Senin, 31 Januari 2011
Ngayogjazz 2011: Yogya dalam Kebersamaan dan Improvisasi
Salah satu hal yang paling membahagiakan tinggal di Bantul dan dekat dengan “sentra-sentra” kesenian adalah kita bisa mendapatkan suguhan seni berkelas dengan mudah dan murah. Inilah alasan utama saya tinggal di daerah selatan Yogyakarta walau ada kemungkinan alasan ini bisa dianggap sebagai pembenar karena tidak bisa memiliki rumah di daerah utara Yogya yang terkenal mahal itu :) Di luar alasan-alasan itu, sebenarnya tinggal di mana pun sama saja asalkan kita betah dan bahagia.
Di dekat tempat tinggal saya terdapat dua markas aktivitas kesenian yang oke. Salah satunya secara rutin menggelar event “Jagongan Wagen” yang menurut saya menyuguhkan pentas seni berkelas dan relatif membuat audiens bahagia menyaksikannya. Namun pagelaran musik jazz yang ditunggu ini tidak dilakukan di dua sentra seni tersebut. Acara Ngayogjazz dilaksanakan di kediaman pak Joko Pekik yang bukan padepokan seni musik ataupun seni gerak. Joko Pekik adalah seniman lukis. Namun, bila menyangkut seni, untuk apa mengotak-kotakkannya bila kita mendapatkan “pencerahan” yang sama?
Beberapa hari sebelum Ngayogjazz digelar, tanggal 15 Januari 2011, saya sudah mengetahui jadwal acara ini dari reminder di Facebook. Jadwal acara ini saya ingat-ingat betul karena sayang bila sampai ketinggalan. Selain mudah diakses karena dekat dengan rumah, menonton pertunjukan musik yang penuh improvisasi tentu saja sangat sayang bila dilewatkan. Selain event-nya sendiri, hal lain yang juga saya tunggu adalah cd kompilasi yang bisa dibeli sewaktu pertunjukan. Saya membaca status FB seorang rekan, Halim Budiono, yang sangat berharap mendapatkan cd kompilasi Ngayogjazz tahun ini setelah yang tahun 2009 dia tidak mendapatkannya. Setelah membaca informasi dari teman saya itu saya kemudian berjanji untuk mendapatkan cd ngayogjazz demi menikmati karya anak bangsa di daerah yang istimewa ini.
Saya memang mendapatkan cd kompilasi Ngayogjazz 2011, bahkan yang tahun 2009 juga, namun saya tidak bisa kembali lagi menonton dengan mengajak dua perempuan yang saya cintai karena hujan lumayan deras mengguyur wilayah kami. Saya sedikit menyesal tidak menyaksikan pentas langsungnya, terutama penampilan Simak Dialog dan Syaharani & Queen Fireworks. Menurut adik-adik saya yang menonton langsung, para penampil memang menyuguhkan aksi yang ciamik. Namun segera lagu-lagu yang ada cd kompilasi ini mengikis rasa sesal saya sedikit demi sedikit.
Judul album ini adalah “Jazzing Java: Sesarengan”, yang dalam bahasa Indonesia berarti kebersamaan. Melihat acara ini dipersiapkan, kebersamaan tersebut jelas terlihat. Sewaktu mampir sesaat di pelataran rumah Joko Pekik itulah saya bertemu dengan banyak orang yang saya kenal, juga melihat banyak orang yang tidak saya kenal, baik panita maupun sesama penonton, semuanya seperti mengusung kebersamaan tersebut. Apalagi dalam liputan sebuah surat kabar saya membaca bahwa acara ini menggunakan “manajemen tega” menurut pionirnya, Djaduk Ferianto. Manajemen tega dan acara yang relatif sukses ini tidak akan terwujud tanpa kebersamaan tersebut. Kebersamaan inilah yang membuat warga Yogya selalu istimewa.
Hal lain yang membuat warga Yogya istimewa adalah improvisasi yang selalu dilakukan. Improvisasi yang merupakan karakter utama jazz ini menghablur ke seluruh bidang di Yogya, tidak hanya seni. Kapan sih kita saksikan warga Yogya stagnan dalam hal kreativitas sosialnya? Di dalam keadaan aman tentram warga saling mencerahkan, dalam keadaan sebagian warga sedang kesusahan saling membantu. Inilah Yogya yang selalu istimewa bagi saya pribadi apa pun kata orang. Walau begitu, di bidang pendidikan Yogya mesti banyak melakukan improvisasi lagi agar predikat kota pembelajar semakin melekat.
Improvisasi yang asyik terasa dari tujuh lagu yang dihadirkan. Ketujuh lagu ini adalah lagu daerah Jawa yang mendapatkan “ruh” baru dengan dibawakan secara jazz. Meneruskan apa yang sudah dilakukan pada album Ngayogjazz 2009. Coba simak lagu pertama dari Keni & Mr. Dance, “Menthok-Menthok”, yang ditimpali suara anak kecil yang murni dan indah. Lagu anak-anak ini kemudian muncul dalam nuansa baru di hati saya. Juga lagu-lagu yang lain. Saya yang awam dengan musik jazz dan bahasa Jawa yang baik dan benar saja ikut merasakan keindahan itu. Kesukaan saja pada jazz selalu periodik. Harapan saya kesukaan itu bisa lebih permanen menjadi kecintaan pada jazz. Kini semua album jazz koleksi saya, saya dengarkan dengan lebih intens. Kini saya berjanji agar di waktu mendatang tidak lagi kehilangan moment menyaksikan dan mengakses Ngayogjazz lebih intens.
Judul Album : Jazzing Java, Sesarengan
Tahun : 2011
Daftar Lagu:
Kenny & Mr. Dance - Menthok-Menthok
Danny Bass Project - O A E Kerthi Buana
Chik Yen - Yen Ing Tawang Ono Lintang
Erwin Zubiyan Quintet - Cublak-cublak
SuwengJay & the Bangers – Lindri
Yovia Project - Gambang Suling Muchi Choir - Lesung Jumengglung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now&...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar