Senin, 22 Februari 2010
Rasa Rindu
Cara kerinduan datang, tidak semua dari kita memahaminya. Seringkali rindu datang menggedor sukma dan mengelondorkan asa yang ada di hati. Bila kau paham, tolong jelaskan padanya dengan bahasa yang gampang. Jangan ditafsirkan lagi berulang-kali terlebih dulu karena dirinya nanti akan menafsirkannya.
Apa itu rasa rindu? Bagaimana dia diklasifikasikan? Bagaimana cara dia datang? Aku ingin kau menjelaskannya suatu saat nanti. Dia tidak ingin dijelaskan sekarang karena ia masih ingin merasakan rasa yang menyakitkan sekaligus menggetarkan itu.
Kerinduan itu menyakitkan sampai menembus dada karena dia tidak yakin sampai kapan sebuah rindu bisa dituntaskan. Rasa sakit itu tidak hanya dalam arti yang psikis tetapi juga fisikal. Dia bahkan mempertanyakan keyakinan apakah rindu itu akan terobati dalam waktu yang singkat.
Dia sangat rindu pada ayahnya yang meninggal tahun 2002 lalu. Kerinduan menyergap pelan-pelan ketika dia menonton siaran langsung Liga Italia. AC Milan menang melawan Bari. AC Milan adalah klub kesukaan ayahnya. Bila ada cara untuk berinteraksi dengan ayahnya, dia ingin meng-sms atau apa pun, asalkan dia bisa mengirimkan pesan ke ayahnya bahwa semuanya berjalan dengan baik.
Rasa rindu juga mencengkeram kuat ketika dia menonton film “Jane Austen Book Club”. Bukan karena cerita filmnya, melainkan karena penulis yang diperbincangkan di dalam film itu. Dia ingat dengan adik perempuannya yang dulu belajar sastra Inggris. Seingatnya Jane Austen dan Thomas Hardy adalah para pengarang favorit adiknya. Dia ingat betapa dulu dia bersama adik-adiknya berjibaku belajar di Yogyakarta.
Kerinduan juga dengan cepat terasa sangat kuat ketika dia mendengar lagu rap dan menonton berita tentang ikan berkepala buaya. Dia teringat dengan kedua adiknya yang lainnya, adik-adik lelakinya. Juga ketika mendengar lagu Iwan Fals “Ibunda”, ia ingat dengan ibundanya yang jauh di sana. Ia ingat dengan anak dan isterinya melalui banyak cara. Memandang gambar-gambar anak kecil, melihat gedung fakultas sebelah, melewati lobi jurusan tetangga, dua tempat istrinya bersekolah. Itu sudah membuatnya rindu.
Dia juga terkadang rindu pada teman-temannya lebih dari yang diakuinya. Dia merasa dirinya mandiri secara emosional dan aktivitas walau kenyataannya tidak. Dia sering merasa kesepian di tempat kerjanya. Dia teringat pada teman-temannya juga dengan banyak cara. Pada banyak lagu, buku dan ketika berada di kafe menyeruput kopi. Juga kala menyantap ikan bakar di rumah makan favorit dia dan teman-temannya. Banyak cara dan banyak jalan membuat rasa rindu itu menghentak-hentak di dadanya.
Walau menyakitkan, rasa rindu juga menggetarkan hati dalam pengertiannya yang paling menyentuh. Karena melalui kerinduanlah rasa terangkai itu ada. Ia tahu entah dengan cara bagaimana ia pun selalu dirindui oleh semua orang yang dicintainya. Rasa terangkai dan saling menyadari bahwa mereka memikirkannya adalah salah satu jenis rasa terindah dalam hidup yang berat ini. Rasa rindu itu mengenyahkan jarak dan waktu, bahkan ruang yang berbeda antara yang hidup dan telah tiada.
Dia mencoba menjaga sekaligus mengobati rasa rindu ini dengan bersikap baik pada orang-orang yang dicintainya. Dia hanya berusaha untuk hidup dengan sebaik-baiknya. Untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang-orang yang dicintainya
Dia baik-baik saja dan berusaha menghidupi hidupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar