Sabtu, 27 Februari 2010

Orang-orang dan Pengalaman dari Rasa Sakit


Akhirnya saya tergerak untuk menakar-nakar album musik lagi setelah terakhir saya mereview album pak SBY sekitar setengah bulan yang lalu. Hasrat untuk menakar ini muncul lagi setelah saya menyelesaikan cerpen setelah hampir dua dekade tidak menuliskannya sampai selesai. Setelah menonton dua film buruk Al Pacino, 88 Minutes dan Righteous Kill. Juga setelah mencoba mengurai pemikiran Anthony Giddens yang tetap tidak terurai juga :D

Sebelumnya saya mesti mengucapkan terima kasih untuk Arief Nugroho aka Auf yang telah meminjamkan dan menghibahkan album-album untuk didengar dan direview. Yakinlah album-album itu ada di tangan yang tepat…hehe…. Album yang pertama saya review dari tujuh album yang ada dalam radar pendengaran saya sekarang adalah album kedua milik Cranial Incisored, “Lipan’s Kinetic”.

Keenam album yang lain adalah: Syaharani and the Queenfireworks - Buat Kamu (2006) yang saya pinjam dari Summaya aka Cucum, The Flowers - Still Alive & Well (2009), Bonita - Laju (2009), yang bersama album ini merupakan pinjaman dan hibah dari Auf. Tiga sisanya merupakan pembelian saya sendiri, Adhitia Sofyan - Quiet Down (2009), Airportradio - Turun dalam Rupa Cahaya (2009), dan Andra & the Backbone - Love, Faith & Hope (2010). Saya tidak tahu apakah saya menyelesaikan semua takaran album ini dalam waktu yang singkat. Itu sih tidak penting. Hal yang terpenting adalah saya mendapatkan mood saya kembali mengakses musik dan dengan tenang dan sabar melakukan penakaran.

Album “Lipan’s Kinetic” adalah album yang sudah cukup lama dirilis sebenarnya. Album ini dirilis tahun 2009 pada tanggal yang disengaja, tanggal 9 bulan 9. Tanggal rilisnya mirip dengan sebuah partai politik, yang di tahun sebelumnya merilis “perwajahan” baru tanggal 8 bulan 8 di tahun 2008. Tadinya album ini tidak masuk dalam radar saya tetapi karena banyak yang membicarakannya, saya jadi tertarik untuk mendengarnya, dan tentu saja, menakarnya. Menakar album adalah cara tambahan untuk mendapatkan “kenikmatan” dari mengakses pesan media. Selain itu, menakar album bagi saya pribadi sebenarnya adalah “curcol” karena secara sengaja atau pun tidak, saya bisa berbicara tentang apa yang saya ketahui, rasakan, dan alami.

Melihat sekilas, kita bisa tertipu dengan sampul album yang terkesan tertata rapi ini. Ada gambar boneka anak perempuan dan serombongan lipan. Tetapi setelah kita mendengarnya dengan sungguh, kita akan merasakan “kenikmatan” mendengarkan musik yang luar biasa. Hal tersebut baru terasa bila kita mendefinisikan kenikmatan itu sebagai dekonstruksi cara mendengar. Di tangan Cranial Incisored, musik memiliki definisi yang berbeda, begitu pula dengan cara mendengarkannya. Metal dan jazz dicampur dengan semangat “merusak” sebuah tatanan.

“Pengrusakan” itu minimal hadir dalam dua lagu populer yang diinterpretasi ulang, “Friday I’m in Love” dari the Cure, dan “Double Talkin’ Jive” dari Guns n Roses. Kedua lagu tersebut mengalami perubahan habis-habisa dan entah mengapa menjadi tetap indah. Semangat jenis ini bagi saya terasa ketika pertama-kali saya mendengarkan lagu-lagu Sonic Youth. Sonic Youth membawakan musik bergenre alternatif tetapi dengan improvisasi dan gaya “jazz”.

Bagi saya, mendengarkan musik itu mirip dengan mengenal orang-orang. Ada sekelompok orang yang kita kenal betul dan juga dekat karena banyak kesesuaian dengan kita. Ini adalah permisalan musik pop, rock, disco, dan alternatif bagi saya. Terutama semua band atawa penyanyi yang memainkan keempat genre musik tersebut di tahun 1980-an dan 1990-an. Mudah bagi saya mengakses dan terpengaruh oleh kelompok ini.

