Sudah sangat banyak buku tentang menulis diterbitkan. Banyak yang bagus, tak sedikit pula yang kualitasnya buruk. Namun kita seringkali lupa bahwa sebanyak apapun buku tentang menulis, sebanyak apapun buku tentang menulis kita baca, kita tak akan pernah bisa menulis dengan baik bila tidak benar-benar melakukannya dengan sungguh dan kontinyu. Saya tidak berusaha menggurui orang lain melainkan nasihat untuk diri saya sendiri. Saya memiliki banyak buku tentang menulis. Sekitar lima buku sangat bagus dan benar-benar menggugah kita untuk menulis. Saya pernah berada dalam kondisi tidak menulis sama sekali, menulis dengan tidak teratur, dan menulis yang tidak memuaskan diri sendiri. Ada apa ini? begitu yang saya pikirkan ketika berada dalam kondisi tersebut. Di mana salahnya, toh saya sudah membaca buku-buku tentang menulis?
Akhirnya, jawaban untuk pertanyaan tersebut perlahan saya "temukan" melalui pengalaman sendiri. Kita baru bisa menulis bila benar-benar berusaha. Bakat dan pengetahuan menulis tidak akan berguna bila tidak ada kesungguhan dalam mengetikkan jari-jari di keyboard atau menulis dengan tangan di kertas atau bahkan mengetik keyboard handphone yang kecil. Pokoknya menggerakan jari-jari tangan untuk menghasilkan untaian kata menjadi kalimat, menjadi untaian kalimat sampai tulisan selesai.
Pada prinsipnya menulis dan membaca itu berdualitas. Artinya, keduanya hadir untuk saling melengkapi. Aktivitas personal berkaitan dengan menulis bisalah kita sebut juga dengan licentia poetica, sementara membaca pada akhirnya bisa menghasilkan sesuatu yang disebut dengan polysemia. Licentia poetica adalah kemampuan penulis "menguasai" kata dalam menulis. Kemampuan ini spesifik pada tiap orang sehingga, sama seperti kepribadian, tidak ada tulisan yang benar-benar sama. Tiap tulisan merupakan hasil pengalaman dan pengetahuan yang personal. Melalui aktivitas membaca, atau menafsir isi media apapun, akan muncul polysemia, yaitu spektrum makna yang muncul setelah membaca. Seseorang yang telah mampu "menguasai" kecakapan membaca tentu saja memiliki spektrum makna yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang membaca dengan tidak mendalam.
Licentia poetica dan polysemia biasanya dipelajari sendirian melalui buku-buku yang dibaca dan dipelajari, atau konten-konten media yang diakses. Belajar itu selalu personal dan aktif. Namun kedua hal tersebut bisa juga muncul karena diasah dan digosok bersama-sama. Saya cukup beruntung karena memiliki rekan-rekan yang saling membantu dalam mengasah kemampuan membaca dan menulis. Bagi para pembelajar yang ingin meningkatkan kemampuan menulis (dan juga membaca) disarankan melakukannya bersama-sama dengan strategi dan cara yang digagas bersama, seperti yang dilakukan oleh para pembelajar Ilmu Komunikasi UGM ini: http://31harimenulis.blogspot.com/.
Sekali lagi, bakat dan pengetahuan bukanlah hal paling penting dalam menulis. Hal terpenting adalah MELAKUKAN dengan sungguh-sungguh dan kontinyu. Dengan begitu licentia poetica dan polysemia pada level personal sudah mulai terbentuk. Menulis dan membaca sebagai bentuk literasi adalah salah satu karakter yang menunjukkan beradabnya suatu masyarakat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar