Selasa, 04 Januari 2011

The 15 Best Indonesian Albums of 2010
















Tahun 2010 musik Indonesia masih disemarakkan dengan album-album bagus walau dipandang dari sisi industri, dominasi yang ada bukanlah dari album-album yang berkelas, minimal dari yang kita dengar dan lihat di televisi. Juga dari media cetak, pembicaraan tentang lebih banyak didominasi oleh mainstream. Pertemuan antar “arus utama” itu galib terjadi di tengah media yang didominasi profit semata. Hanya sedikit media arus utama dan sedikit lebih banyak media alternatif yang mengulas album-album berkelas.

Secara sepintas saya merasakan album yang berkelas menurun jumlahnya dibandingkan dengan tahun lalu. Kalau album tak berkelas sih, masih sangat banyak diproduksi dan dengan mudah didapatkan di toko-toko cakram padat. Dengan begitu, akses saya di tahun ini atas musik Indonesia juga terbatas dari sisi jumlah album yang didengar. Kelangkaaan itu kemudian juga menular pada musisi atau penyanyi baru yang muncul. Tidak ada nama yang benar-benar baru dari kelimabelas nama yang saya pilih ini.

Kebanyakan adalah penyanyi kugiran walau beberapa sudah sangat lama tidak menelurkan album. Ada juga dua penyanyi yang baru pertama-kali mengeluarkan album tetapi “sepak-terjang” karir bermusiknya sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Reputasi yang telah mereka bangun pun sudah lumayan mumpuni.

Hal lain yang unik adalah hanya ada satu album yang merupakan kolaborasi dari banyak penyanyi atau musisi. Sisanya adalah album yang dibawakan satu band atau satu penyanyi. Walau begitu, satu album kolaborasi tersebut mempunyai daya tarik dan daya gedor luar biasa. Album itu adalah kolaborasi “Jogja Istimewa 2010” yang awalnya untuk memperingati ulang tahun kota Yogyakarta, kemudian juga untuk membuat kita ingat dengan erupsi Merapi. Walau kemudian, album ini melenting dalam pusaran gonjang-ganjing keistimewaan Yogyakarta antara masyarakat Yogyakarta dan pemerintah pusat. Album ini segera mendapatkan perhatian lebih.

Ada tiga argumen yang saya gunakan untuk menakar dan menentukan kelimabelas album Indonesia terbaik versi saya. Pertama, saya bukan musisi dan saya pun awam dengan musik. Perangkat pemikiran yang saya pahami adalah kajian media sehingga saya akan menelaah musik populer dari sudut pandang ilmu yang saya pelajari tersebut. Dengan demikian, kohesivitas “pesan” yang dibawa oleh album merupakan alasan utama penentu. Kedua, walau begitu, musik yang enak didengar juga adalah hal yang sangat penting.

Inilah dualitas album, meminjam istilah dari Giddens, bahwa musik dan isi album adalah dua elemen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan saling mendukung dan menguatkan. Kira-kira maknanya seperti di film populer, “Music and Lyric” yang diperankan oleh Hugh Grant dan Drew Barrymore, bahwa musik dan lirik saling melengkapi dan menyatukan. Lagu, dan juga kumpulannya, album, terdiri dari dua elemen tersebut.

Terakhir, arti penting album tersebut dalam lanskap atau hamparan musik Indonesia selama ini. Apakah ada unsur kebaruan dan keunikan dari semesta album yang pernah ada adalah isu kuncinya. Walau begitu, saya sangat menyadari bahwa pengamatan saya atas musik populer Indonesia belumlah maksimal. Semua tergantung dari sumber daya saya yang terbatas, waktu, dana, dan pengalaman.

Anggap saja daftar ini sekadar memberikan tambahan catatan kaki atas banyak daftar album Indonesia terbaik tahun ini yang bermunculan di berbagai media, terutama media utama seperti Rollingstone Indonesia. Juga daftar yang dilansir oleh rekan-rekan sesama pecinta musik Indonesia. Bukankah beragam tafsir atas sesuatu diperlukan untuk memperdalam keindahan?

