Jumat, 14 Januari 2011
Fakta, Tafsir, dan Pledoinya
Seberapa luas kita masih saling merasakan resah?
Seberapa longgar kesempatan yang terberi untuk berbagi mimpi?
Seberapa terbatas masing-masing ego terunjuk pada relasi?
Seberapa kompeten kita mengintervensi preferensi personal?
Menuju resah masing-masing diri yang serupa
Menuang luka pada impian bersama
Memberi dikotomi pada privat dan publik
Menguji prosedur, kemampuan, dan hasil karya
Bagaimana bila fakta tak pernah eksis di luar diri?
Bagaimana bila perbedaan tafsir selalu membawa stigma mematikan?
Bagaimana bila egosentrisme dan kepublikan itu bukan dualitas?
Bagaimana bila di antara kita tiada yang berhak mencerca sekecil apa pun itu?
Soalnya, hidup ini tetap saja memahami realitas, menafsir dan membelanya
Jawabnya, tak ada
Bagaimana jika berjibaku saja dengan realitas tanpa berargumen lagi?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar