belajar bagi anaknya dengan cukup ketat. Anak-anak akan menonton televisi di pagi hari sebelum bersekolah dan siang hari sepulang dari sekolah.

Strategi counter programming adalah dengan menayangkan program yang sama sekali berbeda dengan program yang biasanya ditayangkan oleh kebanyakan stasiun televisi lain. Misalnya, di kala banyak stasiun televisi menayangkan sinetron, sebuah stasiun televisi menyiarkan acara debat untuk memberikan pilihan kepada audiens yang sama sekali berbeda. Sementara itu, strategi challenge programming adalah upaya yang dilakukan sebuah stasiun televisi dengan menayangkan program acara yang sejenis dengan yang kebanyakan disiarkan oleh stasiun televisi yang lain. Tujuannya adalah untuk berkompetisi dan membiarkan audiens memilih program yang menurut mereka paling baik.

Demikianlah, semoga saja rangkuman dari beberapa bagian buku karya Joseph R. Dominick, Fritz Messere & Barry L. Sherman (2004), yang berjudul “Broadcasting, Cable, the Internet, and Beyond: An Introduction to Modern Electronic Media”. Fifth Edition. Boston: McGraw Hill, berguna dan menjadi tambahan “bergizi” untuk para pembelajar media penyiaran. Tujuannya adalah memantik para pembelajar untuk membaca bahan dengan baik sekaligus menuliskannya agar lebih paham. Menuliskan apa yang kita baca dan pelajari adalah cara terbaik untuk mendapatkan pengetahuan.

1 komentar:

  1. bisa jadi referensi mas...terima kasih. saya jadi ingat saat bersama kawan-kawan mengelola radio kampus. sederhana memang tapi gak mudah juga menjalankannya. mungkin di radio kampus, khususnya kami tidak punya departemen sales. yang ada waktu itu, departemen penyiaran (ini agak rancu istilahnya tapi bertanggung jawab mengkoordinir penyiar), departemen programming, dan departemen teknik. mungkin sebagai ganti departemen sales, ada departemen acara/off air (yang bertanggung jawab menangani acara diluar on air dan acara kerjasama dengan UKM lain waktu itu)..
    dana kita masih terhitung dana UKM, yang disalurkan melalui BEM yang dibagi setiap setahun sekali sesuai proposal pengajuan kita selama setahun. karna sudah pasti iklan komersial haram hukumnya di radio komunitas. makanya pengadaan alat dan dana kegiatan dimasukkan kedalam proposal yang dipresentasikan dalam rapat BEM-UKM yang akan di komentari anggota rapat waktu itu.

    BalasHapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...