Berikut ini lima belas album Indonesia terbaik tahun 2010 kemarin:
Peringkat kelimabelas, album Exellentia oleh KLa Project. Album comeback yang lumayan bagus bagi sebuah band senior yang sudah lama tidak mengeluarkan album penuh. Album ini juga berperan sebagai pengobat rindu bagi Klanis yang dirilis di akhir tahun. Album ini bagus walau bisa lebih bagus lagi di album berikutnya. Lagu “Hidup adalah Pilihan” adalah lagu yang enak didengar sekaligus mengingatkan kita pada kemampuan Kla membuat lagu yang enak didengar sekaligus dengan lirik puitis nan sederhana.

Keempatbelas, adalah debut album dari Lala Suwages yang berjudul “Langkah Baruku”. Album ini sesuai dengan judulnya adalah langkah yang bagus. Adonan khas album penyanyi baru dengan memberikan beberapa lagu bagu diaduk dengan satu atau dua lagu lama terlihat berhasil. Kita akan mendengar dua lagu legendaris dalam tafsir baru yang baik dan segar. Silakan dengarkan “Nada Kasih” dan “Semua Jadi Satu” versi Lala.
Album miliki Maliq & D'essentials yang berjudul “The Beginning of A Beautiful Life” ada di peringkat ketigabelas. Musik yang enak jadi teman bergoyang yang santun seperti biasa jadi andalan album-album mereka. Selain itu keterampilan Maliq & D'essentials dalam membuat kemasan album patut menjadi inspirasi walau jangan sampai kita melupakan isi atau substansi dengan terlalu berlebihan memperhatian pengemasan pesan.

Keduabelas, adalah album dari Indro Hardjodikoro yang berjudul “Feels Free”. Mendengarkan album ini kita benar-benar merasa “bebas” dan juga takluk pada “kesederhanaan” musisinya yang menghablur dalam semua lagu. Lagu “My Angels” membuat saya benar-benar merasa bersyukur memiliki orang-orang yang dicintai dengan tulus di dalam hidup yang hanya satu kali ini.

Album Sajama Cut yang berjudul “Manimal” hadir di hirarki kesebelas. Ide yang berasal dari sebuah judul film televisi dekade 1980-an bermetamorfosis menjadi “teks” baru yang lumayan ciamik. Walau belum sebagus album “Osaka Journals”, album ini enak diakses dan dihayati terutama lagu yang berjudul “Twice (Rung the Ladder)”.

Kesepuluh, album “Dream, Hope, and Faith” dari Monita Tahalea. Penyanyi jebolan Indonesian Idols ini menunjukkan bahwa di tangan yang tepat, album yang bagus dan sesuai dengan tipe suara penyanyi bisa dihasilkan. Beberapa lagu sangat bagus, terutama interpretasi ulang atas lagu “Over the Rainbow” dan “Di Batas Mimpi”.

Peringkat kesembilan adalah Andien dengan album “Kirana”. Selain tafsir baru dua lagu milik Krakatau, yaitu “Gemilang” dan “Keraguan”, lagu-lagu lain juga enak didengar. Mendengarkan album ini membuat saya benar-benar rindu dengan lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh Krakatau jaman dulu seperti “Sekitar Kita” dan “Kau Datang”.
Album untuk khalayak pendengar Indonesia oleh Sandhy Sondoro dengan judul yang sama dengan penyanyinya ada di peringkat kedelapan. Album yang menunjukkan kemampuan penyanyinya yang ciamik, yang telah besar sebelumnya di manca negara. Album ini berisi pesan yang sarat dengan kebaikan, sementara lagu cinta yang berjudul “End of the Rainbow” adalah lagu yang paling menggedor sukma bila didengarkan dengan khidmat.

Peringkat ketujuh adalah album kedua dari Endah N Rhesa yang berjudul “Look What We've Found”. Album yang berkonsep bertualang di sebuah pulau tropis yang eksotis ini memang berbeda dengan debut album yang memukau itu, namun album ini juga memiliki keindahannya sendiri, terutama untuk lagu “Midnight Sun”. Lagu yang lebih cepat dari lagu mereka umumnya dan tetap terasa karakter penyanyinya.

Album “Laju” yang dihantarkan oleh Bonita adalah album di peringkat keenam. Album yang padat berisi beragam jenis musik yang enak didengar dan tafsir kehidupan perempuan yang menarik. Keberagaman musik yang indah membuat kita tak bosan mendengarkan penuh album ini berkali-kali. Tidak hanya lagu “Komidi Putar”, yang menjadi lagu terbaik di OST Sang Pemimpi, yang bagus, lagu-lagu lain semisal “Telur” dan “Mellow” juga bagus sekali.

