Selasa, 08 Mei 2012

Menulis adalah Sebentuk Perjuangan

Seorang teman pernah menasihati janganlah berdalih bila tak pernah menulis. Indikator dari menulis sederhana saja, ada atau tidak tulisannya. Kehadiran tulisan yang utuh dan selesai adalah indikator satu-satunya. Dalih tidak diperlukan di sini. Kenyataannya orang-orang yang tak pernah menghasilkan tulisan biasanya akan beralasan ketiadaan waktu, ketiadaan kesempatan untuk menulis, dan lain-lain ketiadaan. Padahal kita tahu, ada orang yang tak pernah berdalih atau menyombongkan diri, namun tulisan-tulisannya mengalir bagai air, tak hanya secara kuantitas berjumlah banyak, rata-rata tulisannyapun berkualitas baik. Saya mencoba tak berdalih lagi bila tak ada tulisan dalam jangka waktu yang lama. Sederhana saja, tidak ada tulisan berarti tidak menulis. Tidak ada alasan lain, semisal tulisannya hampir selesai, tidak ada inspirasi untuk menulis, dan dalih lainnya.

Saya juga menyadari bahwa menulis secara teratur dan rata-rata berkualitas memadai adalah sebentuk perjuangan. Kita mesti berjuang tiap hari untuk menuliskan pengalaman, pemahaman, dan opini kita atas realitas. Seringkali masalahnya adalah kita tidak bisa menuangkan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan yang selesai. Seringkali problemnya adalah terlalu banyaknya hal yang mesti dituangkan. Intinya, agar menjadi kebiasaan, menulis mesti diperjuangkan, minimal dalam waktu sehari tiap ide mesti dituliskan. Karena menulis adalah sebentuk perjuangan, janganlah pernah berhenti karena kita tak tahu sampai kapan menulis menjadi sebuah kebiasaan. Bisa setahun lagi, atau bisa esok hari. Sekali lagi, lakukan saja, jangan pernah memikirkan terlebih dahulu kekurangan, dan mungkin, keutamaan tulisan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...