Di dalam kehidupan kita ada pula sekelompok orang yang berbeda dan tidak begitu dekat karena berbagai hal. Hal terutama adalah mereka ada di dalam bidang yang berbeda dan mereka memiliki kualitas sebagai manusia yang bagus. Bila diandaikan jenis musik, bagi saya, kelompok ini termasuk musik bergender jazz dan klasik. Saya merasakan keindahannya tetapi tidak benar-benar merasuki saya dengan mudah karena saya tidak terbiasa mendengarkan kedua jenis musik ini.

Lapisan ketiga kelompok orang yang kita kenal adalah orang-orang yang sulit kita pahami. Bukan hanya karena mereka berbeda dan ada di wilayah dunia yang lain dengan kita, tetapi ini menyangkut pula cara berekspresinya. Bagi saja, jenis ini terwakili oleh musik bergender hip hop dan metal. Seringkali saya mencoba mengakses dan memahaminya, tetapi karena perbedaan cara berekspresi yang berbeda dan kebiasaan saya, sulit sekali untuk “merasakan” kedua jenis musik ini.

Begitulah, tipologi ketiga adalah hal yang saya rasakan ketika mendengarkan album ini. Saya menyukai lagu yang keras dan penuh improvisasi ini. Saya bisa memahami percampuran antara metal dan jazz, walau saya lebih cocok dengan kombinasi antara alternatif dan jazz. Karena itulah, lagu “ Jazz Ujan (Raincoat)” adalah lagu yang paling saya suka di album ini karena banyak unsur jazz-nya.

Saya susah mendengarkan lumayan banyak musik “keras” di masa lalu, “Sepultura”, “Megadeth”, “Testament”, “Manowar”, dan “Nine Inch Nails”. Hanya nama terakhir yang menjadi favorit saya sampai sekarang. Saya mencoba mengingat alasan utama saya mengakses band-band keras itu. Tak lain dan tak bukan adalah untuk menguatkan rasa sakit dan membuang rasa marah. Entah mengapa dengan mendengarkan musik yang sejenis, rasa sakit dan kemarahan itu bisa melunak. Dahulu saya akrab denganr asa sakit sehingga musik keras sempat pula saya akses agar kemarahan dalam diri mereda.

Jadi, menurut saya metal identik dengan rasa sakit dan amarah, namun amarah yang positif tentu saja, tergantung cara kita memaknainya. Walau demikian, setiap orang termasuk saya menyimpan rasa marah. Namun saya sadari kini bahwa amarah yang saya simpan itu tidak semenggelegak itu. Tidak semenggelegak yang dibawa oleh metal.

Keuntungannya, semua lagu di album ini berdurasi tidak lebih dari empat menit sehingga “siksaaan” bagi saya tidaklah lama…hehe…Bukannya saya tidak menikmatinya. Saya menikmatinya dalam beberapa bagian tetapi pada bagian yang lain saya tidak cukup mampu mendengarkannya. Di luar semua eksplanasi yang telah saya uraikan, album ini adalah album yang bagus. Saya mengutip komentar salah seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM bernama Rika Novayanti, tempat saya juga menjadi bagian di dalamnya, bahwa Cranial Incisored telah mencuri masa depan. Kemungkinan masa depannya (Cranial Incisored: They’re Stealing the Future) (dikutip dari tulisan Dozan Alfian di DAB edisi khusus “Yogyakarta Retrospektrum” Februari 2010).

Cranial Incisored bagi Rika adalah “si pencuri masa depan”. Bagi saya, mereka tidak mencuri masa depan saya, tetapi hanya mencuri waktu saya tidak lebih dari satu jam untuk album ini. Waktu yang bagi saya seperti berdiskusi dengan orang cerdas; keras, penuh improvisasi, dan berbeda dengan saya dalam banyak hal. Saya mendapatkan diskusi yang berkelas namun saya tidak ingin mengulanginya terlalu sering.

Judul : Lipan’s Kinetic
Penyanyi : Cranial Incisored
Tahun : 2009

Daftar Lagu:
1. Paradox of Paradoxical Paradigm
2. I'm The Instant
3. Glossosynthesis
4. Accelerating Velocity (A Dromology Chapter)
5. It's~
6. Jazz Ujan (raincoat)
7. A Mind-Expanding Headtrip
8. Friday I'm In Love
9. Double Talkin' Jive
10. D of P Feat Kalimayat (audio_bastard_mix)
11. Raincoat (Remix by Kirdec)
12. Headtrip Feat Kalimayat
13. Accelerating Velocity (Live @Liquid 27 August 07) (Bonus Song)
14. A Mind Expanding Headtrip (Live @Liquid 27 August 07) (Bonus Song)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...