Kelima adalah album milik White Shoes & the Couples Company, yang berjudul “Album Vakansi”. Album penuh kedua milik mereka ini membuat kita terkenang-kenang pada musik Indonesia masa lalu dengan penuh. Nuansa perjalanan yang dimunculkan juga membuat kita merasa lebih dekat dengan Indonesia yang indah. Mendengarkan album ini serasa mengantarkan saya pada masa lalu, mendengarkan lagu-lagu Indonesia lama, membaca komik karya Djair, dan menonton film-film Barry Prima. Hampir semua lagu di album ini bagus, terutama “Selangkah ke Seberang” yang merupakan lagu lama Fariz RM sekaligus memunculkan pencipta dan penyanyi aslinya.

Album kerja bersama yang berjudul “Jogja Istimewa 2010” hadir di peringkat keempat. Album yang kontekstual dengan tiga hal, yaitu pertama, alasan awal kompilasi ini dimunculkan, HUT kota Yogyakarta. Kedua, alasan selanjutnya, yang juga menunda perilisannya, yaitu erupsi Merapi yang melanda kota berkah ini. Terakhir, alasan yang terkuat, keistimewaan masyarakat Yogyakarta, polemik yang muncul tak lama setelah album ini dirilis. Semua lagu yang ada di album ini bagus, terutama lagu dari dua band yang saya suka, yaitu “The Joker” oleh Cranial Incisored dan “The Song Finished” oleh Armada Racun. Musisi Yogyakarta memang banyak yang bagus dan unik walau paling tidak dua nama besar tidak muncul di album ini. Lagu “Jogja Istimewa” oleh Ki Jarot (Jogja Hip Hop Foundation) sampai detik ini masih memenuhi atmosfer Yogyakarta, bukan hanya karena isu keistimewaan kota multikultur ini, namun juga karena lagu ini memang sangat enak didengarkan.

Di peringkat ketiga adalah album “La Peste” dari Armada Racun. Entah mengapa album bagus ini tidak tertangkap radar media arus utama untuk dilaporkan, diresensi, dan ditafsir, padahal isi pesan dan musik di album ini sangat oke. Ada lagu yang bercerita tentang kondisi yang paradoksal dalam kehidupan masyarakat kita, “Sad People Dance”, dan ada pula lagu yang berbincang politik dengan tajam, “Tuan Rumah tanpa Tanah”. Semua lagu itu juga bagus didengarkan dengan tulus.

Album “Starlit Carousel” dari Frau ada di peringkat kedua. Album yang hanya berisi enam lagu, namun gaungnya, daya dobraknya, seperti berasal dari album dengan banyak lagu. Denting piano dan vokal ciamik membuat pendengar terlena dan terpukau. Lagu “Mesin Penenun Hujan” membuat kita terbahagiakan dengan maknanya yang mistis sekaligus membawa kita berani memasuki hidup.

Terakhir, untuk album peringkat pertama saya memilih “Ode Buat Kota” oleh Bangkutaman. Berarti saya memilih empat album terbaik sesuai dengan kota Yogyakarta. Tiga album sebelumnya sangat Jogja, sementara album terbaik Indonesia ini pun “berasal” dari Yogyakarta walau kini semua personelnya sudah meninggalkan kota inspiratif ini. Mereka kemudian menafsir kehidupan kota metropolitan tempat mereka hidup sekarang dengan kritis, detail, sekaligus indah. Semua lagu di album ini bagus layaknya album the best namun dengan kohesivitas sebuah album konvensional. Lagu yang paling bagus tentu saja “Ode Buat Kota” adalah penggambaran kota Jakarta terbaik sejauh ini melalui lagu, bersanding dengan “Matraman” dari the Upstairs.

Bagaimana dengan daftar album terbaik Indonesia tahun 2010 versi teman-teman?

2 komentar:

  1. Saya setuju dengan list ini ^^

    BalasHapus
  2. terima kasih atas apresiasinya... ayo ann menulis tentang musik Indonesia :)

    BalasHapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...